Sepotong Senja

Gulungan ombak menyapu pasir. Di tepian pantai ini, kuapit kenangan tiga tahun silam. Kutulusuri semua di sini, pekat-pekat. Langkah kaki kita pernah sampai di sini, di pulau ini. Batinku menyeruak kenangan pahit. Memori yang seharusnya tak lagi kuingat. Namun, lukanya masih saja menganga. Elegi hati yang sunyi, separuh lirik. Ambisi-ambisi hanya omong kosong. Ironi, kamulah pembualnya.

Advertisement

Aku sedungu itu pernah menaruh asa pada pemberian sepotong senjamu. “Hati kita adalah senja, yang cahayanya terbenam di matamu dan dari tanganku yang candu,” katamu menipu daya. Pendar di bundar wajahmu, memalingkan harap yang kelabu.

Aku terisak pada sebuah pengakuan yang menjijikan. Kenyataan pilu yang rasanya tercekat di kerongkongan. Aku mengiba pada sebuah pengharapan bahwa ini hanyalah mimpi buruk. Tapi, tak bisa kusangkal. Senjaku seketika nelangsa. Memudar warna mayapadanya. Sepasang kasih gagu akan perisahan.

Advertisement

Desiran angin memecah deburan segala ingatan yang tiada. Tak seharusnya lagi kuratap. Di sini pula harus ku akhiri sakit yang selama ini membelenggu. Aku bahkan telah lupa sebuah persahabatan yang datang setelah hujan reda, Polikromatikku. Ku letakkan kembali sepotong senja ini yang lapuk. Ku biarkan arus ombak membawanya jauh mengalir. Pelukan pantai menyatakan ini bukan akhir sebuah perjalanan. Sebab sebuah hati menanti di sarang.

Pukul 18.20. Matahari meredup kuyu, langit hitam memalam. Sudah kulepaskan semua di pantai ini. Mencair gunung es yang membeku di palung hati. Memaafkan itu perlu, bahkan untuk diriku sendiri. Tapi melupakan memang butuh waktu, dan ku rasa ini sudah sampai pada waktunya. Tak ada lagi sisa yang harus kubawa pulang. Kecuali aku akan kembali pada senja yang utuh. Aku belajar lagi dari sebuah kehilangan ini. Bukankah kematian Ayah sudah terlebih dahulu mengajarkanku kehilangan yang lebih sunyi? Ingat akan satu kutipan ‘Suatu ketika jika kamu bertemu dengan seseorang yang tepat kamu akan lupa pernah kehilangan’. Karena sesungghnya kehilangan itu tak perlu sesal yang mendalam. Ia akan kembali kepadamu dalam wujud lain yang tidak kalah baiknya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Perempuan simple yang tak banyak keinginan. Hanya ingin bisa membuat satu buku sebelum meghadapNYA. :)

3 Comments

  1. Sarah Wati berkata:

    Kok ini menyayat hati banget ya? Hiks

  2. Nia Ruby berkata:

    Terimakasih, kalo dapet feelnya 🙂

  3. Indah Puspa Sari berkata:

    SIMPLE tapi kena banget… proud of you