Surat Terbuka untuk Lelaki Luar Biasaku, Terima Kasih Sudah Mau Sabar dan Selalu Membersamaiku

surat untuk laki-laki luar biasaku

Aku tau persis kamu akan mengusahakan apapun untukku. Apapun. Atas nama tanggung jawabmu sebagai seseorang yang sudah "mengambilku" dari orang tuaku. Aku tau kamu akan melakukan apapun untuk membahagiakanku. Dan aku pun tau kamu akan mengusahakan segala upaya untuk membuatku senang.

Advertisement

Ketahuilah, aku tau semua itu. Sungguh aku tau.

Tapi kamu tidak tau, walaupun sudah aku lakukan seribu satu cara untuk menjadi perempuan baik yang tidak pemarah dan tidak keras kepala, aku masih belum berhasil. Aku masih saja berkutat dengan ego yang kerap membuat kita bertempur untuk hal-hal remeh yang sebetulnya tidak perlu dipersoalkan.

Aku tau aku bersalah, lelakiku. Aku tau aku belum mampu menjadi perempuan terbaik untukmu seperti ibumu.

Advertisement

Kuhabiskan hampir seribu malam untuk membersamaimu sebab kita sudah bersumpah setia untuk selalu bersama dalam duka maupun bahagia, dalam sukacita maupun gelisah durjana. Kuhabiskan separuh hidupku untuk mengerahkan semua tenaga agar bisa menjadi pasangan yang baik untukmu. Namun hingga kini ternyata aku belum berhasil.

Nyeri hatiku. Sesak dadaku. Memikirkan segala pengorbanan yang sudah banyak kamu lakukan untukku. Tapi pernahkah sekali saja kamu berpikir bahwa aku pun sebenarnya sudah mencoba segala cara untuk menjadi perempuan sempurna tanpa cacat seperti ibumu?

Advertisement

Pernahkah sekali saja kamu berpikir bahwa aku benar-benar sudah mengubah tujuan hidupku untuk menjadi pendamping untukmu yang akan mengabdikan separuh hidupnya untuk melayanimu? Pernahkah sekali saja kamu berpikir bahwa aku berkali-kali harus melukai egoku karena aku harus melakukan hal yang tidak aku suka, harus membunuh angan, mengubur mimpi, dan menyingkirkan harap untuk meraih cita-citaku?

Dan pernah pula kah kamu berpikir bahwa aku pun juga berkorban, demi kita?

Aku tau mungkin aku ini perempuan paling rumit di muka bumi ini. Caraku berpikir, caraku berdebat, caraku mempertahankan argumen yang tidak pernah mau kalah. Maafkan aku.

Maafkan aku untuk segala amarah dan ketidaksabaranku selama mendampingimu. Maafkan aku untuk segala kata-kata dan tingkah yang kerap kali membuatmu menghela nafas panjang seperti sudah tidak mampu lagi.

Kamu tau persis aku sama sekali tidak pernah bermaksud menyakitimu dengan sengaja. Hingga sampai di malam ini, masih saja tak berhenti kamu upayakan hal yang selama ini menjadi inginku.

Terima kasih, lelaki luar biasaku. Aku belum bisa janji untuk berubah menjadi perempuan yang lebih sabar dalam waktu dekat karena aku takut aku akan ingkar. Yang bisa kujanjikan untukmu adalah sebetapapun besar badai yang menghantam kita, aku akan selalu bersamamu menghadapi dunia, berdua.

Selalu.

Sampai sudah tak mampu lagi aku bernafas di muka bumi ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat keju. Penggila kafein. Penyuka hujan. Pecandu laut, dan kamu.

Editor

une femme libre