Assalamualaikum, anak pertamaku.
Ini ibumu, wanita pertama yang menangis haru saat mendengar suara tangis di hari kelahiranmu. Saat ibu menulis surat ini, kamu belum paham kalimat apalagi maknanya. Tak apa nak, kelak tiba waktunya kamu tahu dan tersenyum ketika melihat ibumu ini bau bawang saat memasak ayam goreng kesukaanmu.
Anakku,
Mengandungmu adalah anugerah terbesar dari sang Maha yang dititipkan di rahim ibumu. Kau tahu, setiap hari ada saja keajaiban-keajaiban yang muncul lewat lincah gerakmu. Berhasil melahirkanmu ke dunia merupakan mukjizat selanjutnya yang diberikan kepada ibumu. Begitu pun saat memberikanmu air susu. Kau sendiri tahu, ibumu ini tak berhasil memberi hakmu sampai penuh. Kau tidak menangis. Kau tumbuh menjadi anak sehat walaupun ada yang bilang kau anak sapi. Bukan, kau anak ibumu.
Hai anakku,
Sekarang kaki dan tanganmu sangat kuat. Larian dan tingkah polahmu menghiasi setiap sudut rumah. Meskipun terkadang ada saja jatuh dan pecah yang membuat panik seisi rumah. Suaramu nyaring merdu. Nyanyian yang berisi lirik dan nada tak menentu setiap hari terdengar di telinga sampai tetangga. Tak apa nak, itu mungkin hobimu. Tugas ibumu, hanya membenarkan jika ada yang keliru.
Nak,
Selain ibumu, ada bapakmu yang sama luar biasanya. Keringatnya yang bercucuran tak jarang bercampur getih perjuangan. Doa yang dipanjatkan semata untuk membuat bahumu kuat karena kau anak lelaki kebanggaannya. Punggung yang selalu menggendongmu tak jarang rapuh. Kau semakin besar dan berat. Tapi, bapakmu berkata selalu siap. Iya, kau anak bapakmu.
Anakku lelakiku,
Ketika matamu terlelap, ibumu tak henti mengucap syukur. Kau yang berambut keriting, selalu mencium dan memeluk tanpa pernah peduli bau apa yang hinggap di tubuh ibumu. Kata maaf seringkali terucap setiap saat memelukmu. Bukan tanpa sebab, ibumu tak bisa menemanimu sepanjang waktu. Kau memaafkan. Lalu bertanya, ibu hari ini tidak berangkat? Nanti ibu segera pulang. Jangan rewel ya. Kau salim dan memandang ibumu yang semakin tak kelihatan kerudungnya.
Wahai anakku,
Setiap hari kau selalu ibu paksa untuk melafalkan kalimat doa selepas menggelar sajadah. Jadilah anak soleh, pintar, suka menolong, gemar bersedekah, sayang orang tua, sehat, berani, dan bahagia. Ibumu tak bermaksud galak. Menyiramimu dengan akhlak menjadi tanggung jawab mutlak yang tak lepas dari pundak orang tuamu. Tanganmu kemudian menengadah. Walaupun terkadang lupa, tenanglah nak. Ibumu selalu menuntunmu hingga waktu yang tak menentu.
Salam sayang,
Untukmu, lelaki penghuni rahim pertamaku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”