Mungkin hampir semua dari kita pernah merasakan yang namanya gagal dalam mencapai sesuatu, tidak lulus untuk masuk ke sekolah atau perguruan tinggi yang kita idamkan, gagal terus dalam interview kerja di perusahaan yang kita impikan, selalu rugi ketika mencoba merintis sebuah bisnis. Gagal satu dua kali mungkin kita masih semangat, namun ketika gagal terus setelah berulang kali mencoba?, banyak sekali orang yang hampir frustasi, menyerah dengan keadaan dan mencoba agar mimpinya dilupakan.
Ketika lulus SMA, saya sempat merasakan yang namanya gagal berkali-kali masuk universitas negeri, saya hanya mendaftar negeri dan tidak daftar swasta karena swasta relatif lebih mahal biaya kuliahnya dan saya tidak ingin membebankan orang tua saya terlalu berat. Percobaan pertama untuk SNMPTN Undangan = gagal, tidak terlalu berharap memang karena hanya mengandalkan dari nilai rapor (meskipun ranking saya di sekolah masuk 10 besar) dan track record sekolah saya di SNMPTN Undangan untuk jurusan dan universitas yang saya daftarkan memang tidak terlalu bagus, namun agak menyesal karena ternyata banyak juga teman-teman saya yang gambling untuk mendapatkan kampus impiannya meskipun pilihan jurusan mereka agak gambling dan ketat sekali persaingannya.Â
Selanjutnya saya mencoba tes SBMPTN (tes tulis untuk masuk universitas negeri), Dari awal saya sudah sangat percaya diri akan lolos dari jalur ini, berbagai upaya telah dilakukan seperti mengikuti bimbel di 'Gajah Duduk', membeli buku-buku soal latihan di Kaskus, mengikuti beberapa kali try out dan hasilnya selalu lolos di pilihan pertama dengan skor tes yang selalu masuk 10 besar diantara peserta-peserta try out lain yang jumlahnya lebih dari 100an orang.
Pada akhirnya saya pun gagal lagi, tidak disangka bahwa ketika tes, tingkat kesulitan soalnya saya rasakan sangat jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, akhirnya saya pun lesu, tidak banyak soal yang bisa saya jawab dengan benar, dari sini mental saya sudah mulai sangat down karena saya sangat berharap bisa lolos dari jalur ini.
Belum menyerah juga, beberapa minggu kemudian saya mengadu peruntungan di SIMAK UI dan UM UGM, namun lagi-lagi gagal, dan di tes terakhir saya mengikuti UM Undip barulah saya lolos dan bukan main senang rasanya karena di titik itu saya mulai hampir putus asa dan menjadi bodo amat juga dengan hasilnya namun ternyata Allah kasih saya jalan di sana, akhirnya berhasil di percobaan kelima, setelah empat kali gagal.
Hal serupa (bahkan lebih menguras energi) terjadi lagi ketika saya lulus kuliah dan saya harus mengikuti tes kerja, saya lulus pada Desember 2017 dan pada saat lulus itulah saya mulai bingung mau kerja sebagai apa, akhirnya saya mencoba hanya mengikuti arus dengan mendaftar di lowongan yang membutuhkan jurusan geologi dan terbuka peluang untuk fresh graduate.
Dalam rentang waktu awal 2018 hingga akhir 2019 saya mengikuti tes-tes di berbagai perusahaan namun tak kunjung dapat pekerjaan, kebanyakan hanya berujung email berisi permintaan maaf atas penolakan, bahkan banyak lamaran (hingga saya malas untuk menghitung karena saking banyaknya) diantaranya yang tidak berbalas sama sekali. Lima kali gagal di wawancara user dan tiga diantaranya adalah kontraktor tambang terbesar di Indonesia, dua kali gagal di wawancara HR, satu kali gagal untuk bergabung dengan perusahaan meskipun saya sudah MCU dan hasil MCU saya menyatakan fit, dan satu kali gagal setelah tes kesehatan di perusahaan energi BUMN di Indonesia.Â
Awal-awal merasakan kegagalan dalam tes kerja biasa saja karena itu hal yang wajar, namun lama-lama setelah berkali-kali gagal dan berbulan-bulan menganggur menumbuhkan rasa frustasis etelah mengorbankan banyak waktu dan tenaga untuk mengikuti tes-tes yang lokasinya berbeda provinsi dan tentunya juga butuh modal uang untuk ongkos bis, kereta, dan akomodasi di kota lokasi tes, namun tak kunjung bisa segera mendapatkan pekerjaan sehingga bisa mandiri dan tidak merepotkan orang tua lagi, akhirnya setelah belasan tes kerja saya ikuti saya mendapatkan pekerjaan di salah satu kontraktor tambang dan mulai bekerja pada Juli 2019. Memang bukan sesuatu untuk dibanggakan bisa mendapatkan pekerjaan pertama setelah satu setengah tahun menganggur.
Namun saya bersyukur bahwa selama perjalanan itu saya tidak menyerah, meskipun seringkali saya mengeluh dengan kondisi, kesal kepada diri sendiri karena gagal terus, iri melihat rekan-rekan yang lebih dahulu bisa kerja. Namun pada akhirnya saya tetap tidak punya pilihan selain terus berjuang untuk mencapai apa yang saya tuju. Saya bersyukur karena banyak sekali hikmah yang bisa dipetik dari kegagalan-kegagalan yang saya alami untuk membuat mental saya lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.
Tidak apa jika sesekali mengeluh di tengah perjalanan, capek dan sedih itu wajar, bahkan tak apa jika ingin menangis dan tidak usah menahannya. Namun jangan lupa untuk tetap berjuang untuk bertahan sedikit lagi, Tujuanmu akan tercapai.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”