Surat Terbuka untuk Diriku di Masa Lalu: Andai Dulu Kamu Tak Berjuang Sekeras Itu

Surat terbuka untuk diriku di masa lalu

Ini adalah sebait surat dari aku di masa kini dan masa mendatang, untuk aku di masa laluku. Sebelumnya ijinkanlah aku untuk mengucapkan beribu-ribu terimakasih karena telah bersedia berjuang sekeras dan sehebat itu. Sekali lagi ijinkan aku memeluk erat hatiku dan diriku di masa lalu. Terima kasih, karena telah bersedia untuk terluka, terimakasih karena telah bersedia untuk terhempas dari pahitnya badai kehidupan. 

Advertisement

Tak apa-apa kalaupun aku dengan diriku di masa lalu tersisihkan, ketahuilah satu hal. Setidaknya aku di masa lalu  sudah cukup hebat dan mampu untuk melalui dan melewatinya meskipun isak tangis selalu menemaniku. Sekali lagi terima kasih untuk diriku di masa lalu atas segala tangis yang sampai dengan detik ini masih saja aku memiliki hobi menangis, terima kasih atas segala lelah yang seringkali menjadi keluh kesah, dan terimakasih atas segala pengorbanan yang mungkin sampai dengan detik ini kita masih harus sama-sama berjuang dan berkorban.

Sekali lagi, terimakasih untuk diriku di masa lalu karena telah setia menemaniku di setiap kegagalanku. Hai diriku, aku mengerti bagaimana aku dengan labilnya diriku di masa laluku. Aku memahami bagaimana aku selalu mengedepankan egoku dan mauku. Aku tahu bagaimana aku dulu begitu menyebalkan bahkan sangat arogan bagi orang lain, yang bahkan terkesan bahwa aku bertindak sesuka hatiku di masa laluku. 

Ketahuilah, bahwa untuk menjadi aku di masa kini dan mendatang, aku bahkan melalui proses yang sangat menyakitkan, termasuk aku mengetahui dan menyadari bagaimana bodohnya aku di masa lalu dengan setumpuk kesalahanku di masa lalu. Aku butuh pengendalian diri yang sangat apik sampai akhirnya aku mampu meredam emosi dan mengakui kegagalanku di masa itu. Aku butuh mnlan banyak waktu sampai akhirnya aku mampu untuk menerima dan memaafkan diriku sendiri.

Advertisement

Hai diriku di masa lalu, maukah kau memaafkan aku yang sebegitu ego bahkan mengabaikan setiap bisikan kecilmu yang aku tahu bahwa itu sebagai salah satu usahamu untuk membuatku baik?

Teruntuk aku di masa lalu, maafkan aku yang seringkali tak menghargai usahamu, maafkan aku yang bahkan teramat sering mengeluh dan mengumpat atas kegagalan yang telah terjadi. Maafkan aku yang tak pernah sedikitpun meluangkan waktuku untuk memahamimu, yang bahkan tak pernah menguatkan disaat kita terjatuh namun hanya sanggup mengumpat! Maafkan aku yang tak layak menjadi teman berjuang.

Advertisement

Teruntuk diriku di masa lalu, pahamilah bahwa dalam hidupku aku belajar banyak darimu. Kini aku mengerti dan memahami, betapa pentingnya peranmu di dalam kehidupanku. Aku kagum denganmu. Kau adalah pribadi yang selalu ingin berproses dan tumbuh dengan baik meskipun lingkunganmu tak pernah baik, kau selalu sabar meskipun disekitarmu tak pernah paham, kau selalu mempercayai apa yang ingin kau percayai, kau selalu berpasrah diri kepada Tuhan YME atas segala ujian hidup yang kau lewati.

Sungguh, aku salut denganmu. Aku salut atas ketegaran dirimu dalam menghadapi setiap ujian yang diberikan oleh semesta kepadamu. Terimakasih karen akau selalu mengingatku untuk selalu bersyukur dalam menjalani hidup. Terimakasih telah memberikanku kekuatan untuk menghadapi kerasnya dunia ini. Meskipun seringkali aku diremehkan sampai dengan detik ini, tidak dihargai oleh sampai dengan saat ini, namun mengingatmu saja sanggup membuatku kuat untuk terur tetap melangkah.

Terima kasih karena selalu menguatkanku dan memgingatkanku untuk bangkit disaat aku jatuh terpuruk sekalipun. Terima kasih untuk tidak menyerah di saat aku mulai lelah. Terima kasih karena selalu meyankinkaku dalam setiap hal yang aku pilih. Terima kasih karena telah bersedia mengajarkanku banyak hal dari setiap pengalaman hidup. Terima kasih karena selalu mengingatkanku untuk selalu bersyukur. Semoga kelak usahamu untuk membuatku menjadi pribadi lebih tangguh dan lebih baik di masa kini ataupun masa depan tidak hanya terhenti sampai di sini. Kini, marilah kita berproses menjadi satu. 

Ketahuilah satu hal wahai diriku di masa lalu, aku tidak akan mungkin sekuat dan setanghuh ini tanpamu di masa lalu. Aku bangga terhadap diriku di masa lalu yang setidaknya kini dia mampu membuatku berproses menjadi pribadi yang baru. Maaf, maafkan aku yang dahulu tak dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya denganmu utuk berproses dan saling berkembang. Namun jauh di dalam lubuk hatiku, aku berterimakasih karna telah membantuku tumbuh melawan arus hidup yang begitu keras dan sepi. 

Aku yakin, aku di masa kini dan di masa depan akan jauh lebih berkembang, lebih sukses, dan aku akan menggapai mimpiku yang sempat tertunda seperti waktu itu. Terima kasih, karenamu aku sampai di titik ini untuk menggapai masa depanku. Dariku, di masa kini yang tengah berjuang meraih masa depanku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Selalu merasa bahwa hidup ini hampa tanpa pedasnya sambal bawang. Dan selalu merasa bahwa Jogja adalah kota teromantis didunia

Editor

Not that millennial in digital era.