Seni Menghadapi Rasa Kecewa. Biar Tiap Gagal Tak Buatmu Menyerah Akan Dunia

Seni menghadapi kecewa

Kegagalan telah menjadi suatu fase yang pasti melekat bagi semua insan yang berusaha untuk mencoba melakukan sesuatu. Terkadang kita lelah, bosan bahkan marah jika harus bertemu dengan kegagalan berulang kali. Banyak motivasi atau quote tentang bagaimana kita harus bangkit dari kegagalan, namun pada realitanya hati kita kecewa bukan?

Advertisement

Hidup memanglah sebuah proses, kata-kata itu sudahlah tidak asing terdengar di telinga kita. Banyak pepatah berkata jadikanlah kegagalan sebagai sebuah loncatan. Jika orang tersebut sudah terbiasa akan gagal dan mampu memperjuangkan hal yang ingin dia capai, mungkin itu sah-sah saja. Lantas bagaimana dengan orang yang pertama kali bertemu dengan kegagalan kemudian ia kecewa, marah dan enggan untuk mencoba hal serupa karena takut akan kegagalan. Maka, hal yang kita butuhan adalah penguatan, tapi pada saat gagal tidak semua orang menerima akan penguatan tersebut, mungkin dari mereka akan menganggap bahwa itu hanya omong kosong semata yang hanya dilontarkan dengan niat untuk mencoba memberi kekuatan sesaat.

Kegagalan, terutama pada suatu hal yang menjadi tumpuan besar bagi kita adalah hal yang menyakitkan. Misalnya, pada saat gagal masuk perguruan tinggi negeri, atau gagal mendapat beasiswa luar negeri. Gagal mungkin memang hal biasa, namun bagaimana pikiran kita bereaksilah yang berdampak mempengaruhi mental kita. Dari pernyataan sebelumnya, kita bisa mengetahui bahwa mental sebagai objek atau sasarannya.

Nah, pertanyaannya apa yang harus dilakukan untuk melindungi mental kita agar tetap bersikap “baik-baik saja” saat berjumpa dengan kegagalan?. Jawabannya adalah dengan melindunginya. Melindungi di sini tidak diartikan dengan menutup diri dari berbagai rintangan, namun melindungi di sini adalah bagaimana kita mampu melatih mental agar tetap tegar pada situasi yang tidak menyenangkan sekalipun.

Advertisement

Pertama, kita perlu merendahkan ekspektasi, karena faktanya kita kecewa akan suatu hal karena kita telah menetapkan suatu ekspektasi. Memang itu bukanlah hal mudah untuk dilakukan, karena terkadang kita masih saja merasa kecewa padahal sekuat tenaga kita berpura-pura untuk tidak berharap pada suatu hal. Jadi, rasa kecewa pada kegagalan itu merupakan hal yang wajar karena itu merupakan bagian dari respons kita di kala menerima hal yang kurang mengenakkan, tapi yang terpenting janganlah rasa kecewa itu menguasai pikiran kita akibatnya pikiran akan tersugesti bahwa kita memang tidak mampu dan tidak layak untuk menang.

Perlu diingat hidup kadang baik dan buruk, kadang menyenangkan dan tidak menyenangkan atau hidup terkadang dalam situasi bad side dan good side, jika kita sedang mengalami kegagalan, itu berarti kita sedang berada di bad side kehidupan. Coba ingat kembali apakah hidup kamu selalu gagal? Kamu pasti pernah merasa kemenangan sekalipun dalam bentuk hal kecil. Tanpa disadari hidup kita terlalu banyak mengalami good side, sehingga ketika kekalahan muncul, mental kita belum mampu menerima itu dan perhatian kita langsung berpusat pada kegagalan yang baru saja terjadi, bahkan mengutuk diri kita sendiri bahwa kenapa kita selalu saja kalah. Karena pada umumnya, seseorang pada saat gagal akan merasa bahwa dirinya memang tidak mampu untuk menjadi seorang pemenang, alhasil berlanjut pada keputusasaan.

Advertisement

Yang kedua adalah membuat plan B, ini adalah salah satu poin yang memiliki pengaruh paling besar. Karena pada saat kita mengalami kegagalan kita akan merasa tidak termotivasi lagi dan tidak mau berusaha lagi. Itulah hal yang harus diwaspadai. Nah, untuk mengantisipasi hal itu yang kita butuhkan adalah membuat rencana cadangan, maka ketika satu rencana tidak terlaksana sebagaimana yang diharapkan, kita masih memiliki rencana selanjutnya untuk tetap melangkah maju, sehingga kita tidak akan terjebak pada suatu kondisi. Singkatnya adalah kita perlu berandai apabila rencana A tidak terwujud, maka rencana apa selanjutnya yang harus kita perbuat.  

Di luar sana mungkin ada orang yang menertawakan kegagalan kita, maka pertanyaanya apakah kita mau membungkam tertawaan orang tersebut? Kegagalan memang tidak bisa dihindari, tapi bukan berarti kegagalan dapat merengut energi semangat sesorang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.