Teruntuk Kamu yang Harus Bekerja di Luar sementara Kami Berada di Rumah, Terima Kasih untuk Pengorbanannya

kamu bekerja di luar rumah

Kami tahu bahwa saat ini semesta kita sedang tidak bercanda. Dikatakan sebuah ujian atau berkah, yang jelas akan selalu ada berkah di balik setiap ujian ketika kita mau mencoba untuk berpikir secara positif. Kehadirannya begitu memporak-porandakan jutaan manusia di berbagai belahan dunia, tak terkecuali bangsa ini, ya covid-19. Bagaimana bisa kami terlihat baik-baik saja ketika ia datang menimbulkan duka kesakitan bahkan kematian bagi mereka yang kami cintai? Tolong, kami ingin kembali pulih.

Advertisement

Kami tahu bahwa dari seluruh manusia di muka bumi ini, Tuhan telah menciptakannya dengan segala sifat yang berbeda. Ibarat sebuah hubungan, ada beberapa dari mereka yang terbiasa berjarak, banyak juga yang tidak mempermasalahkannya. Ada mereka yang suka keramaian, ada mereka yang tak suka, bahkan ada yang dipaksa suka tak suka tapi nyatanya mereka harus menerima. Kami semua memang diciptakan dengan unik. Terbiasa menjalani hari-hari yang menjadi sebuah rutinitas dan ini adalah soal kebiasaan. Ya ketika kita sudah terbiasa dengan apa yang dijalani setiap harinya, pastinya akan terasa berat ketika suatu hari diminta melakukan yang bukan menjadi kebiasaan.

Berdamai soal jarak, menahan diri untuk menepi dari keramaian hingga mengurangi aktifitas di luar bila dirasa tidak penting, adalah hal yang berat bagi kami yang terbiasa dengan keramaian. Nyatanya, itulah salah satu yang bisa dilakukan untuk mengurangi penyebaran covid-19 ini agar mereka saudara-saudara kami tak lagi menjadi target sasarannya.

Perkara soal jarak, kami pun sedang berupaya seperti yang kamu pinta. Kami sadar, himbauan untuk berdiam diri di rumah dan melakukan sosial distancing adalah bentuk ungkapan bagaimana kamu mencintai kami, menjaga kami. Maafkan kami jika sesekali kami abai, sungguh mulai saat ini kami akan menuruti yang kamu mau.

Advertisement

Ya, meskipun sesekali akan selalu ada konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil. Banyaknya acara yang terpaksa tertunda, ada beberapa temu terpaksa diurungkan, termasuk rindu yang dipaksa harus ditabung terlebih dahulu. Kami tahu kamu mencintai kami, dan di saat itulah kamu pasti akan melakukan yang terbaik untuk kami.

Kepada kamu,

Advertisement

Rasanya sangat tidak adil ketika kamu berjuang di sana, tetapi kami di sini tidak ikut. Seperti layaknya cinta, bukan soal siapa yang berjuang dan siapa yang diperjuangkan. Tapi di saat seperti ini bukankah sebaiknya kita sama-sama berjuang? Sekarang bukan saatnya untuk saling membenci, saling menyalahkan, saling mempertanyakan apa yang sudah kamu dan kami lakukan. Sudah saatnya kita bekerja sama untuk saling meredam ego masing-masing. Puji syukur ketika kami di sini masih diberikan kesehatan dan nafas untuk menikmati kehidupan, bukankah sekarang saatnya kami memberikan yang terbaik?

Kepada kamu,

Kami mau bercerita bagaimana upaya kami berdiam diri di rumah dan melakukan sosial distancing. Oh ya maaf, sepertinya kami lebih senang menggunakan bahasa menjaga jarak karena itu lebih mudah untuk dipahami bagi kami sebagai orang awam. Seperti yang kamu suarakan, kami akan tetap tinggal di rumah. Kami tetap berusaha menjaga kesehatan badan kami dengan olahraga secara teratur, makan makanan bergizi, dan tak lupa menjaga kebersihan.

Dan untuk beberapa hal jika terpaksa melakukan aktivitas di luar, kami tetap menjaga jarak dengan aman kok. Sebisa mungkin kami menghindari keramaian, seperti misalnya ketika kami terpaksa keluar untuk membeli kebutuhan pokok dan mendesak, kami  akan tetap menjaga diri dan jarak dengan baik. Ya meski sesekali di antara jarak itu, antrian kami diserobot oleh ibu-ibu.

Kepada kamu,

Lantas bagaimana hari-hari yang kamu lalui selama ini? Terima kasih ya sudah kuat meski kami tahu ini begitu melelahkan~ Sudah tidak perlu diceritakan kembali, karena kami tahu bagaimana kamu berkorban untuk kami, menjaga kami.

Kepada kamu, orang-orang yang sudah berjuang di garda terdepan dan kepada siapapun mereka yang tidak bisa bekerja dari rumah untuk kami. Untuk pengorbanan waktu, tenaga, pikiran dan apapun untuk kami, semoga sabarmu, ikhlasmu akan digantikan dengan kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan kelak. Semoga segala lelahmu menjadi ladang pahala di akhirat nanti.

Salam hormat dan selalu ada doa terbaik kepada kamu, semoga sedikit tulisan ini dapat memeluk dan menenangkanmu di tengah keterbatasan jarak yang kita hadapi. Selamat bekerja di luar sana, kami akan tetap di rumah untuk kamu. Tetap semangat!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

hi, long time no see!

Editor

une femme libre