Surat Terbuka Teruntuk Para Recruiters di Luar Sana

Memastikan komunikasi dari kedua belah pihak terbuka dan dijaga dengan baik tidaklah susah kan?

Tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 membuat beberapa dari kita harus kehilangan pekerjaan. Alasan utama bagi banyak tempat bekerja harus mengambil langkah ini ialah untuk meningkatkan efisiensi agar bisnis dapat bertahan. Dengan begitu, jumlah orang yang membutuhkan pekerjaan semakin bertambah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menyatakan bahwa ada sekitar 13 juta pengganguran menurut data yang dilansir dari The Conversation Indonesia pada bulan Juli 2020. Mereka yang berprofesi menjadi rekruter tentunya memiliki banyak pilihan untuk mempertemukan para calon pekerja ini dengan perusahaan yang sedang mencari anggota baru.

Advertisement

Pastikan Job Description Memberi Gambaran Secara Riil Mengenai Pekerjaan yang Ditawarkan

Berbagai situs lowongan pekerjan bertaburan dan siap untuk memberikan informasi mengenai lowongan pekerjaan yang tersedia. Calon pekerja dengan mudah mengisi profil pengalaman bekerja beserta latar belakang pendidikan dan keahlian dapat ditawarkan. Terlihat mudah? Ternyata tidak. Banyak informasi dari pekerjaan yang diunggah tidaklah selaras dengan pekerjaan yang sebenarnya akan dilakukan. Setelah calon pekerja melamar dan masuk ke tahap wawancara dengan HR dan user terkait, terkadang hal-hal seperti “…sepertinya hal ini tidak pernah tersirat” atau “…edukasi Anda terlalu tinggi untuk ini” muncul. Hal yang lebih menyakitkan lagi ialah status lowongan pekerjaan tersebut berubah dari mencari pegawai penuh ke mereka yang mencari magang tanpa adanya perubahan pada judul pekerjaan.

Komunikasi itu Dua Arah, kan? Iya, kan? Iya, dong! Jangan dianggurin

Advertisement

Saat calon pekerjaa (iya, kamu yang mungkin sedang membaca artikel ini dan sedang berusaha mencari) tentunya akan senang saat recruiter menghubungi untuk melakukan wawancara. Setelah melakukannya dengan mereka akan semakin senang karena bisa maju ke tahap selanjutnya yang biasanya dilakukan dengan Tim Manajemen atau orang yang akan menjadi atasan.

Bagi kamu yang mungkin baru lulus dan memulai pencarian pekerjaan mungkin bingung jika setelah 7-14 hari tidak ada balasan apa-apa dari recruiter mengenai perkembangan dari wawancara tersebut maka hal tersebut dianggap sebagai penolakan.

Advertisement

Ok, tunggu. Kayaknya ada hal yang harus diperjelas di sini.

Saat ia menghubungi kamu untuk melakukan wawancara tersebut tentu akan diusahakan sedemikian rupa agar waktunya sesuai dengan pewawancara. Hal ini tentunya tidak hanya satu atau dua kali saja; tergantung dengan berapa banyak personil yang harus dilalui untuk sebuah wawancara tersebut. Calon pencari kerja sudah melakukan kewajibannya lalu saat menanyakan mengenai perkembangan dari wawancara tersebut lalu si recruiter hilang karena alasan-alasan seperti: “…iya kita kan banyak kandidat lain” atau “…ya memang kita tidak bisa memberikan feedback  aja untuk setiap kandidat,” bukankah hal ini menunjukkan bentuk komunikasi yang tidak dua arah. Kedua belah pihak sama-sama membutuhkan lalu mengapa tidak bisa memberikan perlakuan yang adil?

Memberikan Tugas…Tapi…

Iya, terkadang salah satu komponen yang harus kamu berikan dalam proses wawancara ialah sebuah proposal konsep yang harus diberikan kepada pewawancara. Banyak alasannya mulai dari menunjukkan kapabilitas keahlian hingga pengertian terhadap pekerjaan yang akan dilakukan.

Hal tersebut merupakan ide teman-temanku (iya ide kamu). Saat recruiter atau pewawancara tidak bisa memberikan feedback akan proposal konsep tersebut yang tentunya tidak mudah untuk dibuat maka ide tersebut menjadi miliknya si pembuat. Akankah lebih baik jika hal tersebut menjadi penentu jika tugas tersebut bisa diberi feedback?

Gaji Bukanlah Segalanya

Bukannya tidak butuh uang. Kita bekerja tentunya untuk mendapatkan penghasilan dan stabilitas finansial. Akan tetapi masih banyak faktor mengapa bekerja itu penting. Mulai dari menyalurkan passion hingga ajang pembuktian akan keahlian kita.

Pertanyaan mengenai “…berapa ekspetasi gaji kamu?” menjadi sebuah pertanyaan trik yang sebenarnya bisa dibicarakan saat seorang calon kandidat tersebut memang sudah mendapat pekerjaannya. Alangkah lebih baik jika hal ini sudah diperbincangkan sejak awal sehingga kedua belah pihak bisa terbuka mengenai berapa upah yang akan diterima.

Upah yang sifatnya tidak non-finansial pun seharusnya menjadi hal yang patut diperhatikan karena ada hal lain yang perlu dilihat dari angka yang akan diterima setiap bulannya. Hal-hal seperti akses untuk ke gym, makan siang yang cukup populer di beberapa perusahaan start up,  atau skema kepemilikan perangkat laptop yang bisa memberi motivasi kepada setiap calon pekerja karena mereka unik.

Wahai recruiter di luar sana, kita sama-sama tahu bahwa ini semua seperti sebuah kencan. Saat puas di kencan pertama tentunya bisa berlanjut ke kesempatan kedua atau ketiga. Alangkah bahagianya jika bisa menjadi bagian dari organisasi tersebut sebagai bukti keseriusan “cinta” dari kedua belah pihak. Memastikan komunikasi dari kedua belah pihak terbuka dan dijaga dengan baik agar tidak ada bagian yang tersakiti tidaklah susah? Iya kan?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini