Tengah malam yang sunyi hanya ditemani kicauan kipas angin jadul di sampingku, ku tuliskan cerita tentangmu.
Tentang dirimu yang ku tunggu hadirnya dalam setiap langkahku di bumi ini.
Kucoba untuk memandangmu ketika jauh, punggungmu membuat langkahku terhenti d isini. Langkahku tak bisa jauh dari tempatku berdiri. Lalu kau palingkan badanmu kearahku. Jantungku berdetak, mataku terpana. Namun aku hanya diam seribu bahasa. Kesempatan menyapamu terbuang, namun tak percuma.
Hari itu aku dapat memandang wajahmu meski kau tak tau kemana harus memandangku.
Sekian hari yang kulewati, kususuri berbagai arang melintang dalam amuknya hatiku. Di sana hanya ada parasmu yang kian membuatku tak kuasa untuk mendoakan keselamatanmu. Meski tak ku tahu kau mendoakanku atau tidak, namun aku akan selalu meminta selamatmu kepada Tuhanku.
Lalu kupanjatkan pintaku selanjutnya, dalam sunyinya gelap malam dan heningnya bintang, kau tetap bersinar dalam pandangku. Pintaku tak jauh dari apa yang selalu diimpikan oleh setiap orang yang sedang mendamba cinta, yaitu bersamamu.
Sore hari tak seperti biasanya yang kulalui. Kala tak kukenal dirimu, senja selalu menjadi peraduanku.
Memandang matahari terbenam dengan indahnya pancaran sinar kemilaunya. Namun setelah ku mengenal senyummu, indahnya langit sore tak sebanding dengan kemilau senyummu. Wahai dewi cinta, apakah aku sudah gila?
Memang tak ada yang waras soal cinta.
Keindahan alam yang selalu kucari cari ke berbagai penjuru wisata,
nyatanya tak kutemukan indahnya yang mengalahkan pancaran indah senyummu, dewiku.
Akhirnya kutemukan malam yang sunyi lagi. Ketika hatiku dulu tak kuasa menahan sepi akan tiada yang mengisi, kuharap engkaulah yang mengisi. Namun ku sadar, dirimu tak sebanding dengan hanya pengusir sepi.
Kau lebih dari itu, kau lebih berharga dari itu.
Malam malam yang kulewati tak kunjung kutemukan tambatan untuk berbagi kisah.
Namun setelah mengenalmu ku harap engkaulah teman dalam berbagi kisah itu.
Aku merindu tapi tidak selalu.
Tetapi untukmu, rinduku semakin mengadu,
akan hadirmu dalam setiap malam sunyiku untuk menemani hatiku.Wahai kamu yang sedang ku tunggu,
aku dalam malamku dalam setiap risalah mimpiku mendambamu.
Dalam setiap awal akan selalu ada akhir. Aku dan kamu kita berawal dari perihnya kisah cinta. Kau merana aku pun juga. Kita tau masa lalu terkadang pahit dan pedih. Kita pernah terjatuh hancur karena sebuah cinta yang kita perjuangkan.
Engkau tak percaya akan cinta dan setiap gerak dari pria.
Aku pun juga tak lagi hangat akan setiap wanita yang mengumbar sapa.
Kita telah dibunuh oleh perasaan sendiri. Hati kita hancur berkeping keping, jatuh, patah tak bisa berdiri apalagi terbang untuk kembali.
Setelah kita paham apa itu kepedihan akan cinta, maka yang tersisa hanyalah asa.
Aku munafik. Aku bersikap tak mengingkan cinta, tak perlu kasih sayang, tak perlu hadir pasangan.
Aku munafik memang.
Tetapi untukmu sepertinya aku tak bisa menipu, hatiku berucap bahwa aku perlu cintamu, kasihmu, serta dirimu.
Ditulis oleh seorang munafik cinta.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”