Hari itu ternyata pertemuan kita yang terakhir, terakhir kita berucap kata di tempat dan waktu yang sama. Bukan hanya ada kita berdua, bulan dan bintang-bintang juga ikut membelalakkan matanya, angin malam pun ikut hadir, dan sedikit berisik daun-daun dari pepohonan yang juga berada bersama-sama kita pada malam itu. Sama sekali tidak terpikir mengapa aku sebahagia itu, aku lihat kamu juga mengukir senyum yang sama.
Candaan terakhir yang aku lontarkan ternyata adalah ucapan yang memecah tawa pada malam itu. Entah ketika bulan berada disudut mana saat pertama kali kita bertemu, aku pun lupa. Tapi aku tidak pernah lupa detik-detik tawa ceria yang kita lagukan mengukir nyanyian yang entah apa judulnya.
Bukan tentang tak akan ada lagi cerita yang bisa aku bagikan kepadamu, tapi aku takut dihadirkan rindu. Aku takut, ketakutan ini mengahantui hingga ke dasar mimpi. Aku takut, saat dimana seharusnya aku sudah menjalani hidupku dengan indah harus tersita karena aku kembali memikirkanmu.
Lalu sedikit aku renungkan, mengapa tidak kamu ucapkan kata “selamat tinggal”? Setidaknya agar hati kecilku sadar bahwa ini sudah berakhir. Sehingga meski kamu berada dan berpijak di belahan bumi manapun, meski angin berhembus membawamu beranjak jauh dari sini dan bahkan mungkin sangat jauh sekali, kamu tidak lagi menyisakan potongan-potongan kenangan disini, dan aku bisa melangkah lagi seperti biasa dan menikmati waktuku tanpa membawa potongan kenangan yang tesisa itu.
Ya aku tahu, kamu tidak pernah meminta izin untuk hadir, sehingga bukan keharusanmu untuk mengucapkan kata “selamat tinggal” ketika kamu memutuskan untuk menjauh. Tapi kenyataannya aku merasa bahwa kamu sudah hadir, sudah menjadi bagian dari sepenggal cerita dalam hidupku.
Dari ini, ada satu kenyataan yang tidak aku mengerti mengapa Tuhan mengirimkanmu untuk datang tanpa penjelasan lalu pergi tanpa kejelasan. Dan bagaimana bisa ini berakhir, sementara kita sama sekali belum memulai. Lalu perasaan apa ini, mengapa menghadirkan ketakutan akan rasa rindu yang mungkin hadir padaku dikemudian hari.
Jika benar ini cinta, sungguh betapa anehnya mengapa aku membuka hati tanpa pernah kamu minta. Lalu hatiku hanya menjadi korban dari perasaan cinta yang tidak diinginkan kehadirannya.
Tapi mengertilah, bahwa bukan aku yang meminta, tapi sepotong hati kecil yang kumiliki ini.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
nice…..keren bgt….
Sedihnya, patah hati itu sakit yang sulit disembuhkan tidak berdarh,tapi terasa sakit…
Cerpen yg sdkit n pndek itu adlh persaan akn ssorg yg prnh q sangat cintai. Bhkn q tdk prnh prcy persaan itu dhadirkn adny ungkpn hati ku yg ssungguhny meski skrg keadaanku jauh berbeda dgn yg dl.. tp dr hti kcl ku ini q hny brhrp untuk ttp mnjga cinta ini smp kpnpun. Tq teman