Ketika dia yang sempat kamu taruh harapan untuk bisa bersama mencoba menyapanya dan menyinggung rasa ternyata hanyalah sebuah rasa bagai di taman yang sepi tanpa hal yang sama yang kau maknai dalam diri. Konon #bertepuksebelahtangan itulah yang sedang kamu genggam saat ini.
Memang dulu kamu di puja-pujanya sepanjang malam dalam dinginnya sunyi yang tak berbunyi. Memang dulu seakan kamu yang hanya diminati tanpa ragu. Ketika jarak dan waktu. Ketika hal lama dan hal baru kembali bertemu. Ketika itu pula waktu dapat mengubah masalalu. Ketika waktu dapat merubah segala hal pula termasuk perasaan, ah sudahlah!
Engkau sedang di dalam genggaman #bertepuksebelahtangan dan hanya sebuah perasaan palsu yang kamu dapatkan. Jangan keliru soal rasa tak ada yang tahu, dia yang dulu selalu ada kini berlalu, perasaan yang sempat menggebu-gebu kini bagai debu. Jangan salahkan waktu, jangan salahkan pilu, cukup kamu tahu dia tidak pantas dijadikan sandaran di depan penghulu.
Soal rasa yang pudar takkan habis di cerita sebab kamu tak lelah untuk terus mengumbar membiarkan ia terus membakar seakan tak akan ada orang lain yang mengejar. Sebisa mungkin aku berkata kamu hanya terhanyut dalam cerita cinta yang memotong waktumu seakan berhenti bernafas. Apa kata yang tepat untuk menggambarkan bahwa ada orang yang di luar sana telah sangat tulus mencintai kita daripada hanya berharap agar tangan bertepuk serentak kan? seorang pujangga yang kamu anggap raja ternyata hanya sekedar mampir menyapa.
Tak payah kamu sajikan hati lain kali, hanya butuh ruang untuk menerawang sebelum dirimu dijatuhkan gelap karena tak melihat. Lain waktu lain hari pandai-pandailah membaca pandai-pandailah memaknai agar kau tak jatuh hanya karena kamu di puja sehari. Soal perasaan yang kamu miliki sekali-kali dirimu berhak menghakimi diri. Katakan dengan tegas bahwa kamu yang cerdas ini tak pantas melarat hanya karena sebuah perasaan yang terus berkarat yang dititipkan ke pada dia yang tak lagi ingat.
Cukup, cukup aku katakan kamu hanya perlu waktu untuk berfikir logis ketika rasa yang ada hampir kritis. Kenapa kamu selalu berharap ia yang tak pernah melirik. Apakah kamu hanya ingin di capkan sebagai wanita mistis? Toh dia yang dulu kini berbeda, tak sekali-kali pun kembali berjuang bersama. Apa kau tetap ingin jatuh dalam nestapa berkala hingga sampai bertingkat lima? Apa aku akan terus bertanya, ke mana kau yang dulu tegas kini terhempas. Kemana kau yang dulu cerdas kini melas.
Tolonglah, jangan biarkan ini meningkat pesat. Sebab soal pendampingmu kelak takkan pernah indah jika yang kau pinta dengan berlututkan? Soal jodoh kau serahkan saja kepada Dia yang memiliki segalanya. Bahkan hidup harus tetap berjalan kan? sampai kau benar-benar pulang. Apa kau mau pulang sebelum waktu? Maka dari itu tetap tegas dan berkelas.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”