Kepergianku ke kota ini adalah untuk melarikan diri, bukan untuk berlibur atau untuk mencari jodoh seperti yang kau katakan kemarin malam sambil meledekku. Aku merasa kepergianku adalah cara yang terbaik untuk sejenak melupakanmu dari bayang-bayang tentang rencana yang telah kau susun tiga bulan sebelum acara itu dimulai. Sedih memang, karena "waktu itu" semakin dekat dan pertemuan kita semakin singkat.
Cintaku padamu memang tidak pernah terucapkan, aku lebih memilih diam walaupun memang ada moment dimana aku bisa mengatakan hal yang jujur tentang itu. Kamu ingat ketika kamu bertengkar dengan perempuan itu? ketika dia memintamu untuk putus.
Maaf sekali waktu itu aku sangat bahagia karena kau putus dengannya, tapi ketika melihatmu terluka begitu dalam. Aku merasa berdosa karena disaat itu kebahagiaanku berada diatas penderitaanmu, sehingga aku yang siap sedia membantumu agar bisa bersamanya lagi. Melihatmu tertawa adalah kebahagiaan untuk diriku juga, walaupun semua temanku mengucapkan aku bodoh karena berhasil mengembalikan kamu kedalam pelukan dia lagi. Jika aku tak punya hati aku pasti menghancurkan hubungan itu.
Sebenarnya mengatakan cinta itu tidak sulit, bukankah kita mudah untuk mengatakan rindu, dan kasih sayang satu sama lain? Tapi entah mengapa disaat kamu terluka saat itu, kata cinta yang selalu kuucapkan hanya tersisa dihatiku saja, aku tertahan pada rasa yang kugenggam erat sendirian.
Maafkan aku, karena aku menolak untuk menjadi pendamping perempuanmu diacara itu, aku tidak bisa, dan aku tidak sanggup melihatmu bersanding dengan perempuan lain dialtar suci, kamu ingat enam tahun yang lalu, ketika aku masih berumur 17 tahun dan kamu sudah berumur 23 tahun ketika kita pernah berdiri disana, bermain sambil meledek satu sama lain tentang pernikahan?
pasti yang menjadi laki-laki disampingmu ketika berdiri disini beruntung sekali hidupnya
Katamu nyaring sehingga semua orang mendengar bertepuk tangan lalu menertawakan kita berdua, diriku tidak bisa menahan senyum sehingga aku tertawa. Semua orang mengatakan kita serasi, dan berniat menjodoh-jodohkan kita, waktu itu aku malu sekali wajahku merah dan ingin sekali pulang kerumah tapi kamu menahanku, katamu
itu bercanda, jangan dianggap serius
Sambil nyengir kuda mengajak bercanda memperlihatkan wajahmu yang konyol. Kau tahu, sebelum kamu mengenalkan perempuan itu aku ingin kamu menganggap hal itu serius, aku kecewa ternyata kau lebih memilih dia ketimbang aku.
Pernyataanmu tentang “aku sudah punya pacar“ sangat membuatku terluka, kamu meledekku yang tidak pernah mau pacaran ,memang aku tidak berniat pacaran dengan siapapun. Disaat seperti inilah aku menyesal tidak pernah mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya, mungkin jika aku mengatakannya kemarin kamu tidak akan memilih dia, pikirku begitu..
Hari ini adalah hari yang kau tunggu bukan? dirimu akan bersanding dengan perempuan itu, maaf aku tidak akan datang. Liburanku ini bukan kurancang lima bulan yang lalu seperti yang aku bilang, aku bohong. Kepergianku hari ini kurancang kemarin, tepat ketika kamu mengatakan terima kasih, karena telah menjadi sahabatmu, adik kelasmu, serta “teman kencan” yang selalu kamu bilang ketika ada acara kampus , kamu ingat kan? Aku yang selalu jadi korbanmu untuk datang keacara yang sama sekali tak pernah kusuka, dengan diiming-imingi teraktiran pecel ayam didekat kampusmu dulu.
Setan di kepalaku merajuk meminta persetujuan agar pernikahanmu dibatalkan, tapi mana mungkin aku menghancurkan pernikahan pria yang kucintai. Aku sangat mencintaimu benar-benar mencintaimu, sekarang aku merindu sungguh amat merindu. Kini aku terisak untuk hal sia-sia disebuah kamar dipinggir pantai, kuharap kau dapat mengingatnya betapa aku ingin menikah di pantai lewat angin semilir pada sore hari. Aku tak berdaya, aku tidak dapat berbuat apa-apa.
“ drrrrrrrrrrrrrrtttttttttt “ tiba-tiba handphoneku berbunyi pesan masuk dari celanaku, ketika melihat namamu tertera disana, aku terdiam. Sepertinya logikaku sudah bersembunyi , atas kesadaran perasaan yang terdalam aku melihatnya
Sebuah foto yang dikirim padaku, kamu dengan dia tertawa melihat satu sama lain diacara itu, kamu menatapnya dengan cinta, seperti dia menatapmu. Entah harus tersenyum ikut bahagia atau tidak, tapi nyatanya aku berduka, tapi melihatmu seperti ini aku nampak kuat.
Semoga kamu bahagia dengannya, kisah ini sungguh pilu untuk diriku sendiri. Aku tidak pernah mengenal cinta siapapun begitu tertutup ,dan tak ada pula yang dapat membukanya kecuali kamu. Kamu yang adalah cinta pertamaku.
Hari ini dan seterusnya kita tidak mungkin bersama lagi, seperti hujan-hujanan naik motor, pulang bersama hingga larut malam, mengerjai parkiran otomatis di mall, hingga tertawa di telepon sampai pagi.
Bodoh ya, ketika kamu menangis merasa sangat kehilangan sesuatu yang tidak pernah kamu punyai, berduka pada sesuatu yang tidak pernah benar-benar ada.
Kututup kisah ini dengan tersenyum, mungkin saat nanti aku akan menemukan sosok yang persis seperti kamu. Lihatlah aku akan bahagia dengan priaku nanti. Aku akan mengenalkan dia sebagai calon suamiku. Bersama, kita masing-masing akan bahagia. Seperti dirimu dengan dirinya, diriku dengan priaku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
panjang bener tulisan lu saaa, gw lg galau, tulisan gw jd pendek wkwkw ntar gw nulis lagi dah
tp toppp lah sa tulisan lu wkwkwk
jiahhhh makasih mbah, mohon krisannya .. saya tunggu tulisan mancaynya ya hahaah
Elsha Magdalena Lumban Gaol aamiin opung, aamiin wkwkwk doakan semoga cucu bisa dapet inspirasi lg, selain pas lg galau awkwk
Nurina Susanti ishhhh hhahahhaahah, masa aku dipanggil opung, ish buyuttt kwkwk