Surat Terbuka untukmu, sebagai Pengingat Cerita Kita Bermula dan Semoga Berakhir Bahagia

untuk kekasih hati

Jangan tinggalkan aku ya, Sayang. Tidakkah kamu tahu betapa membutuhkannya aku akan dirimu saat ini? Bukannya aku memaksamu untuk selalu di sisi, namun aku tak pernah begitu mencintai pria sedalam ini.

Advertisement

Mari kita ingat sejenak masa ketika pertama berjumpa. Malam itu pertama kalinya aku ikut kegiatan di luar zona nyamanku, yaitu gym. Keputusanku saat itu bulat, ingin segera mengalihkan pikiranku dari sebuah kenyataan yang perih, bahwa ia telah pergi.

Tatapanku yang kosong, dada yang bergemuruh, raut wajah yang murung, jadi kondisi yang lengkap untuk aku bawa ke tempat baru.

Di tengah kesedihan serta keterpaksaan, tiba-tiba tatapanku bertemu denganmu. Kamu yang sedang sibuk, melontarkan sebuah tanya.

Advertisement


“Sudah berapa set latihannya?”

“Udah pakai alat apa saja?”


Advertisement

Pertanyaan sederhana yang membuat malamku berharga. Pada akhirnya, itulah yang membuat kita saling bertegur sapa via suara di esok harinya. Hingga akhirnya kita menyadari bahwa rasa yang kita punyai ternyata sama.

Di sinilah, kita sekarang. Dari asing, menjadi mudah berbagi tentang diri masing-masing. Mungkin, kamu sudah merasa jenuh dengan berbagai sifatku yang kekanak-kanakan, seperti mudah menangis ketika ada sesuatu yang mengganggu hingga sikapku yang terkadang merajuk tanpa alasan. Selain itu, maaf apabila beberapa kalimat sok puitis selalu kulontarkan untukmu. Itu hanya sebagai bukti kecil, bahwa aku bahagia memilikimu.  

Percayalah, aku tak pernah sepercaya ini pada orang lain. Aku adalah orang yang tidak pernah menaruh curiga sedikitpun padamu. Semua perubahan ini hanya kulakukan sejak bersamamu.

Bukan apa apa, tapi semenjak kamu datang untuk mengubah warna kehidupanku. Dari yang semula abu-abu menjadi mejikuhibiniu, sejak saat pertama kali aku melihatmu. Aku memang sudah mengagumi caramu yang ramah pada setiap mata, kamu yang cukup berani ke rumahku, caramu mendekatiku, sampai yakin bahwa akulah orang yang tepat untuk berjalan di sisimu. Rentetan kisah itulah yang tidak pernah aku bayangkan, sebelumnya.

Aku ingat sekali, tentang Starbucks. Hari Sabtu. Kamu pakai kemeja cokelat dan aku dengan santainya memakai kaos. Kita anggap, saat itu sebagai hari salah kostum.  Tapi, tidak jadi perkara besar. Kita putuskan untuk membeli lemon tea, kamu ajak aku menonton Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw di laptop dengan santai, lalu tiba-tiba kamu izin untuk pergi sebentar.

Aku iyakan tanpa rasa penasaran. 30 menit berlalu. Kamu datang dengan hal tak terduga, sebuah cincin.

Aku tahu, kalau kamu gugup, Sayang. Akupun tak kalah kikuk-nya. Suasana tiba-tiba panas, namun jantung kita berdegup kencang. Lagi-lagi aku tidak percaya dengan kejutan semesta, karena aku tidak punya ekspetasi, bahwa kamu punya perasaan lebih.

Kamu yang paham, kalau aku yang saat ini sedang belajar dari kisah yang terdahulu. Kamu yang paham, bahwa aku masih memiliki ketakutan dan kekhawatiran akan menjadi wanita yang dikhianati, lalu ditinggalkan dan dengan sempurna dilupakan. Aku yang sempat bercerita padamu untuk mulai belajar dalam perkara mencintai memang tak perlu utuh.

Tapi, kamu yakinkan padaku, bahwa akulah yang akan menjadi tempat berlabuhmu. Kamu yakinkan aku, untuk menjadi yang terakhir. Kamu sematkan cincin di jari manisku yang dingin, mengatakan bahwa kamu bisa bersabar menungguku hingga lulus studi.

Aku yang awalnya ragu, mulai melunak. Tidak kutemukan alasan tepat, mengapa aku jatuh cinta dengan cepat. Aku mencoba menguatkan diri dan mulai berdoa, semoga kamu adalah orang yang tepat dan aku diberikan kemampuan terus menjadi pribadi yang tangguh, agar aku bisa menjaga kisah kita tetap utuh. Kuharap, kamu juga begitu.

Hai, Sayangku. Maaf jika, beberapa kali aku mengunggah fotomu. Tapi percayalah, aku tak pernah memiliki niat untuk sengaja pamer memilikimu, hanya saja aku ingin membuktikan bahwa gadis yang dulu dikenal rapuh ini, sekarang sudah berbahagia karena telah ditemukanmu yang jauh lebih tangguh. Sedikit saja aku ingin berbagi kepada mereka, bahwa selalu ada sosok yang akan mendampingi setelah kehampaan.


Hai Sayangku, bisakah kamu tetap seperti ini?


Tolong jangan pernah berpaling apalagi berniat untuk menjadi asing. Kamu tau kan, Sayang, di bumi ada jutaan wanita yang siap merebutmu kapan saja dariku. Kamu juga tau kan, selain kamu masih banyak pria yang bisa mencuri perhatianku. Karena itu, agar segala kisah ini tetap utuh, bisakah kita saling menguatkan diri untuk tetap bersatu? Aku masih ingin kamu yang akan menemaniku ketika aku mulai tidak peduli terhadap pola makanku.

Aku masih ingin kamu yang menemaniku bercengkrama menghabiskan hari di meja makanku. Aku masih ingin kamu yang menemaniku olahraga walau usia kita sudah menua. Aku masih ingin kamu sekarang, esok, lusa, dan selamanya. Jadi tolong, jangan pernah berpikir untuk melepasku apalagi meninggalkanku. Beri aku waktu untuk belajar memahamimu. Setiap murka dan dukamu.

Sungguh Sayang, aku masih ingin belajar untuk memahamimu. Karena aku percaya, di balik perdebatan yang selalu menjenuhkan dan kadang menjernihkan, ada segenggam asa yang sedang diperjuangkan mati-matian. Hingga kita saling sepakat bahwa kisah ini takkan pernah kita tinggalkan. Merasakan nikmatnya jatuh cinta pada orang yang sama untuk yang kesekian kalinya,

Jadi, bisakah aku berharap kepadamu agar kamu juga tak segan memahamiku? Belajar memahami bahwa gadismu tak selalu seperti kriteria idamanmu. Bahwa aku hanya gadis yang juga bisa membuatmu kecewa dan marah.

Semoga saja kamu tetap bisa menjadi kuat dan senantiasa memeluk kisah kita dalam doa yang hangat. Semoga saja kamu tetap menjadi sosok yang tangguh untuk menjaga kisah kita tetap utuh.

Kamu adalah sesosok yang romantis, Sayang. Aku senang apabila tanganku digenggam olehmu tanpa rasa malu di depan umum, aku senang, jika kamu mengenalkan pada lingkungan bahwa aku adalah calonmu, aku senang dengan tawamu, aku senang ketika kamu mendengarkanku, aku senang dengan segala perilaku manjamu, aku senang ketika kamu mengatakan bahagia telah memilikiku. Aku senang, kamu selalu mengapresiasi apa yang aku berikan padamu.

Jadi, tetaplah seperti itu.

Begitupun saat aku membutuhkanmu dan kamu tak sepenuhnya selalu ada di sisiku. Bahkan saat aku hanya menjadi nomor yang ke sekian dari banyaknya kesibukanmu. Tapi aku tau, segala jerih payah yang sedang kamu usahakan, adalah untuk kebaikan dan masa depan bersama. Jadi sekali lagi, tetaplah seperti itu.

Untukmu Sayangku, Dirman. Terima kasih karena sudah memilihku. Semoga kali ini takdir benar-benar berpihak pada kita. Dalam semua suasana hati, semoga kita tetap bisa jatuh dan mencintai sepanjang hari. Biarlah jika harus silih berganti, yang penting kita tetap sehati.

Jarak tak selalu menjadi penghalang, justru keseriusan berdua yang seringkali dipertanyakan. Mau sejauh apa kita dipisahkan oleh jarak, jika aku dan kamu punya tujuan bersama, maka tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.

Tunggu aku, lulus studi. Aku akan berusaha untuk membuatmu selalu bangga dan beruntung telah memilihku.

Dari aku, kekasih hatimu :)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang mahasiswi yang melankolis

Editor

Not that millennial in digital era.