Sepenggal Kisah Tentang Aku yang Jatuh Cinta pada Malaikat Penolongku

12/12/12 tanggal yang indah bukan? Seindah hariku saat itu. Bulan Desember adalah bulan bersejarah bagiku. Terasa spesial, karena untuk pertama kalinya ibuku bertemu denganmu, sosok yang teramat kucintai hingga sekarang. Meski sampai sekarang aku juga belum tau apakah aku pernah ada di hatimu atau tidak.

Advertisement

Kamu memang teman yang sangat baik, teramat baik bagiku. Kau yang pertama kali mengantarku ke Semarang. Menatap kota itu, bahwa disana ada harapan dan cita-cita yang akan terwujud untukku memasuki dunia kuliah, bagiku bersamamu saat itu sudah menjadi semangat yang luar biasa bahwa aku akan belajar sungguh-sungguh, meraih citaku, demi layak bersanding denganmu.

Aku memang bukan siapa-siapa saat itu, cuma anak ingusan yang baru tamat SMA. Sedangkan kamu pria hebat dan dewasa kala itu, mahasiswa semester 8 teknik kimia Universitas Diponegoro. Kau seorang insinyur kimia yang selalu mengajariku segala hal bukan hanya pelajaran sekolah tapi juga tentang pelajaran hidup yang tak ku peroleh dari manapun. Kesederhanaanmu dan perjuanganmu demi memperoleh gelar sarjana aku mengerti bagaimana beratnya engkau berjuang.

Saat itu aku selalu ingin membuatmu bangga, aku lulus dengan mendapat predikat siswa terbaik di SMA ku, aku memperoleh penghargaan dari sekolah saat itu tepat sebelum kamu menjemputku untuk menatap masa depan di Semarang menjadi mahasiswa.

Advertisement

Bukankah itu hal yang romantis? Tanpa pernah berucap kata cinta, tapi aku tau cinta itu selalu ada dihatiku. Kamu tetap hidup disana, tumbuh sangat subur di dalamnya, meski kita jarang sekali bertemu. Dalam setahun saja kadang kita tak pernah bertemu. padahal jarak rumah kita teramat dekat, mungkin jarak hatimu yang teramat jauh dariku sehingga kita tak bisa sering bertemu. Tapi aku selalu bersyukur, bukankah dengan jarang bertemu kita akan mensyukuri setiap pertemuan kita. Pertemuan yang diciptakan Tuhan tanpa sengaja. Meski kadang terpaksa harus sedikit kuminta padamu.

Kau masih ingat, saat kau mengantarku memperbaiki laptop? Kamu memang pria yang sangat baik. Aku sadar kebaikanmu itu untuk siapa saja yang membutuhkanmu. Bukan hanya untukku saja. Jadi aku tak akan berharap lebih dari kebaikan-kebaikanmu kepadaku. Meski kadang perasaanku menolak logika itu. Tapi bukankah seharusnya aku bersyukur Tuhan mempertemukanku dengan seorang yang sangat baik sepertimu? Jadi setiap aku butuh pertolongan kau selalu hadir untukku.

Advertisement

Di saat aku masih begitu polosnya tak mengerti apa-apa tentang kota semarang, ketika itu kau seperti malaikat penolongku selalu ada ketika aku membutuhkanmu. Saat itu kau menjemputku ke Pameran laptop bersama, iya laptop yang ku gunakan untuk mengetik ini adalah ku beli bersamamu di pameran dan kamu yang memilihkannya untukku. Keindahan yang sederhana bukan?

Kita makan mie ayam di pedagang kaki lima, karena uang kita terlalu tipis untuk makan didalam gedung mall kala itu. Tapi kesederhanaan itu cukup membuatku tersenyum bahagia. Kau tau saking grogimya aku tak bisa menghabiskan mie ayam itu, entah sampai beberapa waktu aku tak berani lagi makan mie ayam. Berkat adikku yang selalu merayuku memaksaku membawaku ke warung mie ayam yang rasanya lezat banget 2 tahun kemudian aku baru bisa menikmati mie ayam. Haha. Lucu ya, terlihat konyol sebenarnya. Saat aku di depanmu seringkali banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu tapi yang keluar dari mulutku entah kenapa jadi beberapa patah kata saja. Aku terlalu bahagia jika sudah disampingmu. Merasa duniaku akan lebih bersemangat setelah bertemu denganmu.

Tentang 12/12/12 saat itu ibuku datang kepadamu menitipkan barang yang kuminta. Lihatlah ketika itu ibuku bisa mengenalimu sebagai sosok yang sangat baik dan sederhana. Lalu sehari setelahnya kau antarkan sekantong plastik titipan ibu kepadaku. Kau bertanya untuk apa barang itu, maka ku jawab aku sedang mengikuti lomba penelitian ilmiah. Ah saat itu aku jadi lebih bersemangat memenangkan lomba itu, karena aku ingn membalas kebaikanmu yang telah repot datang kepadaku hanya untuk mengantar bahan penelitianku. Benar saja saat itu aku juara satu lomba tersebut. Lihatlah usahaku untuk selau membuatmu bangga. Aku selalu bisa bukan?

Semua kebaikan-kebaikanmu terus mengalir kepadaku. Apapun yang terjadi aku tak akan mengecewakanmu. Manusia hanya mampu berusaha, Tuhan yang menentukan hasilnya. Seperti yang pernah kau bilang padaku, “Just do your best, Allah will do the rest”. Maka disaat jiwaku sedang terpuruk seperti ini aku akan selalu mengingat kata tersebut untuk selalu berusaha yang terbaik. Terimakasih selalu menjadi semangatku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

May be, nothing special with me. But, I will always try to be your a reason to smile.