Tidak ada segala sesuatu yang langsung berhasil, atau biasa disebut instan, layaknya yang anak-anak millenial inginkan sekarang ini. Untuk membuat mi saja tetap memerlukan usaha, setidaknya menunggu 3 menit, tidak bisa juga langsung jadi, walaupun namanya mie instan sekalipun.
Ada sebuah peribahasa, "Akal tak sekali tiba", yang berarti segala urusan selesainya secara bertahap atau berangsur-angsur tidak langsung selesai sekaligus. Ini mengilustrasikan sebuah proses, tahapan, yang panjang dan lama, bukan serba cepat dan instan. Ini yang orang-orang suka lupa dari membangun usaha, membangun karier atau menulis buku. Baru rugi sekali saja sudah mau menutup usahanya, tanpa mencoba meninjau ulang apa yang kurang dari timnya selama menjalankan usaha tersebut. Baru direndahkan dan dicemooh oleh atasan sudah ingin resign, keluar dari pekerjaannya tanpa mencoba memandang bahwa mencari pekerjaan di zaman sekarang itu sulitnya bukan main, apalagi bagi orang-orang yang suka pindah-pindah kantor begitu saja. Baru satu dua kali ditolak draft naskahnya oleh penerbit, sudah putus asa dan hilang semangat untuk melanjutkan tulisan.
Padahal banyak orang lain diluar sana yang mengalami proses yang lebih sulit dan panjang, lagi menyakitkan dibandingkan kita. Coba tengok J.K Rowling yang draft naskahnya, "Harry Potter" ditolak puluhan penerbit untuk menerbitkan karyanya, sekarang coba lihat orang mana sih yang tidak kenal dengan Harry Potter? Dicetak berpuluh-puluh kali, menjadi international best selling novel untuk kategori fiksi, ditayangkan dalam bentuk film, dibuatkan scrap book dan berbagai merchandisenya. Itu tidak akan mungkin terjadi jika J.K Rowling memutuskan menyerah di tengah jalan akibat berbagai penolakan yang diterimanya.
Atau coba tengok Ika Natasha, seorang banker sekaligus penulis novel fiksi yang sukses dengan karya pertamanya, Antologi Rasa dan menerbitkan puluhan novel best selling, seperti Twivortiare, Very Yuppy Wedding, hingga Critical Eleven yang dijadikan film pada akhirnya. Sebelumnya ia ditolak belasan kali oleh para penerbit. Kita tidak akan menikmati karyanya sekarang jika ia menyerah untuk mengirimkan karyanya. Contoh-contoh lain seperti Jack Ma, pendiri Alibaba, sebuah e-commerce ternama, atau Mark Zuckerberg pendiri Facebook, paltform sosial media nomor satu saat ini, yang sekarang mendunia. Tanpa proses yang panjang dan melelahkan disertai penolakan dan drama lainnya, Facebook dan Alibaba tidak akan seperti sekarang ini.
Maka dari itu, wahai para kaum-kaum millenial yang sudah amat termanjakan fasilitas dan teknologi, janganlah cepat menyerah pada proses. Bertahanlah dan bersabarlah akan proses yang panjang, Semua itu akan manis pada ujungnya, akan berbuah dengan baik pada akhirnya selama proses yang dijalankan juga baik. Jangan serba takjub pada hasil yang instan, karena kesuksesan yang instan dengan usaha yang minimal biasanya tidak akan bertahan lama. Jangan menginginkan sesuatu yang instan, kamu akan lebih mengapresiasi sesuatu dengan jalan yang baik lagi keras dibandingkan dengan jalan yang instan.
Proses itu layaknya perjalanan, ada aral melintangnya, kadang seringkali tidak berjalan mulus, perlu berjalan memutar karena ada kontruksi atau jembatan rusak misalnya, atau bahkan tersesat dan perlu kembali ke titik yang sama pada saat memulai. Semuanya bisa kita lalui asal kita menikmati perjalanannya, karena kita yakin pada suatu waktu kita akan sampai pada tempat tujuan. Tidak apa memutar, tidak apa tersesat, tidak apa bersakit-sakit dahulu, pada akhirnya selama kita tidak menyerah kita bisa menggapai tujuan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”