Sulitnya Jatuh Cinta dengan Sahabat, Diungkapkan Merusak, Ditahan Makin Sesak

Persahabatan saja sudah cukup rumit, apalagi antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut lebih rumit lagi ketika salah satunya jatuh cinta. Tertarik secara romantis kepada sahabat bisa jadi hal paling membingungkan sekaligus canggung. Ditambah pertanyaan-pertanyaan seperti apakah dia merasakan hal yang sama? apakah saya merusak pertemanan kita berdua? dan narasi-narasi lain yang terlintas di kepala.

Advertisement

Mundur beberapa tahun yang lalu, saya memiliki perasaan semacam ini kepada sahabat laki-laki saya, kita memiliki persahabatan yang hebat, panggilan telepon berjam-jam, saling memberi julukan olok-olok, dan mendukung satu sama lain dalam keadaan terburuk. Butuh 3 tahun sampai saya menyadari bahwa ini bukan lagi cinta platonis, namun justru itu yang membuat saya takut. Saya tidak mau memiliki perasaan yang lebih terhadap dia karena takut ditolak, lebih buruk lagi saya juga takut kehilangan teman baik saya. 

Jadi apa yang saya lakukan selanjutnya? Saya belajar lebih sering untuk menghindari perasaan itu, melakukan lebih banyak hobi untuk mendistraksi perasaan saya, tidur lebih awal untuk tidak memikirkan dia, menginstal dating apps untuk menemukan orang lain. Tapi coba tebak? Perasaan itu masih ada, saya tetap memilih dia. Ditengah upaya menghindari kenyataan itu, saya menyadari bahwa saya sudah lari begitu lama dan memaksa keadaan untuk baik-baik saja, jadi mustahil untuk berdamai dengan diri sendiri.

Malam itu saya memutuskan untuk menuangkan isi hati saya dalam beberapa paragraf dengan tangan gemetar dan perdebatan di kepala, intinya saya menuliskan pesan teks tentang apa yang selama ini berusaha saya kubur, saya punya perasaan lebih untuk anda. Kemudian dia membalas keesokan harinya, jawaban dari pesan saya yang kemarin, dia tidak merasakan perasaan yang sama. Dia bilang bahwa kita berdua tidak memiliki kecocokan, namun bagi dia, saya akan tetap menjadi orang spesial dihidupnya. Saya tau kata-kata yang terakhir itu hanya penenang agar saya tidak terlalu sakit hati. Tapi sebenarnya itu tidak mengurangi apapun.

Advertisement

Lalu waktu maju hingga hari ini, kami mencoba menjalin pertemanan lagi seperti dulu seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa, namun bagaimanapun, hal itu tidak pernah berhasil. Tidak ada lagi panggilan telepon, hanya sesekali teks basa basi kemudian lost contact lagi untuk waktu yang lama. Meskipun canggung dan tidak nyaman, tapi sejujurnya itu melegakan. Rasanya seperti menusuk balon dengan jarum, lalu ketika meletus semuanya keluar begitu saja. Seiring berjalannya waktu, saya mulai menerima kenyataan kalau perasaan yang tidak terbalas itu tidak membuat hati saya sakit lagi.

Kadang-kadang saya masih memikirkan dia, bertanya-tanya mengapa dia tidak merasakan hal yang sama, tapi bagian yang paling saya rindukan adalah pertemanan kami berdua. Ada begitu banyak yang ingin saya ceritakan padanya, kehidupan kuliah saya, kepindahan pertama saya ke luar kota dan teman sekelas saya yang agak gila. Namun bagaimanapun saya sudah merasa cukup dengan kehidupan saya saat ini, bahwa meskipun tanpa orang ini, saya tetap baik-baik saja. Dan hanya karena satu laki-laki tidak memilih saya, bukan berarti saya tidak cukup baik atau tidak layak dicintai.

Advertisement

Saya menyadari bahwa patah hati juga mendewasakan bagian dari diri saya, memberi saya muka lebih tebal dalam situasi-situasi baik seperti mengenyampingkan ego saya untuk menyatakan perasaan lebih dulu, yang mana bukan hal yang mudah bagi perempuan. Saya juga memberanikan diri untuk menulis ini yang mungkin sewaktu-waktu bisa saja dia akan baca.

Pada akhirnya saya akan menjalani hubungan yang saya inginkan dengan orang lain begitupun dengan dia. Kalaupun tanpa sengaja kita bertemu lagi, yang akan saya ingat adalah saya dulu pernah mencoba dan sudah mendapatkan jawaban yang jelas darinya, tentu saja hal itu lebih melegakan daripada memendam begitu lama dengan prasangka abu-abu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I am a night thinker