They say it's better to have loved and lost. Than never to have loved at all. That's the moral of the story, babe.) Lebih baik mencintai dan kehilangan, daripada tidak pernah mencintai sama sekali. Begitulah moral ceritanya, (Lirik lagu Moral of the Story-Ashe)
Manusia merupakan makhluk sosial dengan segala kekurangannya sehingga ditakdirkan hidup berpasang-pasangan. Pasangan untuk saling menggantungkan hidupnya satu sama lain. Tak dapat dimungkiri hadirnya seorang pasangan tidak hanya sebagai pendamping hidup, tapi menjadi teman, partner, dan rumah untuk kita pulang. Rumah di mana kita merasa nyaman dan aman untuk membagikan tiap kepingan cerita dan proses hidup.
Dewasa ini keinginan mempunyai mempunyai pasangan, bukan lagi perkara ingin romantis-romantisan, tapi sederhananya kita membutuhkan seseorang untuk diajak bicara, seseorang yang mengerti perasaan kita, tempat berkeluh kesah, berbagi, dan sebagai tempat bercerita apapun yang ada di isi kepala.
Memiliki teman lawan jenis yang spesial, salah satu bentuk remaja mengenal dan belajar karakteristik juga personality masing-masing. Timbulnya perasaan nyaman dan bahagia diantara keduanya terkadang disebutnya sefrekuensi yang mana hal ini menjadi alasan mereka bersama.
Merasakan cinta dan kasih sayang termasuk bentuk anugerah Tuhan Sang Pencipta Kehidupan sehingga tak jarang orang yang sedang berjatuh cinta merasakan kebahagiaan tak terkira. Perasaan untuk terus dapat dicintai membuat seseorang kerap kali berbuat segala hal untuk mempertahankan hubungan itu. Mewajarkan hal-hal yang sudah menjadi red flag dalam hubungannya adalah permulaan menyakiti diri sendiri.
Istilah red flag memiliki makna berarti adanya tanda-tanda ketidakcocokan dalam suatu hubungan. Dalam hal ini apabila hubungan tersebut terus dipaksakan akan berdampak pada kesehatan emosional salah satunya.Â
Salah satu bentuk red flag dalam suatu hubungan ialah bertahan dalam hubungan membuatmu lelah secara emosional. Pernahkah anda mendengar istilah bulol atau bucin tolol? Ya, ini merupakan bentuk gambaran dari kasus ini. Dapat diartikan dalam suatu situasi yang membuat seseorang terus-menerus melakukan hal yang membuat pasangannya senang, dengan tujuan untuk mempertahankan hubungan keduanya dan harapan pasangannya dapat berubah dengan usaha yang telah diberikan, meski dengan mengorbankan waktu, tenaga, dan bahkan material.
Kita sepakat di sini bahwa hubungan seharusnya dilandasi rasa kasih sayang keduanya, berjuang mempertahankan suatu hubungan dari satu pihak bukanlah hal yang tepat, sebab hubungan tercipta dari keduanya. Timbulnya perasaan mencintai orang yang salah memiliki perspektif yang berbeda-beda tiap individu, adapun beberapa tanda (red flag) lainnya sehingga dapat dikatakan seseorang mencintai orang yang salah diantaranya :
ADVERTISEMENTS
1. Komunikasi di antara keduanya yang kurang baik
Menurut pengalaman yang saya rasakan, terkadang kita ingin dimengerti orang lain, tapi dalam hal ini apakah orang lain dapat mengerti kita jika, kita sendiri tidak bercerita apapun tentang hal itu. Bentuk komunikasi yang baik dari suatu hubungan ialah kabar. Jika berkabar saja sulit bagaimana masing-masing pasangannya mengerti hal yang sedang dialaminya?
ADVERTISEMENTS
2. Tidak menjadi diri sendiri di hadapan pasangannya
Kurangnya kesadaran dalam menyikapi saran dari pasangannya, terkadang membuat seseorang berusaha untuk memenuhi ekspektasi dan tuntutan pasangannya dengan mengesampingkan keinginannya. Aku akan memakai baju ini karena dia cukup senang melihatku memakai ini.Â
ADVERTISEMENTS
3. Usaha tanpa feedback
Puncak tertinggi kecewa apabila kita sudah merasa melakukan usaha dalam mempertahankan suatu hubungan, namun tak ada timbal balik yang kita dapatkan dari pasangan. Sehingga apabila hal ini terulang secara terus-menerus dalam waktu yang lama yang akan timbul adalah rasa lelah dan jenuh.
Adanya perasaan lelah terhadap hubungan membuat kita berpikir, apakah selama ini mencintai orang yang salah? Lantas dengan usaha yang dianggap untuk mempertahankan hubungan ternyata hanya untuk sekedar menunda perpisahan. Kebahagiaan adalah suatu hal yang fana. Proses mengenal sejatinya berjalan seumur hidup. Namun, melepas orang yang sudah tidak sejalan adalah keputusan yang bijak.Â
Menjalani suatu hubungan dapat dikaitkan pada pepatah if we never try, how will we know yang berarti apabila kita tidak mencoba kita tidak dapat mengetahui. Sama halnya akan ada hikmah dan pembelajaran dalam suatu tindakan. Pelajaran yang didapatkan setelah seseorang merasa mencintai orang yang salah, yakni:
1. Menjadikan dirinya sebagai prioritas dalam hidup
2. Berorientasi menjadi lebih baik
3. Lebih produktif untuk menyibukan diri
4. Sebagai bahan evaluasi untuk menentukan sikap pada hubungan setelahnya
Sebagai manusia kita tidak bisa mengontrol akan dipertemukan oleh siapapun. Tidak ada yang salah apabila kita mencintai orang yang salah, bertahan pada hubungan yang berat sebelah bukanlah hal yang efektif. Berusaha keluar dari hubungan tersebut adalah hal yang terbaik untuk bisa mencintai diri sendiri. Akan ada banyak makna hidup dan pembelajaran yang sejatinya dapat kita dapat dibalik hubungan tersebut. Karena dengan modal harapan kecil yang kita punya agar orang lain bisa berubah adalah hal yang mustahil. Bukan menjadi tanggung jawab kita untuk mengubah orang lain, namun diri kita sendiri yang sejatinya menjadi tanggung jawab kita.
Tidak ada salahnya mencintai orang yang salah. Meski menyakitkan, secercah rasa cinta, sayang, dan kebahagiaan pernah dirasakan. Bersyukur kita masih dapat mencintai dan kehilangan, daripada tidak pernah mencintai sama sekali. Dengan begitu kita belajar pesan moral yang menjadi bagian dari kehidupan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”