Sudah lama Karl Gunnar Myrdal menilai negara kita sebagai "Negara lembek", yaitu negara yang pemerintah dan warganya tidak memiliki ketegangan moral yang jelas, khususnya moral sosial-politik. Kita umumnya mengidap kelembekan. Sikap serba memudahkan atau menggampangkan terhadap sesuatu fenomena yang terjadi.
Padahal negara kita adalah negara yang kompleks, siapapun yang memimpin Indonesia tidak bisa memiliki pikiran yang sederhana. Jika kesederhanaan itu menjadi pola dalam berfikir, akibatnya tidak memiliki kepekaan yang cukup terhadap masalah penyelewengan dan korupsi, terlebih soal conflic of interest. Maka usaha menegakkan standar moral merupakan salah satu urgensi bagi bangsa kita.
***
Lemahnya standar moral inilah yang menyebabkan kita sekarang mengalami krisis multidimensi. Sekarang yang kita hadapi bukan hanya soal pandemi dan krisis ekonomi, tapi juga krisis kepercayaan yang tidak berkesudahan, terus berlanjut entah kapan akan selesai. Sementara negara-negara tetangga bisa dikatakan berhasil mengatasinya.Ā
Terkait krisis ini tentu sudah banyak ekonom dan akademisi yang meramal, apalagi tukang ramal yang baru-baru sempat viral, kita sebut saja ramalan dari Mbak you. Yang di salah satu fodcats pernah meramal bahwa Indonesia 2021 akan mengalami krisis dan kekacauan politik.
Sebenarnya sudah jauh hari, Louis Kraar, seorang pengamat politik negara-negara industri baru di Asia Timur, pada tahun 1998 sudah meramalkan bahwa Indonesia dalam jangka waktu 20 tahun akan menjadi halaman belakang Asia Timurimur, ditinggalkan oleh negara-negara tetangganya yang berkembang. Saya kira ramalan ini bisa diperkuat dengan adanya pandemi dan ditambah dengan berbagai musibah yang sedang kita alami.
Sebab terbesar dari krisis ialah kapasitas kerja kekuasaan yang lembek dan ditambah korupsi yang sudah terjadi di jajaran kekuasaan, khususnya pada level menteri. Pada saat kita semua sedang mengalami kesusahan ekonomi, eh, para menteri sibuk mengekploitasi sumber daya dan bantuan sosial untuk rakyat, yang seharusnya bisa sedikit banyak membantu mereka yang sedang kesulitan, justru malah ditelan oleh pemangku kekuasaan itu sendiri.
Masih banyak lagi deretan kasus besar yang baru-baru ini terjadi, tanpa ada sikap tegas dan jelas dari kekuasaan. Mulai dari korupsi, soal penembakan anggota FPI, sampai soal drone pengintai yang masuk ke wilayah perairan Indonesia. Ketidak jelasan tersebut bukan berarti kita lupa, justru membuat kita semakin tidak percaya akan ingatan kekuasaan dalam proses penyelesaiannya. Persoalan semakin hari semakin bertambah, tapi kapasitas negara dalam menyelesaikan persoalan semakin lembek alias lemah.
***
Sekiranya tidak terlalu salah, jika dikatakan bahwa saat ini gejala negara kita sebagai "negara lembek" di Asia Timur sudah mulai nampak. Indonesia semakin jauh tertinggal dengan negara-negara tetangganya. Maka ungkapan "Krisis multidimensional" memang merupakan gambaran tentang kerusakan bangsa dan negara yang menyeluruh.
Seharusnya hal ini bisa dibentengi seperti negara-negara yang sudah mengalaminya. Tetapi ternyata sumbernya tidak hanya dari krisis ekonomi nasional. Melainkan dalam pengelolaan yang lemah dalam urusan pemerintahan dan kekuasaan, sehingga krisis tersebut merambah dan meliputi semua segi kehidupan berbangsa.
Tumpukan krisis yang terjadi dalam berbagai segi yang semakin menggunung sekarang ini dapat dianalogikan sebagai sebuah gunung es raksasa yang sedemikian besar, yang sulit untuk dihancurkan hanya menggunakan kekuatan tangan. Gunung es bisa hancur atau meleleh bila ia bisa diseret dari tempat tumbuhnya di zona dingin disekitar kutub mejadi zona yang panas. Metafora gunung es kiranya dapat sedikit memberikan gambaran tentang betapa sulitnya mengatasi persoalan krisis dibanyak segi itu jika dilakukan hanya secara parsial, tidak menyeluruh.
Pengelolaan yang benar dan baik dalam penyelagaraan pemerintah dan penggunaan kekuasaan dapat diibaratkan sebagai zona yang panas, yang akan melelehkan gunung es. Dalam hal ini diperlukan kekuatan yang besar untuk dapat menyeret gunung es berada di zona yang panas. kekuatan besar itu ialah tekad bersama seluruh elemen bangsa, untuk secara bahu-membahu menanggung beban tanggung jawab penyelesaian masalah nasional.Ā
Tekad seluruh elemen bangsa bisa terjadi jika adanya jajaran pimpinan kekuasaan yang mampu memberikan teladan. Berdiri di barisan paling depan, berbuat baik bukan karena pencitraan. Karena itu kepemimpinan tersebut haruslah benar-benar otentik, menunjukkan ketulusan kesatuan antara ucapan dan tindakan, antara seruan dan pelaksanaan, antara tekad dan perbuatan.
Jika teladan itu tidak kunjung dilakukan, maka persatuan untuk menghadapi krisis mustahil untuk dilakukan oleh seluruh elemen bangsa. Sehingga bukan menjadi negara kuat, justru semakin menjadi negara lembek untuk mengatasi persoalan-persoalan yang ada.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”