Ketika kenyataan membangunkanku dan membuat aku sadar bahwa apa yang kurasa ini percuma, ketika itu juga aku sadar bahwa aku telah salah, aku sungguh salah. Aku salah karena telah menjatuhkan hati, aku salah karena telah memelihara rasa yang berbeda, aku salah telah mengizinkan harapan semu merenggut hari-hari indah ini tanpa jera.
Waktu terlalu cepat memberikan jawaban, hanya aku yang terlalu bodoh untuk tidak menyadari bahwa rasa ini sama sekali tidak berarti. Tapi semesta masih terlalu baik telah menarik dan membawa aku untuk berpikir dalam hening, memberikan ruang padaku untuk mengeja satu persatu kenyataan yang terjadi.
Ketika itu kulihat diri dalam cermin. Lalu dalam hati aku bertanya, sebodoh inikah aku, untuk apa aku membiarkan waktu berlalu dan habis begitu saja hanya karena satu harapan yang saat ini belum bisa kudapati. Harapan itu menenggelamkan senyum, menghanyutkan ceriaku, hingga benar-benar tidak ada lagi sisa tawa.
Lalu tanpa rasa bersalah kamu bertanya tentang apa salahmu. Kamu tahu, kesalahan terbesarmu adalah telah hadir. Yaaa,, mengapa kamu harus hadir. Seperti ombak membasahi pantai, seolah memberikan sejuta kesejukan tapi justru seribu gores yang kamu tinggalkan. Dan bodohnya aku yang terhanyut dalam harap. Tak beda seperti pasir di pantai, mau saja hatinya ditarik ulur tanpa akhir, datang dan pergi tanpa kepastian, tanpa kejelasan, tanpa komitmen.
Ah sudahlah, tidak perlu kamu meminta maaf. Untuk apa kata maaf darimu, jika hanya kamu jadikan sebagai penghibur bagi hati yang kamu abaikan ini. Justru itu hanya akan membuat luka yang tergores menjadi semakin dalam, semakin perih, semakin sulit disembuhkan.
Sekarang kamu kembali bertanya tentang apa yang aku inginkan. Aku ingin kamu pergi, berlayarlah sejauh mungkin, bawa pergi dan menghilang segala hal tentang dirimu dan jangan ada lagi yang tersisa meskipun sekecil debu. Karena aku tidak menginginkan kembali semua hal yang menyangkut tentang dirimu, apapun itu. Dan biarkan aku tinggal disini, meski hanya bersama karang, meski hanya berteman sisa-sisa luka.
Tidak, kamu tidak perlu khawatir. Hatiku ini setegar karang, sedalam dasar dan seluas samudera yang kutempati ini, maka secepatnya aku akan kembali seperti diriku yang dulu, jauh sebelum pertemuan kita, jauh sebelum aku mengenalmu. Tapi satu hal yang harus kamu ingat. Aku sama sekali tidak menantimu, tidak akan lagi menanti kedatanganmu, tidak akan lagi membuang waktuku lebih lama untuk menunggu kamu kembali.
Ketika sisa-sisa luka ini telah berhasil kusembuhkan, kamu bukan lagi orang yang dulu pernah kuharapkan, bukan lagi harapan yang dulu selalu kusebut dalam doa.
Dan tidak akan ada lagi tempat bagimu untuk singgah, meskipun nanti kamu menjelaskan bahwa perjalananmu tidak seindah saat kamu singgah disini.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.