Surat Untuk (Calon) Anak-anakku

Teruntuk (calon) anak-anakku.

Advertisement

Bagaimana jika kita memulai semuanya dengan sebuah ide gila, bahwa ide tentang kalian memang boleh dihadirkan terlebih dahulu, sebelum kalian benar-benar menangis lucu dipangkuan? Baiklah, terkesan gila memang. Namun tidak lebih gila jika harus melewatkan hari-hari yang menyenangkan ini tanpa melibatkan kalian, meski pun hanya sebatas ide konyol yang pantas ditertawakan.

Setidaknya, suatu saat, ketika nanti kalian berhasil menemukan coretan-coretan ini, kalian dapat tertawa terbahak, atau mungkin justru tersipu malu. Entahlah, silahkan nanti buktikan saja sendiri. Ya, seperti ini lah (calon) bapakmu. Mungkin saat 'periode hidup' (jika boleh dikatakan demikian) kalian tiba, Indonesia sudah tak seperti ketika (calon) bapakmu menuliskan semua ini.

Ya, karena kehidupan pasti akan terus berganti sesuai dengan jamannya. Mungkin kalian akan sedikit bertanya tentang kehidupan saat ini, kehidupan yang sedang dijalani (calon) bapakmu rasakan, kehidupan yang sudah jauh ditinggalkan saat kalian membaca coretan-coretan ini.

Advertisement

(Calon) anak-anakku yang akan tumbuh besar . Coretan ini sengaja ditinggalkan (calon) bapakmu untuk memperkaya khasanah pemikiran kalian kelak, saat datang masa kalian untuk hidup dan berpetualang di belantara kehidupan yang maha tak pasti ini. Tak perlu mendewakan apa yang kalian baca, cukup jadikan ini sebagai sisi lain yang memang perlu kalian tahu, tanpa harus kalian mengiyakan, mengikuti atau menuruti apa yang (calon) ayahmu katakan. Jangan! Jangan lakukan itu.

Lakukan saja seperti apa yang kalian suka dan inginkan, selama itu tidak merugikan kalian atau pun manusia di sekitar kalian, silahkan lakukan. Dan lakukanlah dengan penuh kebanggaan. Jangan takut! Ini adalah harta karun yang bisa (calon) bapakmu tinggalkan, bukan berupa harta benda, tetapi hanya sebuah coretan yang semoga akan berguna bagi kalian kelak.

Advertisement

Dan andai coretan ini sama sekali tidak berguna, maka maafkan lah masa muda (calon) bapakmu ini yang berarti terlalu egois karena hanya memikirkan diri sendiri tanpa berpikir tentang kalian. (Calon) anak-anakku yang sepertinya sudah dapat tertawa . Memang, untuk mendidik kalian adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan tanpa sungkan. Tetapi akan ada masanya kalian merasa bahwa kalian telah mampu untuk tumbuh dan hidup dengan way of life yang kalian suka, kalian percaya atau pun kalian yakini dengan sepenuh hati, tanpa perlu didikan atau bimbingan dari semua orang bahkan dari (calon) bapakmu sekali pun.

Ya, bagi kalian akan ada masa-masa seperti itu. Tak apa, sungguh. (calon) bapakmu pun sudah mengalaminya. Silahkan teruskan saja sesuka kalian, karena itu masa di mana kalian untuk belajar. Namun yang pasti, tentunya kalian harus bertanggungjawab atas apa yang kalian pegang itu. Bertanggungjawab bukan atas diri kalian semata, tetapi juga tanggungjawab moral terhadap semua manusia dan seluruh bentuk semesta.

Apapun dan bagaimanapun kalian kelak, kalian hanya harus belajar dan belajar, bukan hanya belajar tentang hari depan, tetapi juga tentang hari-hari sebelum kalian ada. Hari-hari yang sudah mengantarkan kalian untuk mengada di Bumi ini. Takdir? Ah, apapun sebutannya itu terserah kalian.

(Calon) bapakmu akan memperbanyak surat-surat bagi kalian yang saat ini entah ada di mana, agar kalian tahu apa yang (calon) bapakmu lakukan ketika muda, bukan lewat cerita, tetapi dengan kalian membacanya sendiri. Dan apapun pemahaman kalian nanti, tentang coretan-coretan ini, itu bukan masalah. Silahkan bersikap sesuka kalian.

Kecup hangat dari (calon) bapakmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pria yang ingin menangisi semesta dengan tawa yang amat riang!