Pertandingan atau perlombaan biasanya membutuhkan daya juang yang tinggi untuk saling berkompetisi. Namun, dalam hal tersebut kita sebagai manusia yang beradidaya tak boleh melupakan satu hal yang amat penting yakni nilai sportivitas. Tak hanya untuk pelaksanaan sayembara tapi juga dalam menjalani kehidupan.
Hal ini tampak pada gambar di atas yang dilansir dari situs opini.id. (01/18/2018). Pelari Marathon yang hampir mendekati garis finish menghentikan lajunya seketika saat melihat pesaingnya, Chandler Self terjatuh di sebelahnya. Wanita diketahui bernama Ariana Luter tersebut merelakan dirinya gagal menjadi juara Dallas Marathon 2017 dengan menolong peserta yang tertinggal dan bersama-sama berlari. Hingga membiarkan perempuan yang ia bantu berdiri itu melanjutkan kejuaraan Marathon dan menjadi pemenang.
Atlet yang ternyata masih SMA ini pun berujar seusai perlombaan, “Yang aku pikirkan cuma menolongnya. Jadi, aku tolong dia dan sepertinya dia bingung pada awalnya. Gak mungkin aku nyalip dan tinggalkan dia begitu saja,” jelas si peraih urutan kedua dalam lomba olahraga cabang atletik tersebut.
Selalu ada saja buah manis yang dipanen setelah kita menyemai bibit kebaikan. Tak disangka tindakan gadis belia itu menuai banyak pujian dari rekan bahkan komite penyelenggara olahraga ini. Akhirnya sang Jawara, Chandler mengakui bahwa pemenang sesungguhnya adalah Ariana. Berkat sikap sportivitas yang luar biasa yang ditunjukkannya.
Memenangkan sebuah pertarungan memanglah sebuah dambaan bagi setiap orang. Strategi jitu dalam rangka mewujudkan impian selalu ditata dengan apik. Tapi yang mana akan kita pilih ketika dihadapkan pada sebuah pilihan yakni mengedepankan etika dan nurani atau hanya memenuhi kebutuhan hati untuk berbangga diri.
Dewasa ini kita sering sekali dibutakan oleh ekspektasi dan pencapaian rasa yang tinggi tanpa memperhatikan orang-orang di sekitar. Ego yang memaksa untuk jadi Sang number one tanpa melihat prosesnya terasa dipupuk hingga membubung. Sehingga lama kelamaan manusia menjadi sumber daya yang mengutamakan hasil akhir semata. Pada dasarnya tiap insan mau mencapai kesuksesan. Namun, terkadang mereka lupa akan beberapa hal yang menjadi fondasi penting dalam meraihnya.
Rendah hati dan ketulusan menjadi kunci penting untuk membuka peti harta karun yang terpendam dalam diri yakni sportivitas. Tetap mengakui kelemahan sendiri dan kelebihan orang lain menjadi formula ampuh dalam menjalani kehidupan untuk mencapai kesuksesan. Namun, tentu saja kita tetap terus meningkatkan kualitas pribadi.
Sportif memang identik dengan kegiatan olahraga karena umumnya semua cabang perlombaan bagi jasmani menyaratkan secara tegas dan wajib norma sportivitas. Menerima kekalahan diri dan kemenangan orang lain merupakan suatu bentuk ketulusan yang tak ternilai dengan apa pun. Tak heran sportivitas dijadikan sebagai Golden Rule dalam setiap pertandingan yang dirancang oleh federasi sepak bola internasional (FIFA).
Dikutip dari Prosiding Seminar Nasional oleh Nuryanti (2017) dari Universitas Cokroaminoto Palopo, sportivitas sejatinya identitas adiluhung yang dimiliki oleh manusia dengan memperhitungkan pola dan tingkah laku yang menjadi kebiasaan baik demi mencegah perilaku buruk dalam aktivitas sosial. Tak dapat dipungkiri hal ini mampu menjadi acuan untuk mendongkrak rasa jujur dan adil di dalam hubungan timbal balik manusia.
Komitmen dalam berjuang mencapai keberhasilan memanglah sebuah keharusan yang ditanamkan dalam hati agar kita tetap semangat menjalani rutinitas. Meskipun demikian, menggadaikan standar moral untuk mencapai keuntungan pribadi bukanlah solusi terbaik dalam mengarungi bahtera kehidupan. Oleh karena itu, sportivitas menjadi jawaban terkini dalam menguasai pikiran untuk tak menempatkan keinginan dalam puncak teratas tanpa mengabaikan nilai susila ketika berinteraksi dengan sesama.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”