"Di atas langit masih ada langit."
Kalimat itu pasti sangat kita hafal.
Atau kalimat ini, "Langit tak perlu menjelaskan betapa tinggi ia."Â
Namun, pada kenyataannya banyak yang tinggal di bawah langit pun tak jarang merasa melejit di atasnya. Bukan karena kita tak boleh berbangga hati atas apa yang kita capai saat ini. Namun, adakalanya seseorang merasa paling hebat atas apa yang dia punya.
Seakan-akan lupa bahwa untuk sampai di titik itu tentunya bukan atas usahanya sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi terutama saat dimudahkan oleh Tuhan, dukungan keluarga dan sebagainya.
Akupun pernah merasa menjadi 'paling' di antara yang lain. Menganggap bahwa yang kumiliki murni hasil jerih payah sendiri. Betapa jumawa diri ini saat itu. Hingga lupa bahwa kesombongan lama-lama justru akan menghancurkanku. Namun, sebuah kejadian di masa lalu membuatku menyadari bahwa aku belumlah apa-apa.Â
Saat sekolah, aku punya teman yang tekun dan pintar. Ia selalu berada di peringkat 10 besar di kelas dan angkatan. Bagiku, ia adalah salah satu orang terpintar yang pernah kutemui. Selain pintar secara akademik, ia juga pintar secara hubungan sosial. Tidak pelit ilmu dan rendah hati. Aku dan teman-teman sering memintanya mengajari materi pelajaran yang belum dipahami. Dia akan membantu dengan senang hati.
Setelah menerima ijazah kelulusan, aku tak pernah melihatnya lagi. Aku sibuk mempersiapkan sekolah lanjutan. Tak lama setelah itu, kudengar kabar bahwa ia tak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Ia pergi merantau ke luar kota. Keluarganya kurang mampu. Jadi, ia harus bekerja untuk menopang kehidupan keluarganya. Sayang sekali. Temanku yang cerdas ini harus berhenti. Andai dia melanjutkan pendidikan, bukan tidak mungkin karirnya akan cemerlang.Â
Kisah ini membuatku menyesal dan berusaha berlindung dari sifat merasa 'paling'. Di antaranya merasa paling pintar, paling hebat, dan sebagainya. Karena, bisa jadi banyak orang yang lebih hebat, lebih pantas menduduki posisi yang saat ini kita miliki. Sayangnya, ia tak punya kesempatan. Andai ia diberikan kesempatan bukan tidak mungkin ia akan jauh lebih hebat dari kita.Â
Karena itu, marilah mensyukuri dan manfaatkan kesempatan ini.  Boleh bangga dan mengapresiasi pencapaian. Namun, tetaplah membumi. Karena di atas langit masih ada langit. Kemudahan yang didapatkan tak lain tak bukan karena Tuhan yang memberi jalan.  Jangan pula berkecil hati, jika merasa belum bisa menjadi apa-apa. Sebab setiap orang punya masanya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”