Awal September 2022 lalu, Indonesia dihebohkan dengan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Tak hanya Pertalite, Solar dan Pertamax juga ikut naik. Harga Pertalite naik dari 7650 rupiah menjadi 10000 rupiah per liter, harga Solar naik dari 5150 rupiah menjadi 6800 rupiah per liter, dan harga Pertamax bertambah dari 12500 rupiah menjadi 14500 rupiah per liter. Kenaikan yang luar biasa, bukan?
Akibatnya, ada pengendara yang beralih dari Pertamax ke Pertalite. Tapi siapa sangka, antrean pengisian Pertalite jadi panjang. Oleh sebab itu, ada pula pengendara yang berpindah haluan ke Shell atau Vivo. Sebagian besar pengemudi beralasan meskipun harga bahan bakar Shell dan Vivo lebih mahal dibandingkan BBM dari Pertamina, tapi antreannya lebih manusiawi.
Kenaikan BBM biasanya akan berpengaruh pada harga sembako dan kebutuhan lainnya. Makanya banyak orang jadi pusing tujuh keliling. Otak akan diperas lebih kencang agar pengeluaran rumah tangga tidak terlalu membebani.
Saat ini, kendaraan yang sering saya dan keluarga pakai adalah motor. Dua motor di rumah digunakan untuk antar jemput anak sekolah. Suami juga menggunakan motor menuju stasiun, lanjut KRL ke Jakarta.
Mobil orangtua saya masih ada di rumah tapi jarang digunakan. Biasanya hanya dipakai saat akhir pekan ketika bepergian sekeluarga, atau ketika hujan deras. Mau tidak mau naik kendaraan roda empat agar anak-anak tidak kehujaan ketika berangkat/ pulang sekolah.
Saya tahu tidak semua orang seberuntung kami. Ada yang harus membawa kendaraan pribadi keluar masuk tol agar tidak terlambat ke kantor. Ada pula yang harus menyetir mobil setiap hari, menyetrika jalanan ibukota demi bertemu klien.
Tentu saja semua aktivitas menggunakan kendaraan tersebut akan terpengaruh oleh kenaikan harga BBM. Mode hemat diberlakukan. Yang tadinya bisa jajan kapan saja dan dimana saja, sekarang lebih baik masak dan bawa bekal dari rumah.
Bahkan tak sedikit yang mengurangi kegiatan keluar rumah. Meeting tatap muka kalau bisa dilakukan secara daring, ya lebih baik daring saja. Pelatihan-pelatihan yang memakan waktu dan biaya juga beralih via Zoom/ Google Meet.
Bila lokasi tujuan acara dekat dari rumah, banyak pula yang memilih bersepeda atau jalan kaki. Lebih hemat bahan bakar, dan badan jadi sehat. Sedangkan bagi yang kerja jauh dari rumah mulai berpikir bagaimana caranya agar lebih hemat. Entah dengan naik transportasi umum atau mengajak barengan beberapa orang yang searah. Siapa tahu bisa patungan beli BBM, kan?
Solusi di atas bisa berlaku bagi para ekstrovert. Lalu bagaimana nasib orang yang introvert? Berada di kendaraan umum yang ramai kadang bikin sakit kepala. Berbagi mobil dengan orang asing? Wah, mau ngobrolin apa?
Masih mending kalau keluarga sendiri atau teman dekat yang pergi semobil. Kalau bukan dan justru membuat tidak nyaman, bisa berabe.
ADVERTISEMENTS
Atasi Kenaikan BBM dengan Kendaraan Tanpa BBM
Lalu apa alternatif solusinya? Bila kenaikan harga BBM menjadi masalah, kenapa tidak mencoba menggunakan kendaraan tanpa BBM? Apalagi kendaraan tersebut terbukti ramah lingkungan.
Tak hanya itu, masalah jalanan yang padat di ibukota dan jalanan yang rapat di pemukiman bisa diatasi. Alasannya karena kendaraan tanpa BBM ini berdesain mungil dan minimalis.
Penasaran?
Yuk, kenalan dengan Wuling Air ev, mobil listrik kekinian yang tidak terpengaruh harga BBM.
Kamu perlu tahu bahwa mobil listrik tidak menghasilkan gas emisi sehingga tidak terbentuk polusi udara. Ketika mesin mobil Wuling Air ev dihidupkan, tidak ada yang namanya asap kendaraan.
Kamu juga perlu tahu dimensi Wuling Air ev sangat mungil yaitu panjang 2974 mm, lebar 1505 mm dan tinggi 1631 mm, sehingga bisa meliuk-liuk di jalanan yang padat atau sempit.
Meskipun mungil, jangan khawatir dengan kondisi kabinnya karena lapang bagi pengemudi dan penumpang.
Terdapat dua tipe yang bisa kami pilih yaitu tipe Standard Range dengan jarak tempuh mencapai 200 km untuk sekali isi daya, dan tipe Longe Range dengan jarak tempuh mencapai 300 km. Psst, tipe Longe Range punya tiga mode berkendara yaitu Normal, Eco dan Sport.
Bagaimana dengan harganya? Harga Wuling Air ev cukup terjangkau untuk milenial ibukota. Untuk tipe Standard Range dibanrol dengan harga 238 juta rupiah. Sedangkan tipe Long Range dihargai sebesar 295 juta rupiah. Menarik, bukan?
Percaya tidak percaya, daya listrik Wuling Air ev bisa diisi di rumah. Asalkan daya di rumahmu mencapai minimal 2200 volt ampere. Benar-benar easy home charging sehingga memudahkan pemiliknya. Selamat tinggal antrian BBM!
Kalau daya rumahmu tidak sampai 2200 volt ampere, jangan sedih! Menurut data dari Kementerian ESDM, saat ini di Indonesia sudah ada 369 stasiun pertukaran baterai dan 332 stasiun pengisian daya di 279 lokasi. Wow, jumlah yang cukup besar.
Kamu juga tidak perlu khawatir lagi dengan ketersediaan BBM di masa depan karena sebagai mobil listrik, Wuling Air ev berdampak positif bagi kelestarian lingkungan. Selain sustainable, Wuling Air ev juga lolos uji tahan air dengan kedalaman 30 cm.
Yang tak kalah penting adalah adanya fitur keselamatan berkendara yaitu ABS (Anti Lock Brake System) dan EBD (Electronic Brake-force Distribution). Pada bagian kabin Wuling Air ev juga terdapat dua pengait kursi keselamatan bagi anak. Sebagai tambahan, terdapat pula sistem pemantauan tekanan ban.
Jadi, apakah kamu mulai tertarik untuk memiliki Wuling Air ev?
Mobil listrik yang ramah lingkungan dan tidak terpengaruh kenaikan harga BBM ini patut kamu pertimbangkan sebagai kendaraan pilihan pertama bagi milenial.
#HipweexWuling #ForABetterLife #DriveForAGreenLife
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”