Ilmu adalah sebuah sarana yang bisa membuat kita semakin bijak dalam bertindak, bijak dalam mengambil keputusan, dan sebagainya. Dogma yang ditanamkan pada kita sejak kecil adalah jika kita ingin sukses maka kita harus sekolah tinggi. Tidak salah untuk mendaki gunung kesuksesan dengan menuntut ilmu setinggi-tingginya.
Selembar ijazah bertuliskan namamu adalah sebuah pintu gerbang menuju kehidupan yang sebenarnya. Ribuan orang berlomba-lomba mendapat pekerjaan yang ideal bagi mereka. Selamat bagi mereka yang berhasil, tapi bagaimana dengan yang gagal?
Tentu mereka akan mencari pekerjaan lain. Selalu ada plan A plan B plan C. Lantas jika semua itu gagal bagaimana? Mungkin mereka harus menunggu rezeki lainnya. Namun tidak semua orang sanggup untuk menerima kata menganggur.
Seorang sarjana yang tidak mendapat pekerjaan hanya akan menjadi buah bibir bagi orang-orang terdekat, terutama orang tua. Membandingkan anaknya dengan anak orang lain sudah menjadi hal lumrah bagi mereka.
Stress? Sudah pasti. Desakan yang begitu hebat dari orang tua pasti membuat kita down dan mulai mencari lowongan-lowongan yang sebelumnya tidak dituju. Namun pekerjaan yang kita dapatkan justru membuat kita tidak nyaman.
Bagaimana mungkin seorang introvert mengambil pekerjaan sebagai sales promotion yang notabene membutuhkan kemampuan komunikasi dan persuasi yang tinggi. Tapi itulah salah satu realita pekerjaan yang terjadi. Berusaha merubah kepribadian demi mendapatkan sebuah posisi pekerjaan yang sama sekali bukan passion mereka.
Tidak hanya itu, lebih jauh lagi, kontrak kerja dan penalti yang berat mengikat mereka untuk berkomitmen dengan pekerjaan yang sama sekali bukan gairahnya. Hal pelik semacam itulah yang menahan mereka untuk keluar dari hal yang tidak disukai.
Lupakan kata orang dan fokuslah pada dirimu sendiri. Tanyakan pada dirimu sendiri, apakah aku menjadi diriku apa adanya ketika mengambil pekerjaan ini? Jangan berbohong dan mengatakan bahwa ini pekerjaan yang aku nanti-nantikan, sementara hatimu sudah berteriak bahwa pekerjaan ini serasa seperti neraka.
Menanti sedikit lebih lama demi sebuah pekerjaan impian sebetulnya layak untuk diperhitungkan, ketimbang melewatkannya karena kontrak kerja inferior. Masa penantian ini seyogyanya kita gunakan untuk menambah kemampuan diri sendiri, seperti ikut kursus keterampilah khusus atau menambah bahasa asing.
Sebuah pekerjaan impian memang cita-cita semua orang. Lika liku untuk meraihnya pun berbeda satu dengan yang lain. Mencari sebuah pekerjaan untuk menambah pengalaman pun tidak salah, hanya saja jangan mennyangkal dirimu sendiri demi sebuah pekerjaan yang bukan dirimu. Pekerjaan impianmu pasti akan membuat potensi dirimu berkembang dengan sangat pesat.
Ingatlah mimpimu layak untuk diperjuangkan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”