Surat Terbuka Untuk Mantan Tak Halalku

Bismillah…

Advertisement

Pesan ini ingin kusampaikan untukmu karena engkau adalah saudaraku, engkau adalah bagian dari ladang dakwahku. Semoga tidak ada kesalahpahaman setelah engkau menerima dan membaca pesan ini, dan semoga tidak ada kebencian ataupun perasaan sakit hati. Aku hanyalah seorang hamba Allah yang ingin menyampaikan tentang kebenaran. Maaf bila bahasaku terlalu formal atau rapi, tapi seperti inilah aku saat menyampaikan pesan Illahi.

Aku terkadang malu dengan masa laluku. Masa yang kusebut Jahiliyyah itu sepertinya sudah mulai berhasil kutinggalkan. Aku tidak mau terpaut lagi dalam masa itu. Tapi, bukan berarti masa itu akan kulupakan. Masa itu akan terus ada dalam pikiranku, bahkan sampai aku tua. Namun, masa itu bukan untuk dikenang, tapi untuk dijadikan pelajaran.

Bagaimana mungkin, aku mengenang masa yang penuh dengan dosa, dimana aku adalah salah satu sumber dosa bagimu, dan begitupun sebaliknya. Biarkanlah semua yang telah berlalu menjadi sebuah masa lalu, karena kita tidak hidup lagi di masa itu. Kita telah hidup di masa sekarang, masa yang mana kita telah belajar dari masa kebodohan.

Advertisement

Aku terkadang malu dengan masa laluku, dan kau adalah bagian daripadanya.

Hari ini, telah kutemukan kebenaran. Dimana saat ini, Allah lebih kucintai dari siapapun juga, termasuk orang tuaku. Aku lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada mereka. Allah lebih kucintai dari segala-galanya, apalagi hanya dengan seorang dirimu. Sungguh, tiada sama sekali artinya.. Kau cukup kuanggap hanya sebagai saudara. Engkau adalah saudaraku, saudara seiman dan seagama. Semoga Allah menuntunmu.

Advertisement

Sekarang berbicara mengenai dirimu.

Siapakah sebenarnya kau itu? Mengapa engkau begitu mengharapkanku? Kita adalah masa lalu, dan masa lalu telah berlalu. Jadikan masa itu sebagai pelajaran, bukan sebagai patokan apalagi panduan. Tak perlu berjanji melamarku, bila engkau pun tak tahu siapakah yang menjemputmu terlebih dahulu, apakah pernikahan atau kematian. Tak perlu bersusah payah memikirkanku, karena aku tak halal berada di pikiranmu. Tak perlu mendoakanku dalam sujud dan tahajudmu, karena aku belum tentu menjadi jodohmu. Cukup kau ikhlaskan aku dalam penantian kekasih halalmu, cukup kau tepiskan aku dari sudut-sudut pikiranmu, cukup kau abaikan aku dalam bayang-bayang imajinasimu.

Saudaraku, ini bukan berarti aku begitu saja langsung menolakmu.

Ketahuilah, aku hanya tidak nyaman, saat berada dalam pikiran orang yang bukan mahramku. Aku tidak ingin menjadi sumber dosa, hanya karena aku ini fitnah terbesar di dunia.

Aku hanya ingin mengingatkan, agar engkau semakin tahu bahwa Allah sungguh menyayangimu. Andai saja kau tahu bagaimana Allah mengurus hidupmu, maka hatimu akan meleleh karena cinta kepada-Nya. Cintailah Allah yang mencintaimu, karena Dia selalu ada untukmu dan selalu ada bersamamu.

Saudaraku, ketahuilah…

Boleh jadi, engkau membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula engkau menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui, sedangkan kita tidak tahu apa-apa. Bisa jadi, bagimu aku adalah orang yang tepat untukmu, tapi bagi Allah aku bukanlah orang yang tepat untukmu. Allah itu Maha Mengetahui. Janganlah engkau berharap kepadaku, karena mungkin saja aku bukanlah orang yang seharusnya engkau harapkan. Jangan mudah pula kau berharap kepada orang lain yang sama sepertiku, karena tidak ada manusia di dunia ini yang pantas untuk diharapkan.

Dan, kau tahu? Allah juga Maha Pencemburu. Ketahuilah, ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas engkau pedihnya sebuah pengharapan, supaya kau mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap kepada selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya. Lalu, mengapa kau masih saja berharap kepadaku?

Sekarang, berbicara tentang aku.

Siapa sebenarnya aku? Sungguh, aku bukanlah siapa-siapa. Bukan alim ulama, dan tak menjamin pula aku ini penghuni surga. Aku hanya seorang manusia yang tak terlepas dari salah dan dosa.

Jika bukan karena Allah, mungkin tidak akan ada orang yang mau berteman denganku. Jika bukan karena Rahman-Nya yang menutupi aib-aibku, mungkin tidak akan ada yang mau menyukaiku. Jika bukan karena keagungan-Nya, mungkin tidak akan ada yang mau mendengarkanku.

Lalu, mengapa kau masih saja berharap kepadaku?

Aku tak pantas menjadi puncak harapan kebahagiaanmu. Aku tak pantas menjadi sandaran pengharapan siapapun juga, karena aku tak pantas untuk diharapkan.

Aku itu adalah sang pendosa.

Aku berada di jalan kebenaran yang curam akan jurang dosa. Sedikit saja aku lengah, bisa saja aku masuk neraka. Sedikit saja aku berpindah, aku tidak tahu nasibku akan seperti apa. Aku ini seorang pendosa, yang amal ibadahnya entah sudah berapa, yang dosanya entah sebanyak apa. Aku ini sang pendosa, dan apa yang kau harapkan dari dosa-dosaku? Apa kau mau jadi salah satu bagiannya?

Ingatlah bahwa wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik pula. Perbaikilah dirimu, maka Allah akan memperbaiki jodohmu. Niatkan bukan untuk mendapatkannya, tapi untuk mendapatkan ridho-Nya. Hapus aku dari impianmu, hapus aku dari harapanmu, hapus aku dalam pikiranmu, dan hapus aku dalam do'a-do'a panjangmu. Aku tidak perlu diperlakukan istimewa seperti itu, karena itu bukan tanggung jawabmu. Aku bukan siapa-siapamu. Ketahuilah bahwa ada orang yang lebih berhak mendapatkan seluruh perhatianmu itu. Dialah orang tuamu, dialah rasulmu, dan Dialah Allah tuhanmu.

Dekati Allah, bukan dekati aku. Rayulah Allah, bukan rayu aku.

Agungkan Rasulullah, bukan agungkan aku. Kagumi Rasulullah, bukan mengagumiku.

Pikirkan orang tua, bukan pikirkan aku. Do'akan orang tua, bukan do'akan aku.

Satu lagi pesanku, percayalah pada dua hal, rencana Allah dan takdir Allah.

Semoga Allah menyayangimu, Semoga Allah mencintaimu duhai Saudaraku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Guru Anak-Anak Istimewa