Bukan untuk Mengorek Luka, Tulisan Ini Hanya Ungkapan Rasa Syukurku atas Kandasnya Hubungan Kita

ungkapan rasa syukur atas kandasnya hubungan kita

Aku sedang tidak mengutukmu atau pun dia dalam tulisan ini. Tapi aku berterima kasih, salah satu alasan kenapa aku tidak akan segampang itu lagi percaya pada sebuah fakta dan wajah yang bersembunyi di balik kepura-puraan. Maaf, jika aksara yang ku rangkai untuk kalian kali ini menjurus untukmu yang pernah menjadi segalanya, tapi sekarang bukanlah siapa-siapa.

Advertisement

Bukan untuk mengorek luka, tulisan ini untuk rasa syukurku atas kandasnya kita, yang sekarang sudah tidak lagi saling menggenggam, karena asing di jalan masing-masing adalah hal yang tak perlu diratapi. Entah apa yang ada dalam pikirmu ketika memintaku saat itu. Mata yang benar menyiratkan kesungguhan, malah menyimpan nyata penuh kemunafikan. Apa yang sebenarnya kamu inginkan saat menyatakan perasaan yang kukira itu bukan jebakan?

Masih tidak kupahami, mengapa sosok lelaki yang terlihat begitu baik, sangat keji mematahkan hati perempuan yang perasannya dijadikan seolah lelucon yang pantas ditertawakan?


Mencintai adalah siap tersakiti, dan kali ini aku dibodohi akan ekspektasi.


Advertisement

Sangat percayanya aku bahwa akulah satu-satunya hingga tidak terbersit prasangka bahwa kamu akan mendua bahkan akulah yang kedua. Lucunya, yang aku yakini malah itulah yang paling menikam hati tak terampuni. Waktu yang aku rutuki tidak akan mengubah apa yang telah terjadi. Kamu mendeskripsikan bahwa semuanya seolah cinta, tapi sungguh tega karna tak hanya aku yang menjadi bagian dari cerita kita.

Kamu yang sebenarnya telah dimiliki romansa lain, aku yang terus terseret kesemuan juga memahat pilu dalam cerita kamu dan dia. Dia dan kamu sudah lebih dulu, tapi tak tahu malu menjadikanku antara juga jeda yang ambigu. Menghancurkan mimpi perempuan lain yang memiliki impian sama sepertiku, tak ayal membunuh diriku sendiri. Menjadi seorang kamu yang sudah pasti kelabakan menentukan pilihan, malah larut dalam dua alur berbeda.

Advertisement

Wajah tampan, tapi sungguh hati tidak menawan. Begitu kejam menghidupkan macam peran dan mematikan dua nyawa bersamaan. Kamu menggenggamku, tapi sangat erat merangkulnya. Genggam yang enggan lepas, tapi peluk untuknya yang semakin dalam dekap.

Aku berhak dicintai tanpa ada pihak lain yang disakiti. Aku bebas ditemui juga menemui. Aku harus dibahagiakan dengan sejatinya kebenaran, bukan dengan kebohongan yang diskenariokan. Aku punya ketulusan yang harusnya dibalas dengan murninya pengorbanan.

Bukan dengan kepura-puraan untuk mencapai sebuah tujuan, bukan dijadikan pelarian dan pengalihan. Perasaan yang aku punya bukan mainan yang bisa dijamah seenak-enaknya. Aku tidak bodoh mempertahankan manusia yang tidak sungguh menginginkanku. Tidak lantas atas nama perasaan aku membiarkan diriku berkubang pada kesakitan.

Melepaskan adalah pilihan yang diharuskan. Tidak ada alasan untuk tetap bertahan dan mengorbankan perasaan sendiri. Bahagiaku adalah aku penentunya, membiarkan kamu tetap bersamaku dengan kenyataan kamu juga milik hati yang lain adalah beban yang sudah semestinya aku tuntaskan.

Aku sempat sekarat, tapi tidak menahanku untuk membiarkan hubungan kita tetap selamat. Lebih baik tamat, dan mempersilahkan hatiku kembali hangat adalah tepat untuk aku dan diriku sepakat. Menjadi pihak yang dirugikan itu sudah pasti. Tapi hal-hal baik akan selalu aku temui selepas kehilanganmu. Kalian berhak terus bersama, mereguk indahnya kebersamaan tanpa pihak ketiga.

Syukurku untuk pergiku.

Syukurku saat ini adalah dengan tidak semakin menjebak diriku.

Menghindarkan jiwaku untuk tidak semakin parah karna pengkhianatan.

Syukurku betapa baiknya Tuhan yang menyelamatkan dan menyadarkanku, bahwa yang kuperjuangankan menjadikanku lalai, lupa bahwa hati manusia itu misteri, sebab aku tak boleh mengkhawatirkan apa yang sudah menjadi kepastian hakiki.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Don't lose hope, keep fight, always trust!

Editor

une femme libre