Surat untuk Mama

Ibu dengarkan aku sebentar saja…..

Advertisement

Ibu aku ingin berceritera tentang perjalananku….

Ibu, Terima kasih karena telah menggenggam tanganku dan mengajarkanku cara berjalan

Ibu, terima kasih karena telah mempercayaiku berjalan sendiri ketika aku menemukan jalan yang kuyakini sebagai jalanku.

Advertisement

Ibu aku ingin berceritera tentang perjalananku setelah kau melepaskan genggamanmu.

aku tahu kamu mengkhawatirkanku, aku tahu kamu mencemaskanku,aku tahu sllu ada air mata yang menetes ketika kau menyebut namaku dalam setiap do'a-do'amu yang suci. Karena kamu tahu perjalanan hidup di dunia akan sangat sulit untuk puterimu.

Advertisement

dan aku pun tahu rasa percayamu padaku jauh lebih besar dari semua rasa itu.

Ibu,

ketika aku berjalan seorang diri aku merasakan betapa panasnya mentari disiang hari, aku sedih ketika dengannya jahatnya dia membakar kulitku hingga panasnya menusuk ke tulang-tulangku, aku sedih ketika menyadari tak ada bayanganmu u/kuberlindung. Ingin rasanya, aku mengaduh padamu, tapi aku takut kamu menyesal telah membiarkanku memilih jalanku sendiri. Akhirnya aku terus melangkah dan aku menemukan kehangatan mentari ketika senja menjemputku. kehangatan itu membuatku merasa tenang, hingga aku tak takutmenyambut gelapnya malam dan kehangatan itu seolah berjanji akan kembali lagi ketika cakrawala pagi membangunkanku.

Ibu,

Sepanjang jalanku, aku mendapati musim yang datang silih berganti. Ada waktu di mana aku merasakan hembusan angin yang sejuk diiringi daun-daun yang berguguran, segera setelah itu akan tumbuh tunas baru di setiap ranting pohon, ada saat di mana bunga-bunga bermekaran di sepanjang jalanku, kadang panas berkepanjangan membuatku lelah dan haus namun akan ada Hujan yang menggantikan. Pernah hujan badai datang menerpaku dan membuatku ketakutan, menangis, dan meneriakkan namamu tapi kamu tak ada di sana. Kau tahu, aku hanya bisa berdoa dan menyebut namamu agar kau pun tak lupa menyebutku dalam do'amu, lalu setelah hujan badai itu berlalu aku melihat PELANGI yang begitu cantik dan menemani langkah kakiku.

Ibu,

beberapa waktu yang lalu aku terjatuh dan merasakan betapa sakitnya kakiku, aku berteriak merintih tapi tak ada seorang pun yang mendengarkanku. ahh, andai saja kau di sisihku saat itu mungkin kamu akan menggendong dan mengobati lukaku. Tapi saat itu aku ingat aku masih punya DIA yang dengan ajaibnya memapahku dan membuat kakiku lebih kuat untuk melangkah.

Ibu,

banyak orang yang kutemui di sepanjang jalan ini. ada yang merangkulku dan menawarkan persahabatan yang tulus, ada yang berpura-pura tertawa bersamaku, ada yang hanya berlalu begitu saja, dan ada pula yang menyakiti hati ini

Ibu, beberapa hari yang lalu si buta dan si tuli yang kupikir adalah temanku membicarakanku. Si buta mengatakan pada si tuli kalau mereka sukses membohongiku, sayangnya si buta tak melihat aku sedang berdiri tepat di depan mereka, dan si tuli yang tidak bisa mendengar apa yang disampaikan si buta hanya terus berteriak mengisyaratkan agar si buta memperbesar suaranya hingga akhirnya bukan hanya aku yang mendengar tapi semua mendengarkan pembicaraan mereka. ibu hatiku terasa sakit, namun aku hanya bisa tersenyum menghadapi kenyataan itu. aku ingin marah dan memukul mereka, tapi kupikir itu hanya sia-sia

Ibu,

Di perjalanan aku juga bertemu dengan seseorang yang menawarkan untuk menggenggam tanganku hingga akhir perjalananku, aku percaya pada tawaran dan pribadinya, tapi mungkin dia masih terlalu malu untuk menggenggam tanganku hingga saat ini dia hanya memantauku dan belum mencoba untuk menggenggam tanganku agar aku bisa berjalan bersamanya.

Ibu, mungkinkah dia meragukan aku? ataukah dia memang benar-benar belum siap untuk menggenggam tanganku? Entahlah perjalanan ini masih panjang dan aku percaya ada waktu di mana dia akan percaya pada dirinya u/ menggenggam tanganku

Ibu,

aku tahu perjalananku sudah tak lagi semudah saat kau menggenggam tanganku. Banyak kerikil tajam, duri, bahkan tanjakan terjal yang harus kulalui semua itu bukan hanya menyakiti, tapi juga melukai. Ibu, aku selalu mengingat pesanmu ketika kau melepas genggaman tanganku di ujung jalan sana. aku ingat kau berkata agar aku "JANGAN MENYERAH DAN TERUS BERJALAN, Karena seorang pemenang bukan lah dia yang tidak pernah terjatuh dan terluka dalam perjalanannya, tapi seseorang yang mampu bangkit ketika jatuh dan terus maju bahkan luka itu membuatnya jauh lebih kuat."

Ibu,

Kini aku mengerti mengapa aku harus sabar ketika mentari siang begitu panas! itu terjadi semata-mata agar aku dapat merasakan kehangatannya saat senja.

aku mengerti mengapa aku harus membiarkan gelap malam datang mendatangiku, karena lanit malam begitu eksotik untuk dinikmati.

aku mengerti mengapa aku harus menari ketika hujan membasahi tubuhku! karena akan ada pelangi setelah hujan….

dan aku mengerti kenapa jalananku penuh dengan tanjakan terjal dan kerikil tajam! itu semua hanya untuk menjadikan kakiku semakin kuat melangkah

Ibu,

Terima Kasih!!!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini