Meski Jarak dan Waktu Telah Kutempuh, Nyatanya Seluruh Kenangan di Kota Ini Belum Sirna Sepenuhnya

Ketika saya kembali susuri jalan yang pernah kita lalui dulu, saya seperti sedang merayakan kembali kenangan.

Ziarah panjang di pulau seberang, tempat di mana dulunya menuai harapan dan mendulang rupiah sudah usai. Setelah memutuskan untuk kembali ke kota ini, kemudian diikuti dengan menanam kembali harapan dari awal hingga memilih untuk bertahan pada keputusan yang telah ditempuh. Bak air mengalir, semuanya berjalan begitu lancar, proses yang sedang berlangsung dijalani sebagai sebuah proses mematangkan diri.  

Advertisement

Kini hampir sebulan kembali ke kota yang telah membawa langkah kaki saya sejauh ini. Sebelum beranjak dari kota ini, sejujurnya terlalu banyak rasa yang menghasilkan kenangan pada setiap koridor di Kota 1000 Gereja ini.

Terlalu banyak cerita yang didaraskan bersama dinginnya tempat ini. Terlalu banyak kenangan yang teramat sayang jika dihempas begitu saja. Terlalu banyak kata yang diungkapkan bersama hujan yang setia sirami kota kecil di bawah kaki Pegunungan Mandosawu ini.

Ketika saya kembali susuri jalan yang pernah kita lalui dulu, saya seperti sedang merayakan kembali kenangan. Kunjungi tempat terindah versi kita berdua di kota ini ibarat mengungkit kembali kenangan yang pernah kita rayakan. Begitupun saat menyeruput kembali kopi di tempat yang pernah kita memadu kasih justru membuat luka ini kembali menyeruak.

Advertisement

Pada perjalanan hari-hari yang saya lalui di tempat ini terasa berbeda tentunya. Ada rasa yang ternyata belum sirna sama sekali, ada ucapan yang jika dikaitkan dengan tempat yang pernah kita kunjungi kembali menyentuh kalbu. Saya atau kenangan yang salah, yang pasti menetralisir kembali seluruh kenangan itu sungguh membutuhkan waktu yang lama. Sekarang mungkin bukan waktu yang paling tepat.

Kala senja hendak kembali ke peraduan, adalah saat yang sepertinya tak pernah absen untuk mengingat kembali semua yang dulunya pernah terjadi. Rasa itu selalu terbayang saat kenangan yang pernah ditorehi kembali didatangi. Tentu, ini bukan perkara gagal move on  semata, selebihnya karena kamu mungkin terlalu istimewa yang dulunya pernah hiasi hari.

Advertisement

Kalau mau bicara jujur, kota dingin ini tidak sedang saya benci. Kota ini terlalu eksotis untuk dibenci, terlalu bodoh jika membenci kota yang antara lonceng gereja dengan bunyi beduk dari masjid berbunyi berbarengan. Lagi-lagi, kota ini sungguh baik untuk saya dan mungkin kamu tentunya. Kenangan yang sungguh membuat saya begitu membenci berada di kota ini.

Engkau tahu tidak, namamu masih jadi obrolan yang begitu penting saat dibahas dengan salah satu teman dekat kita dulu. Entah kenapa, mencari tahu tentang kabarmu akhir-akhir ini, pun begitu kepoin media sosialmu menjadi agenda rutin yang tentunya kamu tidak menyadari sama sekali.

Mungkin dengan cara memastikan kamu baik-baik saja akan membantu hari-hari yang saya lalui berjalan dengan tenang dan senang. Sungguh berat melupakan kisah yang pernah kita lalui, tetapi saya selalu berharap agar kamu tetap bahagia lewati hari dengan dia yang telah ada bersamamu.

Pada intinya, pada seluruh cerita dan kenangan yang dulu kita ukiri kini kembali muncul ke permukaan. Entah karena saya yang gagal move on atau karena rasa yang terukiri begitu mendalam, saya mungkin yang sedang salah kaprah. Jika memang langkah yang sedang saya pilih tidak baik untukmu, maafkan pilihan yang sedang saya ambil. Kenangan yang lama membuat semuanya kembali ke permukaan. Kota ini pemicunya, jalanan di tempat ini salah satunya.

Akhirnya, tetap lalui hari bersamanya dengan baik-baik saja. Jangan merisaukan saya yang berdiri di sini, orang yang dulunya tidak peduli dengan kamu di masa lalu. Tetap tersenyum sumringah. Rayakan hari-hari indah bersama dengan pilihanmu. Biarkan luka ini saya simpan sendiri. Terima kasih sekali lagi atas kenangan yang kita torehi dulu.       

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta Kopi Colol dan Sopi Kobok. Tinggal di Manggarai Timur, Flores. Amat mencintai tenunan Mama-mama di Bumi Flobamora.