Konon ada kepercayaan yang mengatakan untuk lepas dari guna-guna atau pelet, seseorang harus pergi melintasi perairan alias lautan. Entah benar atau salah, sepertinya hal ini bisa diterapkan juga sebagai obat patah hati. Penelitiannya memang belum ada, tetapi bisa dicoba kok. Mari kita simak pembahasannya di artikel ini.
Patah hati alias broken heart umumnya membuat seseorang merasa bahwa dunia di sekelilingnya sudah runtuh. Pemikiran tidak bisa hidup tanpa dirinya seakan ikut menutup masa depan orang tersebut. Yah…meskipun pada kenyataannya masa depan kan tidak hanya ditentukan oleh langgengnya percintaan kita atau tidak. Tapi yang namanya orang patah hati, sulit untuk berpikir jernih. Kecuali, kalau ia dicemplungkan ke keadaan yang bersifat terpaksa.
Dari judul artikel ini ada kata-kata "luar negeri". Kenapa harus ke luar negeri? Tentu ada alasannya.
Saat patah hati kita semakin terikat dengan perasaan ini karena masih membuka komunikasi dengan mantan atau gebetan serta curhat ini itu ke teman dekat kita. Nah, ketika ke luar negeri, segala kontak ini bisa terputus. Karena biaya telepon dan internet agak mahal, serta agak susah didapat. Dan yang terutama kita harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sejak menginjakkan kaki di bandara sampai bersiap untuk pulang kembali.
Andaikan ada pun, kita nggak akan buang-buang waktu di luar negeri hanya untuk memanfaatkan wifi gratis kan. Pikiran kita juga nggak akan terpaku hanya untuk telepon-telepon dan curhat-curhat ga jelas. Saat menginjak negeri yang asing, kita akan terdorong untuk menjelajahinya.
Bepergian sendiri juga akan menuntut kita untuk bisa beradaptasi, sehingga untuk beberapa saat otak kita akan berpikir untuk bertahan hidup di situasi yang baru. Hal-hal yang kurang mendesak seperti pemikiran akan patah hati dan mantan pasti bukan menjadi yang utama. Mana sempat memikirkan patah hati, kalau kita harus menjaga diri dan mencari arah yang benar ke tempat tujuan (ingat ini solo travel alias sendirian!).
Tentunya akan berbeda kalau kita pergi dengan rombongan teman, kita akan bergantung pada mereka, bahkan malah kembali curhat soal patah hati.
Mulai dari perbedaan bahasa, makanan sampai menghindari penipu akan menjadi tantangan tersendiri. Dimana perasaan patah hati tidak akan membantu apa-apa, dan sejak detik itu kamu akan tersadar untuk berupaya sekeras mungkin untuk memenangkan perjalananmu. Menjadikannya sesuatu yang menyenangkan dengan tetap menjaga diri sebaik-baiknya.
Faktor lain yang juga bisa menjadi penyegar batin kita adalah pengalaman-pengalaman baru yang didapat ketika travelling. Mulai dari kekaguman akan indahnya tempat-tempat baru sampai perkenalan dengan sesama traveler dari berbagai belahan dunia. Mendengar cerita-cerita mereka yang bertualang kesana kemari, akan membuat pikiran kita terbuka.
bahwa hidup terlalu sia-sia bila hanya dipakai untuk berpatah hati
Dan anggap aja sebagai bonus kalau ternyata kamu mendapat jodoh selama perjalananmu. Meskipun ini biasanya hanya terjadi di film-film tetapi bukan nggak mungkin kamu bisa mendapatkannya. Entah orang dari negara yang sama dengan kita atau orang dari negara lain. Bila hal ini terjadi, saya jamin dalam sekejap ingatan soal patah hati langsung terhapus dengan sendirinya. Bagaikan sampah yang siap dibakar di Bantar Gebang.
Setelah seminggu berkelana, saat kembali dan menatap cermin, kita akan menyadari bahwa kita sudah dilahirkan sebagai individu yang baru. Seseorang yang kuat walaupun harus pergi sendirian mengarungi dunia luar. Seseorang yang tidak perlu bergantung pada cinta yang bertepuk sebelah tangan. Orang itu adalah kamu! Yang dengan kemampuanmu berhasil menaklukkan tantangan di tempat yang belum pernah kamu pijak.
Sebagai penutup, seringkali ada pendapat bahwa ke luar negeri itu mahal. Menurut saya itu sih tergantung, kalau solo backpacker segala jenis harga bisa ditekan seperti penggunaan ransel yang menghemat biaya bagasi pesawat (mengatur barang apa saja yang akan dibawa dalam tempat yang terbatas juga sudah menyita pikiran lo!), tidur di hostel dengan kamar dorm (satu kamar dengan orang-orang lain), makanan beli di supermarket atau pinggir jalan.
Bila biayanya masih terasa agak mahal, anggap saja sebagai biaya rawat jalan karena patah hati. Toh obat patah hati nggak ada yang jual kan di apotek? Daripada menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk patah hati (waktu harganya lebih mahal lo daripada tiket pesawat), lebih baik pergi ke luar negeri satu minggu dan kembali dengan hati yang sudah utuh dan siap menjalani hidup dengan maksimal.
catatan : sebagai panduan untuk menjaga keselamatan selama solo travel, rajin-rajinlah membaca berbagai informasi mengenai tempat tujuan. Bisa browse di website tripadvisor, wikitravel, hipwee, dan lain-lain. Lalu di print untuk dibawa selama perjalanan. Gunakan juga kepekaanmu untuk tidak mudah ditipu selama dalam perjalanan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
wajib coba 😀
yup, just do it and goodluck
Fuye TheAlchemist yay !!
Cium…
tapi dollar nya….. -_-