Setelah Tertusuk Ribuan Jarum dan Berjalan di Atas Duri Cinta, Kini Aku Bangkit untuk Merawat Luka

aku bangkit merawat luka

Dadaku pernah kau tusuk dengan pedang, kemudian pedang yang telah menancap di ulu hati itu kau putar-putar hingga darahnya mengalir di tempat. Rasanya luar biasa sakit, namun akhirnya aku kembali bangkit walau dengan ribuan tempelan luka abadi.

Advertisement

Aku memaksa diri untuk bangkit, daripada terhanyut sedih yang justru hanya membuat diriku semakin terinjak-injak oleh perlakuan mu yang sudah tak mengenal batas. Sabar memang tak seharusnya memiliki batas, namun mohon maaf. Batas sabarku sudah terbobol dari ambang batas. Aku mengamuk dan saatnya untuk memberontak. Mengamuk karena tusukan luka, dan memberontak karena ribuan memar di hati.

Aku pernah berdoa sambil tersengal-sengal untuk mempertahankan tali kasih kita berdua. Namun kau sendiri tak berjuang dengan hal yang sama. Lantas malaikat langit memotong doaku dan akhirnya membuat doa-doa itu berguguran di atas langit. Hingga akhirnya Tuhan menolak jerih payah doa itu. Cintaku dan dirimu akhirnya tak dapat diselamatkan lagi. Ribuan doa yang telah kusematkan, berakhir menjadi debu yang beterbangan di langit jingga.

Saat kau memutuskan untuk meninggalkan, hatiku menjadi porak poranda seperti rentetan planet dalam tata surya. Hatiku meronta-ronta agar kau kembali memeluk tubuhku yang menggigil, namun kau tanpa menengok pergi menjauh tanpa satu butir kata pun. Saat hatiku sedang berdarah, kau malah berlari memutar arah, membiarkanku tenggelam di telan buih lautan mati. Aku terkulai lemas karena menahan cinta yang tak terbalas.

Advertisement

Kau dan aku sudah kehabisan kata untuk menyambung rasa. Ribuan sunyi kini menyeruak di antara bait yang tak terdengar jelas. Semoga luka-luka yang pernah kau goreskan, mampu beristirahat dengan tenang. Luka-luka, beristirahatlah.


Sebagai insan yang lemah dan tak berdaya di hadapan sang kuasa, kita tentu pernah dicampakkan dan mencampakkan. Pernah merobek hati seseorang hingga berserakan, pernah pula diri sendiri menangis diam-diam karena dibalas dengan cara yang lebih biadab. Pernah berjuang dan diperjuangkan. Pada akhirnya, tidak ada yang sia-sia bukan? Kita sama-sama korban dan mengorbankan.


Advertisement

Ragamu pernah sangat kukagumi. Pesonamu pernah membutakan mata batinku. Aura cinta yang kau tebarkan pernah membuat ragaku lumpuh tak berdaya. Engkau adalah maha karya terbaik dalam hidup. Sayangnya, raga yang dulu pernah kukagumi itulah yang justru menamparkan luka telak di hati, yang membuat diri ini jatuh berkeping-keping. Hatiku tumbang, bagai hutan tanpa kumbang. Jiwaku gelap, bagai malam tanpa rembulan jutaan tahun.

Hingga akhirnya kita harus tersadar, jika tersakiti oleh orang yang pernah dicintai itu memang menyakitkan. Namun berdiam diri di bawah lubang luka, bukanlah cara untuk melanjutkan lembaran hidup. Memulai yang baru dengan cerita dan orang yang berbeda tidaklah mudah, namun hidup ini hanya sekali, lantas tak sepantasnya dihiasi dengan tangis. Aku harus maju, bukan termakan oleh cinta masa lalu yang penuh pilu. Aku harus bangkit, bukan malah terus menerus sakit. Aku harus bisa, walau raga sudah hampir kehabisan asa. Selama pagi masih dihinggapi matahari, aku masih sanggup berlari untuk membakar sakit hati.


Seharusnya dari dulu aku mengerti hukum pasti tentang cinta. Bahwa setiap kegagalan adalah suatu cara mengasah mental untuk kemudian bertarung dalam melawan kegagalan-kegagalan yang berikutnya sebelum mencapai kemenangan.


Dibalik eloknya ribuan burung yang beterbangan di atas langit, pasti ada ratusan yang tengah tersengal-sengal menata sayap untuk mengudara menjamah keperawanan angkasa. Harusnya aku belajar banyak dari usaha seekor burung. Bukan malah menjadi pengecut karena cinta. Memperlemah diri adalah cara terindah untuk membuat yang meninggalkan merasa menang. Jika yang dulu disayang sudah hilang, mungkin sudah takdirnya hanya untuk dikenang, agar hati tak bergores malang.

Kau adalah luka abadi yang tak akan pernah terobati. Obat sakit hati adalah nyawa dibayar nyawa. Injak dibalas injak. Patah dibalas patah. Memar dibalas memar. Namun tanganku tak usah menjadi kotor kembali untuk membalas semua luka. Biarkan karma tuhan yang menjalankan bagiannya dengan rapi dan indah. Tangan ini tak perlu lagi memahat dosa. Karena pada hakikatnya, cinta itu hanya satu yang benar-benar sayang. Sisanya adalah karma.

Masa lalu kita berdua adalah musuh terbesar untuk batinku yang masih lebam. Hatiku pernah menolak untuk terluka parah. Namun sayangnya gagal menyembunyikan nyeri. Ia lebam separah-parahnya bagai tusukan jarum menghantam gendang telinga. Hati yang dulu pernah mencintai akan begitu sangat berbahaya jika menyimpan dendam karena tersakiti.

Aku memar, namun bangkit dari lubang luka adalah cara ku untuk melawan malu kepada Tuhan. Takdir yang seharusnya tak bersatu denganmu adalah tingkat malu tertinggiku kepada tuhan. Lain kali, aku jera melawan takdir Sang Maha pasti. Melawan takdir hanya akan membuat diri mendapatkan orang yang salah. Namun yang telanjur salah biarkan saja, Tuhan pasti memiliki skenario terbaik untuk masing-masing ciptaannya. 


Sebab begitulah cara sang maha pasti bekerja. Dia mempertemukan kita terlebih dahulu dengan orang yang salah lantas kemudian memberikan hadiah berupa orang yang tepat di setiap ujung dari penderitaan hambanya. Banyak yang bahagia di belahan dunia sana, namun ada juga yang menderita merana di belahan dunia sisanya. Namun kita harus mengerti, bahwa kebahagiaan itu sejatinya bukan untuk diperbandingkan. Bahwa setiap hidup masing-masing, memiliki perjalanan dan pelajaran yang berbeda.


Aku akan bangkit. Merawat tusukan luka adalah tekad. Aku akan tetap berjalan di atas duri yang pernah kau taburi sebelum pergi. Tetap terbang mengibas masa lalu, walau satu sayap telah patah. Mungkin tuhan memiliki rencana dibalik ribuan kepedihan takdir yang sedang kugeluti. Aku akan bangkit dalam keadaan tergores. Namun percayalah, kepergianmu adalah semangat baru untuk cerita baru dalam hidupku.

Walau pernah ribuan kali tertusuk jarum cinta, aku selalu yakin akan ada cahaya tersisa untuk pertobatan ku menata hati untuk yang kedua kalinya. Terus melangkah membuka hati baru. Membuka jendela untuk udara yang jauh lebih segar lagi. Melihat bahwa masih ada taman yang indah bertaburan bunga.

Harusnya kepala dan hatiku mulai bertobat secara sempurna. Di ketinggian maha tinggi, harapan tergantung pada suratan dan doa. Itu adalah cara mengobati penderitaan. Di kerendahan yang maha rendah, kematian terlihat begitu meyakinkan. 

Kebenaran berhamburan dimana-mana. Kepasrahan hanya bisa menghela napas panjang, sementara hidup dan mati terlihat tidak sepadan. Ketika kesedihan tidak lagi tertahan, harusnya pelukan tuhan yang ku rindukan. Bukan terus-menerus mengemis cinta kepada hamba yang hanya titipan pana.

Saat hati kita masing-masing yang dulunya saling bercumbu kini harus berperang saling tikam-menikam, di sanalah aku sadar bahwa beberapa keadaan memang harus kita paksa untuk berhenti. Agar kita tahu seberapa penting campur tangan kita dalam keadaan tersebut. Jika saat kau berhenti semua malah pergi meninggalkan mu, maka sebaik-baiknya pilihan untuk dirimu adalah menemukan keadaan yang baru.

Aku memilih menepi di saat ego kita sedang berperang. Aku memilih diam di saat bibir kita saling mengancam. Terkadang kita memang perlu berhenti dan berpasrah. Berhenti bukan berarti mati, dan pasrah bukan berarti kalah. Kita terkadang memang perlu mengendur saja, agar yang keras dapat sedikit melunak meredam ego.


Tak masalah bagiku untuk membereskan ribuan keping hati yang tengah ambruk, karena sejak dulu pun aku seperti sendirian membangun tembok benteng cinta kita berdua. Maha pasti tuhan untuk segala takdirnya di jagat raya ini.


Ini adalah pelajaran semesta yang telah benar-benar menelanjangi seluruh isi hatiku. Kini aku jera melawan takdir tuhan. Lain kali, pelan-pelan saja membangun cerita kehidupan. Karena memaksa tuhan mempercepat jalan cerita justru hanya akan mengganggu keindahan proses ceritanya. Lain kali, jangan membangkang kepada kontrak tuhan.

Kini diriku akan memulai lembaran hidup yang baru, dengan kuat sekuatnya. Surga ku adalah ketika engkau pergi menjauh, dan aku mulai hidup tanpa mu. Tidak perlu berpikir mengenai cara untuk bangkit dan melupakan, karena beberapa hubungan yang telah kau rajut, memang harus kau relakan untuk berlanjut dalam sebatas kenangan saja. Selamat jalan untuk luka dan selamat datang untuk kesempatan dua. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Financial Analyst and Novelist

Editor

une femme libre