Detak jantungku kini tak lagi berdegup kencang, sesak di dada pun kini sudah tak lagi aku rasakan. Kamu iya kamu! Kamu yang sudah cukup lama aku batasi bayangmu dalam ingatan. Kini aku mampu menyebut namamu seperti sedia kala sebelum terjadi sesuatu yang melenyapkan kita.
Kamu yang akhirnya tega membiarkan aku mencicipi lara yang kamu tabur dan kamu juga layak merasakan dera yang begitu memilukan (pikiran picik ku saat itu). Namun, kemarin sepulang dari rutinitas pekerjaan tak sengaja aku melintasi jalan yang melewati tempatmu. Ada perasaan takut dan senang saat ku lirik wajahmu dari dalam kaca mobil yang aku tumpangi.
Sebenarnya itu adalah kali pertama aku memberanikan diri menapaki jalan itu setelah pertengkaran hebat kita beberapa bulan yang lalu. Ternyata kamu dan lingkungan disana tak jauh berbeda masih saja tampak seperti sediakala. Perasaan ingin menyapamu muncul begitu saja tapi mungkinkah akan jadi hal baik?
“Kamu dan lingkungan di sana masih saja tampak seperti sedia kala akulah yang sudah jauh dari kata sediakala”
Halah, paling perasaan ingin menyapa hanya akan mengganggu proses move on ku (hati ku berbisik lirih). Tapi jika dilihat-lihat lagi kenapa keadaanmu seperti tak baik?
Apa kamu kesepian atau adakah hal buruk yang terjadi dalam hidupmu setelah kepergianku?
Adakah hal yang lebih menyakitkan setelah hubungan kita kamu akhiri?
Ah, raut wajahmu kala itu membuatku terus memikirkanmu.
Kedengarannya aku begitu sangat memperdulikanmu bukan?
Apa kamu merasa aku seperti memojokkanmu atas keputusan yang telah mengakhiri kita yang dulu?
Tapi sejujurnya aku sangat senang karena kini memikirkanmu sudah tak ditemani deraian airmata, itu artinya aku sudah melepasmu dan sudah berdamai dengan rasa sakit bahkan sekarang aku berani melewati jalan yang dulu selalu berusaha aku hindari. Itu yang harus kamu tau!
“Iya aku senang, tapi kamu pasti ilfil dan enggan menjawab runtuttan pertanyaan dari ku bukan? Senyum sinis di bibirmu memperjelas segalanya saat kau baca tulisan ini”
Bagaimana tidak kamu pasti heran dan mungkin menebak-nebak karena gadis mungil yang dulu merengek saat kau tinggal pergi kini mampu menulis surat terbuka untukmu. Sekedar kamu tau setelah menelan pil pahit sakitnya kehilangan harapan pada seseorang yang menemani bertahun-tahun lamanya.
Akhirnya aku mencoba bereksprimen dengan pil pahit itu agar bisa berubah jadi pil manis untuk hidupku, terombang ambing dalam rasa sakit, penyesalan dan berusaha menerima yang terjadi serta menguburmu dalam kenangan yang sulit untuk bisa ku lupa.
Mungkin berbulan-bulan lamanya aku terpuruk dalam kesendirian hingga akhirnya entah kapan itu, diriku menjadi yang seperti sekarang bahkan menjadi lebih tegar dan bijak dalam menyikapi setiap butir kenangan dan rasa sakit yang kau tinggalkan.
Wow! Akhirnya aku move on! Bagaimana denganmu? Konyol sekali pertanyaanku, jelas saja kamu pasti sudah lebih dulu move on.
Wong kamu kok yang minta hubungan ini berakhir hihihi. Semoga saja kamu memang lebih baik tanpa aku seperti ucapanmu dulu.
Beginilah surat terbuka yang ingin kusampaikan padamu, dan semoga tak ada kesempatan yang membuat kita bisa berbicara dan bertatap muka langsung.
Saat kau membaca tulisan ini, saat itulah semua tentang kita ku lepas dan semua harapan yang dulu pernah ada ku kembalikan padamu, walau hati dan diri ini tak ingin kita kembali tapi terkadang kau selalu menempati ruang rinduku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”