Dulu aku membayangkan kalau jadi miliarder pasti enak ya, semuanya bisa didapat dengan mudah, karena baginya uang sudah bukan menjadi barang yang sulit didapatkan. Bahkan saking banyaknya uang yang dimiliki, dia bisa mengendalikan perputaran uang sesuai keinginannya.
Tapi ternyata, itu tidak seperti yang dibayangkan. Dibalik wajah mereka yang bahagia dengan uangnya, ada permasalahan yang mereka hadapi sendiri. Mereka memasang standar tinggi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mulai dari barang harus yang kualitas terbaik, jam kerja yang sangat padat, persaingan dengan miliarder dan pengusaha lainnya, berhubungan dengan pemerintah, setiap tindakannya dilihat wartawan, dan lain sebagainya.
Ternyata kebahagiaan di dunia ini bukan diukur dengan uang, karena yang uangnya sedikit harus bertahan dengan keterbatasannya, yang kaya harus menahan rasa was-was dibalik hati kecilnya kalau-kalau hartanya tiba-tiba lenyap. Kebahagiaan yang sebenarnya adalah kebahagiaan di akhirat nanti, hasil dari amal baik yang kita jalankan ini. Lalu apakah kita bisa mendapatkan sedikit kebahagiaan akhirat di dunia ini?
Bisa, karena di dunia puncak kebahagiaan yang tertinggi adalah ketika bisa sangat dekat dengan Tuhan. Tak masalah sebanyak apapun masalah yang kau hadapi, jika kita sudah dekat dengan Tuhan pasti kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia ini. Apa kebahagiaan yang bisa kita dapat dari kedekatan kita kepada Tuhan, yaitu ketentraman. Inilah yang banyak dicari oleh orang-orang. Orang-orang berlomba mencari uang dan menjadi kaya agar bisa mendapat ketentraman. Lalu apakah semuanya mendapat ketentraman itu?
Tentu tidak, hanya mereka yang dekat dengan Tuhan saja yang mendapat ketentraman itu. Baik si miskin maupun si kaya, jika jauh dari Tuhan sama saja ia tidak tenang hidupnya. Justru orang yang tentram adalah orang yang uangnya sedikit, tapi ia tetap berusaha semaksimal mungkin dalam bekerja dan rela menerima berapapun hasil yang ia dapat, karena ia yakin bahwa ini yang terbaik menurut Tuhan-Nya. Dan si kaya tidak terus menimbun hartanya, ia membagikan sebagian hartanya untuk orang yang membutuhkan. Dengan itu ia menjadi tentram, selain karena menjalankan perintah Tuhan-Nya ia tak risau dengan banyaknya harta yang ia miliki mau dikemanakan. Sehingga ia tidak terus menerus memikirkan hartanya. Ketika mempunyai harta berlebih, tinggal ia sedekahkan saja agar tidak mengganjal di pikiran.
Konsep ketentraman ini seharusnya tidak hanya dicari ketika bekerja saja, tapi kalau bisa setiap saat. Misalnya saat kita memiliki tugas yang banyak, kita harus berpikir bahwa ini untuk kebaikan kita sebagai siswa atau mahasiswa. Sehingga kita tidak berprasangka kalau Dosen atau Guru itu jahat. Tapi sang Guru juga harus mengerti keadaan muridnya, sehingga ketika ada muridnya yang kemampuannya dibawah dari yang lain, ia tidak marah. Begitu pula dalam masalah, jika orang yang kita sukai ternyata tidak menyukai kita, jangan kita paksakan. Biarkan saja ia menemukan jodohnya sendiri, dan kita juga harus yakin bahwa Tuhan akan memberikan jodoh yang terbaik buat kita juga, walaupun untuk melupakan dia butuh waktu lama dan tak mudah.
Jadi kita ambil hikmah dari setiap permasalahan yang kita miliki, jangan hanya dilihat masalahnya saja. Pasti ada kebaikan dari setiap permasalahan yang kita hadapi, dengan itu maka kita bisa merasakan ketentraman dalam hidup. Dengan itu kita tidak perlu insecure dengan yang kita miliki, dan kita tidak akan overthinking berkepanjangan. Karena hidup itu cuma sekali, maka jangan sampai kita tak merasakan ketentraman sama sekali.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”