Cerita Tentang Diriku saat Kamu Bilang Putus tanpa Penjelasan. Semoga Sakit Ini tidak Kamu Rasakan

Sakit memang terasa, namun, aku mengerti memaksakan sesuatu akan menyebabkan hal yang sia-sia.

Hai! Apa kabar? Semoga kalian semua dalam keadaan yang sehat dan dalam keadaan penuh rahmat dan kasih sayang Tuhan YME. Adakah di antara kalian pernah mengalami kejadian putus tanpa penjelasan? jika pernah, selamat datang di kisah ku

Advertisement

Ketika kejadian itu seharusnya aku sudah menduga ketika kamu bilang “bukan kamu yang salah tapi aku yang salah”. Ketika hatiku yang sudah terlanjur tertutupi rasa sayang kepada kamu tanpa prasangka dan aku mulai bilang “loh kamu kenapa sayang?" kamu hanya terdiam dan tidak terasa waktu semakin habis ditelan dengan kesunyian di antara kita. Sampai akhirnya kamu terbata-bata dan berbicara pelan dan kamu berkata “Kita putus ya?” aku tak pernah menduga kejadian ini, hati ku hancur dan aku hanya terdiam dan kamu meninggalkan aku sambil berkata “maaf ya”. Janji untuk bertemu untuk berpisah. Barangkali sementara, mungkin juga selamanya.

Hari pertama sejak kejadian itu, aku tak mengerti apa yang salah di sini. Aku merasa hubungan kita baik-baik saja sampai pada hari itu. Kita sama-sama sibuk mengejar mimpi masing-masing, kita saling mengerti satu sama lain dan tak menganggap setiap pertengkaran menjadi masalah besar. Lalu mengapa ini semua terjadi? bukankah kita pernah berencana ingin pergi bersama ketika kamu akan lulus nanti?.


Kamu pernah bilang ini yang terbaik untuk kita. Namun, aku tak mengerti bagian mana yang membuatmu merasa kita akan lebih bahagia jika kita tidak bersama?


Advertisement

Di momen itu aku jadi bertanya-tanya kepada diriku, apakah aku pernah tidak pernah berkorban hanya untuk dirimu semata?. Kamu memang bukan orang yang sempurna. Sama halnya denganku, yang masih mengulangi kesalahan yang sama. Namun mengapa ketidaksempurnaan menjadi alasan untuk mengakhiri hubungan ini?. Lantas, bagaimana kamu tahu bahwa ada orang lain yang bisa membuatku lebih bahagia?.


Otakku penuh dengan pertanyaan. Apa salah yang pernah kulakukan kepadamu dan apakah diriku kurang berkorban untuk dirimu sehingga kamu memutuskan untuk berhenti berjuang?.


Advertisement

Pada hari sebelum kejadian itu, aku merasa kita masih berbagi mimpi dan memecahkan masalah bersama. Kita masih membagi rasa yang sama. Dan kita masih berjalan menuju arah yang sama. Lantas bagaimana bisa, dalam satu hari merubah segalanya semudah membalikan telapak tangan? Aku mulai bertanya-tanya dan melihat jauh ke belakang. Mungkin saja aku pernah berkata sesuatu yang menyakitimu disengaja maupun tidak disengaja sehingga membuat dirimu terluka. Namun kamu hanya terdiam, dan kamu berkata "masalahnya bukan di kamu, tapi di aku”. Dan setelah mengatakan itu kamu berdiri dan meninggalkan diriku seorang diri di taman yang sepi.


Ketika kamu berkata seperti itu rasa percaya diriku terjun bebas di titik terdalam. Lalu aku berpikir apakah diri ini memang tak layak dicintai oleh kamu?

Bolehkah aku tau alasan kamu meninggalkan aku dengan mudah, setidaknya aku tahu dari mana aku harus mulai berbenah


Aku berharap kamu menjelaskan semua mengapa kamu meninggalkan aku dengan mudah. Jika ada kesalahan yang kubuat, tentu aku perlu mengakuinya dan memperbaiki diri. Jika kamu pergi dikarenakan jatuh cinta kepada orang lain, aku tahu bagaimana cara untuk membenahi hati ini. Namun hingga akhir pertemuan, kamu pergi tanpa sepatah kata pun termasuk kata pamit.


Sakit memang terasa, namun, aku mengerti memaksakan sesuatu akan menyebabkan hal yang sia-sia.


Diam yang kulakukan dikala itu bukan berarti aku baik-baik saja. Hari-demi hari aku habiskan untuk memahami apa yang sedang terjadi. Aku bergelut dengan pikiranku sendiri untuk memahami keadaan yang telah terjadi. Kini aku mengerti, entah padaku atau padamu letak kesalahannya, kamu hanya ingin pergi. Dan kamu mau mengakhiri perjuangan panjang ini dan mempertahankannya adalah hal yang sia-sia.


Kini, aku sudah ikhlas. Meski hatiku hancur dan aku harus tegar melihatmu bersamanya


Memanglah berat, terutama bagian mengikhlaskan bahwa diriku tidak diinginkan dirimu lagi. Sejenak, sakitnya amat terasa namun diriku harus selalu berjalan walaupun langkahku tertatih-tatih. Kepada kamu yang pergi tanpa kata pamit. Terima kasih telah memaksa diriku berdamai dengan kenyataan dan terima kasih kasih telah memberikan arti memaafkan diri sendiri dan bangkit sendiri. Peristiwa ini membuatku belajar apa itu arti keikhlasan yang sebenarnya dan belajar lebih dewasa dan memahami keadaan bahwa kenyataan tak seindah harapan.

Akhir kata, jangan lupa bahagia, tersenyumlah walaupun itu menyakitkan. Salam hangat dari diriku, sahabat terbaikmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang Pecinta Kucing, penikmat Game, Introvert, Tenggelam dalam lautan pemikiran diri sendiri, dan suka melamun.