Kalian pasti pernah, kan, ngerasain satu hari itu bete banget, entah karena tugas kuliah yang numpuk plus deadline udah mepet, atau karena berantem dengan keluarga, atau bahkan karena melihat konten negatif di media sosial yang bikin mood turun drastis. Setelah itu muncul keinginan untuk putar musik pakai earphone volume penuh buat hilangin stres atau bete. Kalian sadar nggak kalau yang kamu lakuin itu termasuk self harm loh. Dengan mendengarkan musik melalui earphone atau headphone dengan volume penuh dan dapat merusak pendengaran itu termasuk self harm yang sering sekali kita lakukan.Â
Apa sih self harm itu? Self harm atau self injury adalah perilaku melukai diri sendiri yang dilakukan dengan sengaja tapi tidak ada niatan untuk atau mengakhiri hidup. Perilaku ini meliputi menyayat bagian kulit dengan benda tajam seperti pisau dan cutter, memukul diri sendiri, menarik rambut dengan keras, serta hal-hal lain yang dapat menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Hal ini dilakukan dengan tanpa adanya niatan untuk mengakhiri hidup (Shabrina, 2011).
Menurut penelitian yang berjudul physiological arousal, distress tolerance, and social problem-solving deficits among adolescent self injuries, menuliskan bahwa penyebab dasar dari perilaku self harm ini sendiri ada 4, yaitu:
1) mengurangi kecemasan atau perasaan buruk 2) untuk merasakan sesuatu ketika seseorang merasakan kosong atau hampa, bahkan jika rasa yang didapat adalah rasa sakit 3) menunjukkan bahwa mereka menderita dan meminta pertolongan kepada orang disekitar mereka 4) membuat orang lain berhenti mengganggu mereka.
Kebanyakan dari mereka yang melakukan self harm lebih memilih untuk menyembunyikan apa yang mereka lakukan dengan alasan malu, takut, dan bahkan karena tidak ingin membuat orang disekitarnya khawatir. Hal yang ditakutkan adalah jika perilaku self harm ini dibiarkan maka akan menuju pada tahap selanjutnya yaitu percobaan mengakhiri hidup
Kita tidak bisa menghindari perasaan negatif seperti stres, depresi, marah dan sedih. oleh karena itu kita membutuhkan regulasi emosi untuk menekan dan meminimalisir dampak negatif dari perasaan-perasan diatas. Regulasi emosi tidak berarti melarang seseorang untuk meluapkan dan mengungkapkan emosinya, melainkan mengatur bagaimana kita meluapkan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Contoh pengungkapan perasaan negatif secara positif adalah dengan melukis, mendengarkan musik dengan yang tidak menyebabkan kerusakan pada gendang telinga atau dengan volume normal, menulis jika kalian memiliki imajinasi aktif, bernyanyi, dan lain sebagainya. Dengan cara-cara di atas, kalian bisa melampiaskan perasaan negatif kalian tanpa perlu melukai diri sendiri maupun merugikan orang lain.Â
Kalian juga bisa melakukan konseling online melalui platform online maupun media sosial. Atau kalian juga bisa membagi perasaan kalian kepada teman dekat maupun keluarga, setidaknya beban kalian sedikit terangkat. Terkadang mereka hanya perlu didengar, mereka tidak meminta solusi atau pendapat dari kita para pendengar.Â
SELF HARM ATAU SELF INJURY BUKANLAH JALAN YANG BENAR!
Meskipun bagi mereka perilaku tersebut dapat membantu memberi ketenangan selama sesaat, pada kenyataannya self harm dapat menyebabkan adiksi untuk melakukannya lagi. Menurut Higgins (2014), perilaku self Injury dapat membawa dampak yang berkepanjangan baik dalam bidang psikis maupun fisik. perilaku ini tidak membawa penyelesaian yang sebenarnya, hanya ketenangan sementara. Oleh karena itu, setelah melakukan self injury, seseorang akan mengalami adiksi terhadap perilaku tersebut.
Referensi:
https://doi.org/10.24014/jp.v15i2.7740Â
https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/psiko/article/view/1460/1329
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”