Era pandemi ini, mendengar kata rumah sakit pasti akan identik dengan Covid-19. Beberapa orang menjadi takut memeriksakan diri ke rumah sakit karena tidak mau dinyatakan menderita Covid-19. Pandemi ini membuat orang memandang negatif kebijakan rumah sakit. Para tenaga kesehatan yang bekerja di instansi kesehatan tidak luput dari stigma masyarakat yang beranggapan bahwa Covid-19 ini hanyalah untuk mencari keuntungan finansial bagi instansi yang bergerak di bidang kesehatan.Â
Rumah sakit yang berada di tingkat daerah tidak memiliki laboratorium yang memadai untuk melakukan PCR (Polymerase Chain Reaction) sehingga rumah sakit tingkat daerah hanya bisa melakukan tes Rapid Antigen. Pasien dengan hasil tes Rapid Antigen yang reaktif belum tentu pada pemeriksaan tes PCR akan menunjukkan hasil positif. Jadi, rumah sakit tingkat daerah tidak dapat memberikan hasil pemeriksaan positif atau negatif berdasarkan tes PCR. Sehingga pasien yang menunjukkan hasil reaktif harus dirujuk ke rumah sakit pusat yang memiliki fasilitas lengkap termasuk laboratorium tes PCR. Akibatnya terjadilah penumpukkan pasien Covid-19 di rumah sakit pusat. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit tingkat daerah pun menurun karena banyak pasien yang reaktif ternyata hasil tes PCR-nya negatif, namun hasil tes PCR ini terlambat dinyatakan.
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan di daerah perlu adanya penguatan sistem kesehatan, maka dari itu ada baiknya jika pemerintah tingkat daerah membangun laboratorium tes PCR di masing-masing kabupaten. Supaya rumah sakit tingkat daerah dapat melakukan diagnosa penderita Covid-19 dengan cepat dan hasil yang akurat. Sehingga beban rumah sakit pusat berkurang dan tidak mengalami overload bed.Â
Hasil PCR yang cepat dan akurat dapat menjadi win-win solution bagi penderita dan bagi tenaga kesehatan. Penderita Covid-19 bisa mendapat hasil dengan cepat dan bagi tenaga kesehatan dapat menghilangkan stigma yang selama ini dianggap negatif oleh masyarakat. Karena selama ini rumah sakit tidak meng-covid-kan pasien, hanya saja keterbatasan laboratorium tes PCR menjadi kendala dalam diagnosa Covid-19.
Tak hanya itu, stigma terhadap orang dengan Covid-19 pun sangat memprihatinkan. Orang dengan Covid-19 beserta keluarga mereka sering menjadi bahan perbincangan yang menyebabkan tersebarnya isu-isu negatif yang melahirkan hoax ter-update mengenai Covid-19.Â
Ada orang-orang yang siap menerima fakta bahwa mereka positif Covid-19, namun ada pula yang tidak siap. Apalagi keluarga mereka tidak mungkin siap kehilangan orang yang mereka cintai karena terdiagnosa penyakit ini.Â
Stigma terhadap orang dengan Covid-19 dan keluarganya membuat penderitaan mereka semakin bertambah. Ada baiknya, kita memberi dukungan terhadap orang dengan Covid-19 agar cepat sembuh dan menyarankan untuk isolasi mandiri.Â
Sebagai masyarakat, kita harus taat terhadap aturan pemerintah dengan mencegah penularan penyakit ini dengan mengikuti protokol kesehatan dan berani untuk melakukan vaksinasi Covid-19.Â
Ingat, yang harus diperangi bukan penderitanya atau rumah sakitnya atau tenaga kesehatannya namun virusnya. Mari hapus stigma!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”