Tak Perlu Mengada-Ada, Cukup Hidup Seadanya dan Lakukan Sesuai Kebutuhan!

Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam hal ini, tentu setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing untuk terus bertahan hidup. Namun, secara umum manusia memiliki satu kebutuhan pokok yang sangat penting, yakni kebutuhan akan oksigen untuk bernafas. Sedangkan berdasarkan intensitasnya, kebutuhan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.

Advertisement

Kebutuhan primer merupakan kebutuhan utama yang wajib yang dipenuhi oleh setiap manusia untuk menunjang hidupnya, hal itu meliputi pangan, sandang, dan papan. Menurut ILO (International Labour Organization), kebutuhan primer adalah kebutuhan fisik minim masyarakat, berkaitan dengan kecukupan kebutuhan pokok setiap masyarakat baik itu masyarakat kelas kaya maupun miskin.

Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan pelengkap setelah kebutuhan primer terpenuhi. Menurut bahasa, arti sekunder berasal dari bahasa latin yaitu secundus yang berarti kedua.  Contoh dari kebutuhan sekunder yaitu, jika rumah adalah suatu kebutuhan primer maka isi atau perlengkapan rumah itu menjadi kebutuhan sekunder. Karena antara rumah dan perabotannya, tentu rumah lah hal utama yang dibutuhkan oleh manusia, sedangkan perabotan hanya menjadi pelengkap saja.

Selain kebutuhan primer dan sekunder, juga ada kebutuhan tersier yang merupakan kebutuhan terakhir yang sebenarnya tidak terlalu urgent. Kebutuhan tersier umumnya bersifat mewah dan ditujukan untuk kesenangan semata. Oleh karena itu, kebutuhan tersier biasanya dilakukan oleh orang-orang kaya. Salah satu alasan pemenuhan kebutuhan tersier umumnya untuk menunjukkan prestise, semacam simbol yang menandakan bahwa seseorang itu berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Contoh dari kebutuhan tersier yaitu seperti mobil mewah, barang-barang branded, liburan ke luar negeri dan lain-lain.

Advertisement

Namun, di tengah arus modernisasi saat ini, kebutuhan tersier tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang kaya saja. Melainkan golongan kelas menengah ke bawah juga banyak yang melakukannya, misal membeli barang-barang mahal. Padahal, terkadang kebutuhan primer atau sekundernya belum sepenuhnya terpenuhi dengan baik, namun karena termakan gengsi seseorang itu rela berhutang hanya demi meningkatkan gaya hidup. Tentu itu bukanlah suatu kebutuhan, karena hal itu tidak didasarkan pada prioritas untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Memang telah menjadi hal yang wajar di zaman sekarang ini bagi seseorang untuk selalu mengikuti trend masa kini. Namun, yang disayangkan adalah ketika seseorang cenderung pada pemenuhan keinginan  bukan kebutuhan. Hal ini tentunya akan membuat seseorang menjadi konsumtif. Karena segala sesuatu yang dibeli atau dipenuhi tidak didasarkan pada prioritas kebutuhan, melainkan hanya pemenuhan nafsu semata.

Advertisement

Contoh kasusnya yaitu, misal seseorang melihat teman-temannya memiliki smartphone yang canggih dan tentu mahal. Seketika ia memiliki keinginan untuk membeli juga, padahal handphone miliknya saat ini masih bagus dan layak untuk dipakai. Karena seseorang itu merasa gengsi dengan apa dia punya, maka muncul dorongan untuk membeli handphone mahal itu meski sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Toh handphone yang lama masih berfungsi dengan baik. Jika hal ini terjadi pada seseorang yang mampu, tentu tidak akan menjadi masalah. Namun, terkadang banyak dari orang-orang yang memaksakan diri untuk tetap memenuhi keinginan itu meski tahu bahwa ia berada dalam ekonomi pas-pasan. Dan tentunya ia sadar bahwa smartphone mahal itu bukanlah kebutuhan terpentingnya saat itu, karena ada kebutuhan lain yang lebih utama. Hingga muncullah inisiatif untuk meminjam uang kepada rentenir atau sejenisnya. Yang tentu sangat berisiko tinggi.

Jika kita lihat, sekarang ini sangatlah sulit membedakan antara orang yang berasal dari keluarga berada maupun yang bukan. Hal itu karena setiap orang berlomba-lomba meningkatkan standar hidupnya masing-masing. Jika dengan kemewahan itu belum tentu menghadirkan kebahagiaan. Lalu mengapa tidak hidup sederhana saja? Yaitu tentang hidup minimalis dengan mempergunakan uang dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Dengan hidup sederhana, kita tidak perlu malu untuk tampil seadanya, dan tentunya tidak perlu mengada-ada yang tidak ada. selain itu, juga dapat meningkatkan rasa syukur dalam hati terhadap apa yang kita miliki.

Menurut Money Under 30, hidup sederhana merupakan suatu pola hidup yang dijalani dengan tidak berlebihan. Walaupun sebagian besar orang menganggap bahwa sesuatu yang dilakukan dengan berlebih akan mendatangkan kebahagian kepada mereka, padahal nyatanya tidak. Dengan adanya pola hidup sederhana ternyata mampu menciptakan kehidupan seseorang menjadi lebih baik dan damai. Mengapa demikian? Karena hal itu membuat pola pikir seseorang menjadi sederhana, dalam artian tidak rumit atau berlebihan dalam menentukan suatu konsep tertentu. Jika kita memilih untuk hidup sederhana, berarti kita telah berupaya untuk memilih mengenal diri dan menemukan hal-hal mudah yang membuat kita bahagia. Tidak perlu bergaya hidup glamour untuk memenuhi segala sesuatu yang sebenarnya tidak mampu untuk dipenuhi, karena hal ini hanya terus memaksa dan menyakiti diri sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hanya seorang Hamba yang selalu ingin menebarkan manfaat.