Seringkali selama masa pemberlakuan pengetatan mulai dari zaman adanya karantina wilayah, PSBB dan saat ini PPKM mengalihkan semua pekerjaan dari awalnya langsung menjadi daring atau virtual. Kini beberapa perusahaan menerapkan sistem work from home (WFH) atau bekerja dari rumah dan school from home atau bersekolah dari rumah.Â
WFH yang awalnya dinilai sebagai terobosan untuk menjadikan karyawan produktif malah membuat karyawan menjadi gelisah. Karyawan dituntut harus online saat jam kerja, datang dan harus hadir saat presensi pagi sebelum memulai aktivitas. Tidak ada kabar dinilai tidak hadir. Saya ingat betul saat melaksanakan on the job training pada program trainee di salah satu startup edukasi menuntut kita harus stay focus saat jam kerja.Â
Bila notifikasi whatsapp berdering tiada henti apalagi kalau grup sudah mulai berkoar-koar minta progress report hari ini. Pusing banget! Kalau tidak segera dikerjakan malah justru kena omel atasan. Rasa segan dan sungkan selalu menghantui karena walaupun bekerja dari rumah tetapi suasananya harus seperti bekerja di kantor. Kalau tidak achieve ya ujung-ujungnya malah burnout dan stress. Kondisi ini justru berujung pada kecemasan yang berlebihan akibat memandang notifikasi WhatsApp di handphone kita masing-masing. Kondisi ini dinamakan dengan WhatsApp Anxiety.
Sebagian orang memandang working from home atau WFH lebih menyenangkan, karena tidak perlu menerjang kemacetan untuk menuju ke kantor dan memiliki waktu kerja yang lebih fleksibel. Namun kenyataannya, WFH juga memiliki kekurangannya sendiri. Salah satu contohnya adalah WhatsApp yang membuat komunikasi dengan siapa saja menjadi lebih cepat dan mudah.Â
Hal ini tentu baik. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, WhatsApp menjadi sarana yang membantu untuk tetap menjaga hubungan dengan orang-orang terkasih, seperti sahabat, keluarga dan pasangan, di saat keadaan tidak memungkinkan untuk bertemu secara langsung. Namun, dalam konteks pekerjaan, Whatsapp bisa menjadi momok yang menakutkan.Â
Bayangkan bila smartphone kamu berbunyi pada malam hari, lalu kamu melihat ada pesan yang masuk dari rekan kerja atau WhatsApp Group (WAG) kantor, kamu mungkin akan merasa was-was dan memikirkan ada hal penting apa yang terjadi di kantor. Selain itu, meningkatnya jumlah pesan yang belum sempat kamu baca dari grup kantor mungkin juga akan membuat kamu cemas karena berpikir kamu ketinggalan pembahasan yang penting. Hal ini bisa membuat kamu selalu memikirkan tentang pekerjaan padahal mungkin saat itu sudah di luar jam kerja kamu
Dilansir dari laman BBC, bahwa salah satu ponsel karyawan terus-menerus menyala dengan pemberitahuan notifikasi, dari 50 atau 60 teks atau chat yang tidak terjawab yang bisa saya dapatkan dalam satu jam dari satu obrolan grup membuat saya merasa cemas untuk meletakkannya. Saya merasa bersalah karena tidak segera membalas pesan, atau memeriksa utas grup. Kondisi ini mengundang kecemasan yang berlebihan ketika muncul notifikasi whatsapp yang terlewat bahkan chat yang tidak terbalaskan
Di masa pandemi seperti saat ini, bukan hanya bekerja yang harus dilaksanakan dari rumah, melainkan kegiatan pekerjaan bahkan perkuliahan pun tak lepas dari aktivitas jarak jauh. Beberapa diantaranya pasti membuat suatu grup di WhatsApp untuk memudahkan dalam menyampaikan pesan dari dosen kepada para mahasiswa. Namun, tidak menutup kemungkinan WhatsApp Anxiety ini dapat menyerang para mahasiswa, seperti rasa cemas akan tidak dibalasnya pesan penting dari dosen, teman satu kelompok yang slow response, bahkan hingga sulit memahami materi yang disampaikan oleh dosen hanya melalui WhatsApp Group.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menghindari adanya Whatsapp Anxiety ini sendiri adalah disiplin terhadap waktu. Ketika kita sudah tahu porsi waktu kerja dari jam berapa hingga selesai jam berapa maka manfaatkan waktu tersebut. Sebisa mungkin kita respon dengan cepat dan aktif saat jam kerja. Pelan-pelan dan jangan terburu-buru dalam membalas pesan. Silahkan mute all notifications ketika bekerja agar lebih fokus.Â
Setelah bekerja, dipersilahkan untuk reply beberapa chat yang masuk yang bukan tergolong urgent. Pastikan semua pekerjaan selesai sehingga kita jadi punya waktu untuk bersantai dan menikmati bersama keluarga dan orang terdekat. Ditambahkan menurut Vaile Wright, direktur perawatan kesehatan dari American Psychological Association salah satu caranya ialah kita harus melakukan hal-hal dalam kendali kita untuk menjaga kesehatan mental kita. Dia merekomendasikan untuk mematikan notifikasi, membisukan utas, atau meminta diri Anda untuk fokus kerja untuk sementara waktu (saat jam kerja).
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”