Atas Nama Persahabatan, Kuputuskan untuk Menanggalkan Perasaan. Daripada Terus-terusan Menjadi Beban

menanggalkan perasaan atas nama persahabatan

Kenapa sesulit ini untuk pergi? Apakah masih tak sadar, dirimu ini tak pernah ada di hatinya? Kamu hanyalah teman baginya. Sejak kapan kamu berani bermimpi dia kan merasakan hal yang sama denganmu? Bukankah sudah jelas dengan sikap dan perbuatannya selama ini untukmu? Kenapa kamu merasa kalau dia tiba-tiba menjauh? Sejak kapan kamu berpikir kalau dirimu benar-benar dekat dengannya? Apakah kamu tak pernah berpikir jikalau banyak yang seperti dirimu mengelilinginya? Sejak kapan kamu percaya diri bahwa kamulah satu-satunya orang yang dia harapkan? Sejak kapan pemikiran itu tumbuh, kamu sirami, dan berakar dalam hatimu?

Advertisement

Apakah kamu tak tahu atau lupa kalau mendahului kehendak-Nya adalah sesuatu yang salah? Kenapa kamu seberani ini mengartikan kedekatanmu dengannya adalah sebuah kemungkinan untuk bersama? Apa kamu tidak ingat dengan sudah ke berapa kali kamu harus merasakan hal yang sama seperti ini? Kecewa karena terlalu berpikiran positif? Iya memang tidak salah berpikiran baik terhadap perhatian seseorang. Yang salah itu jika kamu selalu menggunakan hatimu.

Apa di sini hanya kamu yang tidak tahu betapa lekatnya suatu persahabatan? Risikonya jauh lebih berat dari sekedar teman biasa. Kamu harus siap setiap waktu jika perasaanmu harus jadi taruhannya suatu hari nanti. Kamu harus berada di suatu pilihan yang akan jauh lebih sulit dari hanya sekedar tak makan beberapa hari atau tak tidur gara-gara tugas atau pekerjaan yang menumpuk setiap hari. Apakah pertanyaan-pertanyaan itu tak cukup untuk meyakinkanmu akan posisimu saat ini? Apa kamu masih ingin bersikeras terhadap perasaanmu, sedangakan di satu sisi ada orang lain yang selama ini dia tunggu?

Kamu memang tak pernah memepermasalahkan dia dekat dengan siapa. Wajarlah namanya juga seorang manusia yang juga butuh perhatian dari mana saja. Tapi, untuk selama ini, sikap yang kamu rasa telah berbeda telah terjawab sudah. Namun jawaban itu justru datang dari orang terdekatmu sendiri. Dan jawaban itu ternyata sudah ada sejak lama sebenarnya. Hanya saja Tuhan baru menunjukkan waktu untukmu mengetahuinya. Iya. Seseorang yang selama ini dia dekati adalah justru sahabatmu sendiri. Seseorang yang tahu bahwa kamu benar-benar tulus menyayanginya.

Advertisement

Setelah kamu tahu akan informasi penting ini seharusnya kamu harus juga bisa mengambil sikap untuk ke depannya. Bukan hanya perasaanmu saja, tapi ini lebih kepada persahabatan yang sudah kalian jalin selama ini. Memang berat. Siapa bilang ini suatu hal yang mudah? Namun, sesuatu yang sangat kamu sesalkan adalah kenapa sahabatmu tidak pernah jujur saja kepadamu? Bukankah jika dengan menutupi semua itu justru akan membuatmu menjadi orang jahat, yang menjadi penghalang untuk mereka? Kamu tahu bahwa itu juga sangat sulit untuknya. Kamu juga tahu bahwa kamu tidak boleh egois kenapa sampai dia menyembunyikannya.

Memang rasanya seperti ingin menyalahkan diri sendiri dan juga mereka, tapi semua sudah terjadi. Semuanya memang termaafkan baik kamu juga dia. Namun kamu harus tahu ini juga berat untuknya, sahabat yang selama ini dekat denganmu. Mungkin sikapmu tidak akan bisa seperti dulu. Jikalau bisa, itu bukan untuk sekarang. Entah sampai kapan perasaan itu benar-benar hilang darinya.

Advertisement

Segala kesalahpahaman antara kamu dan kedua sahabatmu akhirnya terpecahkan. Segala pertanyaan dan sikap menghindar yang kamu lakukan terjawab sudah. Ternyata sahabatmu yang pertama kamu curigai hanya sebagai temannya semata. Sahabatmu yang lain, yang sepertinya tidak pernah kamu pikirkan akan didekatinya, justru dia yang saat ini sedang dekat dengannya. Salah memang jika sebagai sahabat harus mencurigai sahabatnya sendiri. Namun, setidaknya segala kegelisahanmu kini sudah mendapatkan titik terangnya.

Sebagai seorang sahabat kamu pastinya tidak ingin gara-gara semua ini persahabatanmu hancur begitu saja. Bagaimanapun juga perasaan tidak bisa dipaksakan. Kamu harus tetap bisa menerima meskipun hati tetaplah masih tak percaya bahkan tak mau untuk secepart itu merelakan. Sekali lagi ini bukan sesuatu yang mudah bagimu, tapi kamu harus berani mencoba membuka hatimu untuk oranglain. Meskipun itu juga bukan hal yang membantu. Jatuh dan patah. Sesuatu hal yang lumrah bahkan sering kamu pahami juga alami. Maka dari itu, seperti hari kemarin, mulailah kembali untuk menata hati dan pikirmu bahwa kamu juga layak untuk mendapatkan seseorang yang tulus kepadamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan sekedar hobi melainkan memberi arti.

Editor

une femme libre