Sepucuk Surat Untuk Ibu yang Tangguh

Melalui Surat Ini, Kuungkapkan Perasaanku Padamu Ibu

Dear Ibu…

Advertisement

Ini adalah surat pertama yang kutulis untukmu. Tulisan ini adalah ungkapan kasih sayangku kepadamu. Setiap pagi ketika aku baru bangun, aku selalu menatap senyuman indah di wajahmu. Namun perlahan-lahan aku melihat raut wajah itu tidak lagi memancarkan sinar kesegaran.

Seiring berjalannya waktu, engkau semakin menua. Kini umurmu sudah 51 Tahun. Aku ingin mengucapkan “terima kasih” untukmu, dimulai dari perjuanganmu melahirkan dan membesarkan kami berempat hanya seorang diri, tanpa didampingi ayah. Dari kecil, aku tak pernah merasakan kasih sayang dari ayah.

Aku selalu bertanya kepadamu, “dimana Ayah, kenapa tidak pernah pulang?” Kau selalu menjawab “Ayahmu sibuk bekerja nak, tidak tahu kapan pulang.” Sampai akhirnya aku tahu setelah aku tumbuh menjadi seorang remaja. Ternyata Ayah telah menikah lagi. Aku tahu engkau berbohong kepadaku agar aku tidak bersedih dan mencari Ayah.

Advertisement

Aku heran mengapa Ayah meninggalkan dirimu yang begitu berjuang keras untuk membesarkan kami. Ibu, sebenarnya aku tidak ingin menangis saat menuliskan surat ini untukmu, tapi aku tidak bisa menahan air mata ini. Sungguh aku ingin minta maaf kepadamu karena aku sudah banyak melakukan hal yang membuatmu sedih.

Waktu itu, aku pernah membentakmu dengan kata-kata yang ada di luar batas kesadaranku. Aku tahu padahal ucapan yang keluar dari mulutku menjadi penyayat hatimu. Maafkan aku, yang belum bisa membuatmu bangga akan diriku. Maafkan aku yang kini disibukkan dengan aktivitas sehari-hari yang membuat waktuku semakin sedikit untukmu.

Advertisement

Pernah terlintas di pikiranku, bagaimana jika engkau pergi meninggalkanku sebelum aku bisa membalas semua perjuanganmu untukku. Dan tidak dapat aku pungkiri, kalau aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku sangat takut sekali kehilanganmu, aku ingin sekali saat aku wisuda nanti, engkau dapat mendampingiku, berada di sisiku.

Karena cuman engkau yang aku inginkan mendampingi kebahagiaanku. Semoga engkau diberikan waktu yang lebih lama di dunia, sehingga aku bisa mengabdi lebih lama lagi padamu. Emak, engkau adalah segalanya bagiku. Terima kasih karena engkau telah mengorbankan hidupmu demi kami anakmu.

Engkau selalu mengajarkanku kesabaran untuk menghadapi bagaimana kerasnya hidup ini. Engkau bagaikan malaikat yang Tuhan kirimkan pada ku secara nyata di dunia ini.
Engkau adalah semangatku sepanjang hari.

Walau terkadang engkau begitu cerewet, galak, dan banyak melarang, tapi aku tahu itu adalah bentuk kepedulianmu terhadapku. Aku bangga bisa terlahir dari rahim seorang perempuan yang tangguh dan juga perempuan yang jago masak. Masakanmu adalah yang terenak untukku.

Engkau selalu menyiapkan masakan sebelum kami berangkat kerja.
Engkau lakukan agar kami semangat bekerja tanpa merasakan kelaparan. Aku begitu kagum padamu Ibu. Jadikanlah aku seorang anak yang mampu menghadiahkan pelangi indah untukmu.

Walau pelangi hanya akan muncul sehabis hujan, setidaknya aku bisa memberi warna yang indah di hidupmu. Karena aku tahu kasih sayangmu tidak akan pernah bisa terbalaskan dengan apa pun. Surat ini ku tulis karena aku tak mampu mengucapkannya dan merasa malu karena tidak bisa membalas segala perjuanganmu.

Tentunya kata-kata manis ini tidak akan setimpal dengan semua perjuangan yang sudah engkau lakukan untuk kami, anakmu. Emak, inilah surat untukmu. Ingin sekali rasanya aku memberikan surat ini dan engkau bisa membacanya. Mungkin air matamu jatuh merasa terharu.

Aku hanya mampu menulis dengan kata-kata, tapi aku berjanji suatu saat nanti aku akan membuktikan nya dengan tindakan. Aku ingin melihat engkau bangga dengan keberhasilanku. Aku berjanji akan bekerja keras dan akan menjadi orang yang sukses seperti yang engkau inginkan dan semua hasil kerja kerasku akan kuberikan kepadamu.

Semoga di hari tua mu, kamu bahagia telah memiliki anak seperti ku. Dan aku merasa bangga menjadi anakmu.

Ibu…

Sewaktu engkau tertidur pulas, kupandangi wajahmu yang penuh lelah. Ingin sekali rasanya ku peluk engkau. Tapi aku takut akan mengganggu tidurmu.Aku hanya bisa tersenyum melihat engkau tidur dengan nyenyaknya. Terima kasih telah menemani hari-hariku, menjagaku dan menyayangiku dengan setulus hati. Kini aku sudah tumbuh menjadi dewasa.

Terima kasih telah merawatku selama 21 tahun ini. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan tanpa dirimu disisi ku. Engkau selalu mengerti aku, tak pernah letih menasehatiku, dan selalu mendukung semua kegiatan yang aku lakukan. Pernah sekali kudapati engkau terbaring sakit, aku merasa sedih, sedih sekali. Tapi engkau tetap semangat melawan sakitmu.

Maafkan anakmu yang sampai sekarang belum bisa berprestasi seperti yang engkau inginkan. Engkau tidak akan pernah bisa digantikan oleh siapa pun dalam hidupku. Dan gunung uang tidak akan bisa membayarkan semua jasamu kepadaku. Tidak ada materi yang bisa menukar itu. Apabila waktuku tak banyak untukmu, aku hanya ingin disetiap doa mu, kau sebut namaku.

Akan kujaga engkau hingga ujung nyawaku. Tulisan ini kutujukan kepadamu, seseorang yang telah bersusah payah melahirkanku. Doakan aku jadi anak yang bisa engkau banggakan dan bisa berguna buat orang lain. Aku sungguh menyayangi dan mencintaimu Ibu…

Dari Anakmu, Julita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka menulis, suka travelling, sama suka makan. Kalau suka kamu, emang boleh?