Matahari terus terbit dan tenggelam, siang dan malam silih berganti tanpa terasa puluhan tahun terlewati. Sampai usia dimana kita bukan remaja lagi bahkan masuk golongan orang dewasa. Semakin tua kita artinya semakin tua juga orangtua kita. Mereka dengan tulus membesarkan, mendidik, memberikan kehidupan, perlindungan tanpa mengharap imbalan.
Usia tak bisa berdusta orangtua kita yang tegap berdiri kini tak dapat menolak tua. Badan yang dulu kuat mengangkat anaknya kini telah renta. Kita sebagai anak tentunya ingin melihat goresan senyum tertoreh indah di muka yang penuh dengan gurat-gurat kerasnya kehidupan. Ntah berapa banyak air mata yang mereka teteskan namun tetap mereka sembunyikan. Ntah berapa keras perjuangan mereka agar kita bisa tertawa. Ntah berapa berat ujian yang harus mereka hadapi, tapi semua kesedihan kegundahan himpitan dan ujian hidup tersimpan rapi oleh mereka.
Banyak sekali orang yang berpendapat ingin bekerja biar dapat banyak uang agar bisa membahagiakan orang tua. Satu pertanyaan yang terbesit di otak saya. Apakah membahagiakan orang tua menunggu kita punya kerjaan bagus dulu? Apakah harus menunggu kita banyak uang agar bisa membelikan ini itu? Apakah kebahagiaan orangtua sebatas dunia? Sebatas materi? Jawabannya tentu tidak karena setiap peluh keringat yang mereka keluarkan tulus dari hati tidak minta balasan.
Orangtua adalah makhluk paling tulus yang diciptakan oleh Tuhan. Hati mereka terlahir dari berlian yang tak ternilai harganya. Bidadari dunia adalah gambaran mahluk yang disebut orangtua. Ketulusan mereka tidak ada tandingannya. Tentunya akan menjadi orangtua yang sangat bahagia bila mempunyai anak yang baik dan berbakti kepada mereka. Bahkan hanya secangkir teh hangat buatan kita di sore hari akan membuat mereka bahagia. Namun, dunia kadang membuat waktu kita terlalu sempit sekadar menyapa saja waktunya tidak ada. Padahal di umur mereka yang renta mereka sangat bahagia bila diajak berbicara, sekadar berbincang ringan akan membuat hormon endorpin mengalir di tubuh mereka.
Terkadang kita terlalu sombong menjadi anak terlebih bila kita terlahir menjadi anak yang “wah”. Merasa lebih pintar dari mereka, merasa lebih canggih, lebih tau teknologi bahkan terkadang suara kita lebih keras dari pada suara mereka ketika berbeda pendapat. Mereka hanya diam walau mungkin saja mereka sedih. Padahal anak tanpa orangtua bahagiakan hujan tanpa awan. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki segalanya. Tidak usah menunggu nanti tapi mulailah hari ini untuk membahagiakan mereka. Salam hangat dari seorang anak yang akan menjadi orangtua dan masih berusaha menjadi anak baik.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”