Make-up? I love make-up dan segala pernak perniknya. Ada pepatah yang mengatakan pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Ya itu benar sekali. Sangat menyenangkan saat karya kita bisa disukai dan membuat bahagia orang banyak. Ada juga yang bilang "enak ya jadi make-up artist "(karena kita rakyat Indonesia, maka mari gunakan bahasa Indonesia. Bahasa merakyatnya tukang make-up). Kerja bentar cuma poles-poles doang, dibayar gede. Hehehehehe. Tapi tahukah kamu bahwa kondisi tiap daerah itu berbeda? Nih saya ceritain dari sudut pandang saya ya.
Jadi tukang make-up itu, harus siap kurang tidur
Bangun jam 2 subuh udah mesti siap dilakonin. Liat anak suami jam segitu lagi enak-enaknya tidur dibalik selimut, kita harus melek, mandi, berangkat. Brrrrrr……
Harus on time
Kalau dalam satu hari itu ada banyak pekerjaan rias yang harus dilakoni, siap-siap bawa stop watch di otak sndiri dan menargetkan diri sendiri per-job harus selesai jam brapa. Namun hasil make-up harus tetap bagus. Nggak lucu kan kalau acara terpenting seseorang jadi berantakan hanya karena kitanya terlambat? Plus… harus siap-siap pinggang sampai berasa mati rasa karena harus ada dalam posisi menekuk sepanjang hari. Lumayaaaaan
Teliti dan punya mental baja
Untuk daerah ditempat saya, yang masih menjadi favorit masyarakat sini adalah pesta pernikahan dirumah, dari subuh sampai malam. Kalau sudah begitu, siap-siap saja kita pulang malam karena harus berkali-kali retouch dan ganti baju pengantin. Persiapan dan check perlengkapan pengantin harus dilakukan berkali-kali. Ketinggalan per-item aja bisa fatal akibatnya. Semisal untuk pengantin berkerudung, dan kita lupa bawa manset. Kecil sih, tapi fatal. Belum lagi medan tempuh yang terkadang sulit dilalui, barang bawaan yang banyak. Kita mesti punya mental baja dan nyali gede (karena jalan subuh menembus area yang sepi) - ya namanya juga subuh banget ya.
Pandai menguasai diri
Jadi tukang make-up itu harus bisa mengatasi suasana hati dan mood diri sendiri. Ada kalanya kita lagi ada dalam kondisi hati marah, kesal atau sedih. Itu semua nggak boleh diperlihatkan ke pengantin. Kita harus tetap jadi ibu peri baik hati, selalu tersenyum dan bisa memberi kekuatan kepada para pengantin. Dan kita harus tetap menghasilkan karya rias yang sempurna. Padahal, make-up sama dengan seni, seperti melukis. Kalau mood kita sedang naik turun, rasanya mau pulang aja kerumah dan minum coklat panas sambil bergelung didalam selimut dingin.
Harus sabar kalau bicara soal biaya
Suka sedih kalau ada yang nanya begini "harga riasnya berapa?" Dan saat kita sudah kasih harga, dengan entengnya dia bilang begini "ahhh mahal banget. "Di si A dan B itu cuma segini, nanti ada temen saya dan sodara saya juga mau nikah loh".
Yang harus saya tekankan disini, jasa itu tidak bisa diukur mahal atau murah. Alat kosmetik saya dengan si A dan B itu pasti nggak sama, hasil rias juga nggak sama. Dan kalau soal promosi, ya kalau semua minta minim dengan janji kita akan dipromosikan, lalu kita dapat keuntungan dari mana? Nggak munafik kan selain karena hobi, kita juga perlu uang. Ya kan ya kan?
Tak hanya merias, tapi juga mengurus keperluan lain pengantin
Untuk di daerah sini, masyarakat senang dengan perias yang punya semua kebutuhan wedding. Jadi seperti one stop wedding service. Kebayang nggak saat kita harus ngurusin semua keperluan pengantin itu? Busana pengantinnya, busana ayah ibu, busana keluarga, prewedding-nya, dekorasinya, susunan acaranya, pemusiknya, sampai ke masalah tenda-tendanya dan kursi plus piring makannya (kalau acaranya di rumah). Mirip wedding organizer ya.
Harus terus belajar
Tukang rias juga harus selalu belajar, cari info tren-tren rias terbaru, tren busana terbaru, tren kerudung dan sanggul terbaru. Harus rajin nimba ilmu dari master-master yang ada. Nggak boleh cepet puas sama hasil diri sendiri deh.
Harus siap menghadapi emosi pengantin dan keluarganya yang tidak stabil
Ya kita harus maklum namanya juga ini acara terpenting dalam hidup mereka. Mereka pasti mau yang terbaik. Jadi harus siap diajak konsultasi, bahkan sampai tengah malam (meski hanya lewat WA). Ada kalanya juga nampung emosi dan kesedihan mereka, dan siap-siap hadapin kepanikan mereka di hari H.
Jadi intinya jadi tukang rias itu memang menyenangkan karena sesuai dengan hobi. Ya suka dukanya juga banyak. Tapi semua profesi kalau dijalani dengan hati, niscaya proses tidak akan mengkhianati hasil.
Last point: Do I love make-up? Yes for sure.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Bosen main game online yang gitu-gitu aja sist or gan , tapi kalau hadiahnya uang jutan rupiah kenapa tidak ??
kunjungi dewa168.com
hai, ga bosen nge game ga dapat apa apa , mendingan ikut aku yuk , dapatkan hadiah menarik sampai puluh jutaan rupiah hanya di
dewa168.com