Sudah Punya KTP, Mengapa Saya Memilih Untuk Tidak Berpacaran?

Berpacaran punya pertimbangan yang matang, bukan sebatas keinginan sesaat

Pacar, dalam KBBI, diartikan sebagai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih yang belum terikat perkawinan. Pacar disebut juga sebagai kekasih. Pengertian ini penting untuk kita ketahui sebab banyak orang yang salah mengartikannya sehingga melazimkan hubungan sesama jenis.

Advertisement

Saya secara pribadi mengartikan berpacaran sebagai hubungan antara seorang dengan lawan jenisnya yang didasarkan oleh cinta dan kasih. Orang banyak mengatakan hubungan itu akan dimulai dengan ketertarikan satu dengan yang lainnya. Hanya saja, apakah hubungan itu layak disebut berpacaran sejak masa ketertarikan satu dengan lainnya? Saya pribadi memilih untuk menjawab tidak layak. Saat hendak memiliki hubungan tersebut saya harus memastikan apakah saya mencintai dia atau tidak, sebab rasa suka tertarik tidaklah sama dengan rasa cinta.

Banyak literatur ilmiah mengatakan bahwa ketertarikan antar lawan jenis akan muncul pada masa remaja, namun remaja belum memiliki emosi yang stabil dan pemikiran yang matang. Remaja sering mengambil keputusan untuk berpacaran secara tergesa-gesa, bahkan tidak sedikit dari mereka memilih berparan hanya karena takut tertinggal dari teman-teman lainnya fomo. Hanya saja, saya telah memiliki KTP, momen dimana saya memasuki masa dewasa hingga dipercayakan untuk memiliki banyak kesempatan baru. Saya tetap memilih tidak berpacaran. Mengapa demikian?

Saya pribadi tidaklah kaum terlarang untuk berpacaran. Saya dibebaskan untuk memilih jalan hidup saya sebab saya dikaruniakan kehendak bebas oleh yang Maha Kuasa. Maka dari itu, saya tidak memiliki halangan jika hendak berpacaran. Saya hanya memilih untuk tidak berpacaran. Bahkan, dari sisi ajaran agama – saya adalah seorang yang beragama Kristen, saya juga tidak dilarang untuk berpacaran, hanya terikat pada dasar kasih Allah. Saya diajarkan bahwa sesungguhnya berpacaran itu penting, meski tidak harus selalu dilakukan. Berpacaran dikatakan sebagai masa dua pribadi yang berlawan jenis untuk saling mengenal. Berpacaran juga sebagai proses kedua insan untuk saling bertumbuh dalam iman dan melakukan banyak pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah.

Advertisement

Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan saya untuk bisa tetap teguh tidak memilih berpacaran. Bukan sekadar tentang ajaran tertentu, tapi saya harus berpikir apakah berpacaran sepenting dan seberguna itu bagi saya? Apakah mungkin untuk saya memiliki hubungan yang lebih dalam dengan calon pasangan saya? Apakah saya bisa bertumbuh dan berkembang saat bersama calon pasangan? Apakah saya akan menjadi batu sandungan bagi sang calon pasangan? Mengapa saya harus menjalin hubungan dengan calon pasangan saya? Dan banyak hal lain yang menurut saya penting untuk kita pertimbangkan.

Saya harus mempertimbangkan, Jika saya berpacaran dengan ‘dia’, apakah hubungan tersebut dapat dilanjutkan hingga menjadi pasangan yang satu dan kudus dihadapan Allah? Saya tahu bahwa pacaran bukanlah hubungan untuk bersenang-senang dan bermain Bersama. Pacaran bukan menjadi ajang kita menghabiskan waktu, kesempatan, dan masa muda kita. Jika saya harus pacaran, saya tidak ingin memiliki duka yang harus saya bawa sepanjang hidup saya.

Advertisement

Hal yang paling tidak dapat saya toleransi adalah perbedaan agama. Jika calon pasangan saya berasal dari agama yang berbeda dengan saya, saya tidak akan menjalin hubungan itu. Bagi saya, Tuhan tidaklah satu dan kami memang berbeda. Allah yang kami sembah berbeda dan hidup saya adalah milik Allah saya. Maka saya tidak akan mempertaruhkan hidup saya untuk allah lain. Meskipun pada akhirnya sang calon pasangan dapat berpindah keyakinan, saya memilih untuk tidak berpacaran dengannya. Hanya jika Tuhan mengatakan ya saat dia ingin mengikut-Nya, maka saya akan mengikut kehendak-Nya pula.

Saya berasal dari suku Batak. Jika hendak menikah, saya berharap saya dapat menikah dengan orang dari suku Batak pula. Bukan karena ingin memaksakan kehendak diri, tapi itu adalah harapan saya. Jika Allah mengatakan kehendak yang berbeda, jadilah kehendak Allah atas hidup saya. Oleh karena pacaran adalah suatu yang yang serius, maka saya memilih untuk tidak menjalin hubungan dengan mereka yang bersuku lain. Saya ingin meminimalisir sejarah hidup yang suram dan penuh duka. Selain itu, tidak sedikit pasangan yang telah meniti sejarah sekian lamanya namun tidak dapat bersatu hanya karena berbeda latar belakang.

Hal yang selanjutnya saya pertimbangkan adalah Apakah saya dan dia dapat bertumbuh dan berkembang dengan berpacaran? Saya harus menyadari, bahwa saya berpacaran dengan orang tersebut atas kasih dan cinta, bukan rasa kasihan dan ingin membantu. Bahkan saat ia tidak dapat mengasihi dirinya sendiri, ia tidak mungkin dapat mengasihi saya. Saya harus berkaca pada diri saya sendiri terlebih dahulu. Apakah saya telah mengasihi diri saya sendiri? Apakah saya sudah dapat menguasai diri saya? Jika belum, saya memilih untuk tidak berpacaran terlebih dahulu. Saya berharap bahwa hubungan berpacaran menjadi saat bagi saya untuk bertumbuh, bukan karena pacar saya, tapi karena diri saya sendiri. Saya tidak ingin, jika kelak menjadi batu sandungan dan penghambat bagi pacar saya. Hal yang sama saya harapkan ada pada prinsip calon pasangan saya.

Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah Apakah saya harus berpacaran? Apakah berpacaran sepenting itu untuk saya lakukan? Dalam perjalanan hidup, ada banyak hal yang saya hendak capai. Saya tentu menginginkan bahwa setiap kesempatan yang Tuhan berikan dapat saya jalani dengan maksimal sebagai tanda bahwa saya mau memuliakan dan mengasihi Tuhan. Jadi, jika pacaran akan mengganggu kehidupan rohani dan kesempatan saya untuk berkembang, saya memilih untuk tidak berpacaran.

Teman-teman, mari kembali mengingat apa yang menjadi dasar kita untuk berpacaran. Sebelum menjalin hubungan serius itu – pacaran – mari kembali mendalami apa makna berpacaran yang sebenarnya. Bukan karena kita takut gagal dalam hubungan, tapi karena kita dewasa dan berjaga-jaga. Anda sendiri, mengapa anda memilih untuk berpacaran atau mengapa anda memilih untuk tidak berpacaran?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya seorang mahasiswa kedokteran. Saya suka menulis diary dan saya bukan penulis profesional.