Sepetik Kecewa Tak Bertuan

Hai pria kesukaanku, sedang apa kau saat ini? Di sini aku sedang menatap layar komputer dan menuliskan sesuatu yang tak bisa ku sampaikan. Aku harap kau akan membacanya kelak.

Advertisement

Hari ini, aku bimbang, ya seperti biasanya. Sejak pertemuan terakhir kita aku menjadi lebih bimbang lagi akan sesuatu, dan akan diriku sendiri. Tentang apa yang ku pendam dan tentang bagaimana kenyataan yang sebenarnya. Aneh memang rasanya mengapa rinduku belum juga berujung. Nah, inilah sepetik hal yang menjadi inti masalah kebimbanganku.

Kemarin, aku rasa hariku baik-baik saja meski tanpamu, sampai saatnya aku melihatmu (lagi). Bukankah setelah bertemu denganmu rinduku terobati? mengapa sekarang makin menjadi? Kau terlihat luar biasa seperti biasanya, duduk manis di pinggiran restoran favorit kita dengan secangkir kopi di hadapanmu. Aku tak berani mendekat, karena aku tau, aku bukan siapa-siapa buatmu, hanya aku dengan lancangnya memberimu gelar sebagai pria favoritku, bodoh? Aku sadar tapi begitulah adanya.

Perlu kau tau, sampai saat ini kebodohanku masih berlanjut, aku masih mengagumimu dan kau belum juga mengerti. Tentang rasa ini dan tentangmu yang akhimya memutuskan untuk menjatuhkan pilihanmu pada seorang wanita lain, bukan aku.

Advertisement


Wanita itu bukan aku


Pedih rasanya mencerna fakta tentangmu dan tentang keberanianku yang terus terlelap di balik keputusasaan, aku tau ini salahku, aku menyakiti diriku sendiri, aku berbohong dengan menundukkan mataku yang sebenarnya ingin sekali melihat ke dalam matamu, mencari ruang tempatku berada, membaca seperti apa sebenarnya aku di matamu. Aku berbohong dengan sikapku yang seolah tak peduli, aku berbohong dalam diamku, aku berbohong dengan kata aku tidak mencintaimu, aku berbohong dan menelannya, rasanya pahit sekali sampai aku tak dapat merasakan apapun selain rasa pahit.

Advertisement

Lalu apa yg harus ku lakukan?


Aku terlalu mencintaimu sementara kamu terlalu mencintai dia


Dan beginilah akhir cerita dari sepetik kecewa tak bertuan, pada siapa aku harus kecewa? Ini semua salahku bukan salahmu atau pun wanita itu, aku yang terlalu banyak diam, memendam dan berbohong. Aku yang salah sudah sepatutnya aku yang memanen luka, biarlah begini, biar aku yang terluka, biar aku yang memendam, biar aku yang menangis.


Cukup aku yang menangis untuk kita


Harapanku agar kamu bahagia dan aku lebih bahagia, semoga kita dipertemukan dalam keadaan yang lebih baik, aku dengan bahagiaku dan kamu dengan bahagiamu juga.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I'm not a girl not yet a woman