Berpisah adalah hal yang sangat menyakitkan. Hal yang sangat tidak ingin didapati. Berpisah juga merupakan suatu keterpaksaan. Termasuk berpisah denganmu, yang mengisi hari-hariku selama ini.
Kejadian hari itu membuatku sangat terpukul. Tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Karena sudah jelas di depan mataku, kamu lebih memilih dia yang baru saja kamu kenal. Entah berapa banyak air mata yang kukeluarkan, seberapa kencang aku berteriak, seberapa kuat aku bertahan dan berharap agar kita tidak berpisah.
Aku merasa tidak mampu untuk menghadapinya, karena berat buat aku untuk berpisah denganmu yang sudah aku anggap menjadi bagian dari keluarga dan juga hidupku. Aku menjalani hari-hariku dengan sangat berat dan dipenuhi bayang-bayang kehadiranmu.
Butuh waktu yang tidak sebentar sampai akhirnya aku menyadari, dari perpisahan ini aku belajar banyak hal. Sekuat apapun aku menggenggam, jika itu tidak ditakdirkan untukku pasti akan terlepas.
Sekencang mungkin aku mengejarnya, jika ia bukan milikku pasti akan kehilangan jejak. Sebaik apapun aku menjaga dan merawatnya, jika ia bukan yang terbaik untukku pasti akan hilang juga.
Selain itu aku juga belajar untuk menerima lalu mengikhlaskan apa yang sudah digariskan untukku meskipun tidak mudah. Karena hanya dengan mengikhlaskan apa yang sudah terjadi lukaku bisa membaik dan perlahan menjadi sembuh.
Aku juga belajar untuk bersabar dan lebih bersabar lagi ketika yang terjadi tak sesuai dengan harapan, karena dari bersabar aku memperoleh ketenangan. Aku juga belajar untuk merelakan apa-apa yang telah hilang dari genggaman dan bukan takdirku. Ternyata dengan merelakan aku memperoleh ganti yang lebih baik dari sebelumnya, bahkan aku tidak pernah menduganya.
Tentangmu yang telah menggoreskan luka, aku sudah tak peduli lagi. Karena ternyata setelah merelakanmu aku mendapat banyak kebahagiaan. Luka darimu juga sudah tak terasa lagi sakitnya. Dari merelakanmu juga aku kembali menemukan diriku sendiri dan mengembangkan diri sesuai dengan passion-ku. Hidupku tanpamu jauh lebih berwarna.
Ternyata selama ini aku salah menilaimu. Aku pikir kamu adalah pelangi yang memberi warna setelah awan gelap, tapi ternyata kamu hanyalah badai yang hadirnya sesaat tetapi menghancurkan. Aku juga sangat bersyukur sama Tuhan, karena dengan cepat segera menjauhkanmu dariku sebelum aku semakin tersakiti.
Yah, berpisah memang sakit. Tetapi akan lebih sakit lagi jika kita mencintai dia yang bukan menjadi takdir. Dia yang telah pergi entah dengan pamit atau tidak, relakan saja. Merelakan memang butuh waktu. Tetapi setelah bisa merelakan, kebahagian dan apa yang menjadi takdir akan menghampiri kita.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”