Selama Senja, Kita Bertemu (Part II); Yakinkan Bahwa Aku Menjumpainya dengan Perasaan Bahagia dan Lepas

Selalu terbanyangkan, isi kepalaku semakin kacau memikirkan itu, dan semakin pecah pikiranku

Kala itu kebahagianku bertambah. Seakan hidup itu terasa lebih nyata. Aku tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena memberikan sesuatu yang tidak mungkin aku dapatkan jika tidak dengan jalan-Mu. Aku mencoba menenangkan diriku, untuk tetap tidak terlalu berlebihan akan suatu hal. Aku tahu. Berharap dengan sangat besar akan mengulang kembali masa laluku, luka itu akan semakin melebar. Aku mengambil gitar dan bermain di ujung tepian jalan dan bersenandung dengan suara lirih namun bahagia. Seperti dalam nada-nada indah fourtwnty "Aku Tenang".

Advertisement


Denganmu tenang.

Tak terfikir dunia ini Karnamu tenang.

Semua hayal, seakan kenyataan.

Berlari lari ditaman mimpiku, imajinasi t'lah menghanyutkanku.

Mimpiku sempurna tak seperti orang biasa, karnamu tenang semua hayal, seakan kenyataan.

Berlari lari ditaman mimpiku, imajinasi t'lah menghanyutkanku.

Mimpiku sempurna tak seperti orang biasa

Aku…Berbeda

Aku…Berbeda

Berlari lari ditaman mimpiku, imajinasi t'lah menghanyutkanku.

Mimpiku sempurna tak seperti orang biasa.

Pikirkan indah tentang surga, seakan akan di sana

Berkhayal semua tentang jiwaku tenang.


Selepas kita berbalas antar pesan pada saat itu, kita selalu dan tetap menjalin komunikasi di saat-saat waktu senggang. Meskipun hanya sebatas, menyapa dan mengucapkan "Good Morning. Have a nice day and have a Great day". Jarak waktu dan bulan untuk bertemu memakan waktu yang cukup lama. Terkadang aku sering merasa goyah. Apakah aku mampu dan sanggup untuk bertemu dengannya? Tak terbayangkan bagaimana saat pertama kali bertemu, saling menatap satu sama lain, dan entahlah. Selalu terbanyangkan, isi kepalaku semakin kacau memikirkan itu, dan semakin pecah pikiranku.

Hingga pada akhirnya aku memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman, yaitu terus menjalani hari-hariku dengan diselimuti perasaan bahagia tanpa menanggung beban. Hari-hari semakin cepat silih berganti.

Advertisement

Memasuki bulan ke enam. Inilah yang paling kami nantikan. Tertanggal 16 Agustus, ini adalah hari yang paling menegangkan dalam sejarah hidupku. Lusa aku akan berjumpa dengannya. Bagaimana tidak berdebar jantung ini? Seseorang yang belum pernah kutemui, seseorang yang budayanya jauh berbeda denganku, seseorang yang tidak pernah kutemui sebelumnya, seseorang yang benar-benar asing. Baiklah, aku kan menghadapi ini semua. Dua hari telah berlalu, hari ini adalah hari di mana aku akan bertemu dengannya. Entah mengapa setibanya di sini, perasaannku menciut. Karena aku tak berharap banyak akan bagaimana nantinya ketika kita bertemu. Beberapa pesan masuk yang aku tak tahu siapa pengirimnya.


*Pesan masuk, dan berdering*

Advertisement

Mazhi : Hallo. Bagaimana apakah kamu sudah tiba? Aku telah tiba. Dan mungkin, malam ini kita bisa mencari makan malam bersama. Apakah kamu tidak keberatan?

Marcella : Hallo, ya tentu saja. Aku telah tiba sejak jam 10:00am tadi. Baiklah nanti malam kita akan makan bersama. Jam berapa kita akan makan malam?

Mazhi : Kita akan makan pukul 18:00pm. Nanti aku akan menjemputmu. :)


Bagaimana perasaan ini tidak bahagia? Aku hanya berucap pada Tuhan, bahwa tolong yakinkan aku bahwa aku menjumpainya dengan perasaan bahagia dan lepas. Lepas dari bayang-bayang lalu. Menengok ke arah jendela, bersenandung lirih sajak sang fourtwnty.


Di depan teras rumah

Fana merah jambu, ku berdua

Momen-momen tak palsu

Air tuhan turun, aromamu

Tersalurkan aliran syaraf buntu

Martin tua media pembuka

Berdansa sore hariku

Sejiwa alam dan duniamu

Melebur sifat kakuku

Hal bodoh jadi lucu

Obrolan tak perlu kala itu

Tersalurkan aliran syaraf buntu

Martin tua media pembuka

Berdansa sore hariku

Sejiwa alam dan duniamu

Melebur sifat kakuku

Rasanya tak cukup waktu

Terlalu cepat berlalu

Soreku nyaman denganmu

Menarilah, menarilah

Menarilah denganku

Genggam tangan cokelatku

Berputar-putar denganku

Menarilah denganku

Menarilah, menarilah


Tak terasa malam itu semakin cepat datang dan waktu untuk bertemu semakin dekat. Setelah aku selesai berdandan, telepon genggam berbunyi. Aku menduga bahwa Mazhi yang menguhubungiku. Dan dugaanku adalah benar.


Mazhi : Bersiaplah, aku akan datang menjemputmu lima menit mendatang.

Marcella : Baiklah. Aku telah selesai. kamu bisa menjemputku. Aku menunggumu (dengan perasaan yang tidak karuan).

Mazhi : Baiklah.


Waktu semakin berlalu dan hal-hal indah terlewati. Bagaimana tidak ini sangat membuatku senang karena sekian lama sudah ku menunggu. Malam itu telah memberikan pesan padaku, aku belum sepenuhnya dapat percaya kepadanya.

– To be continued

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Cats lover. Sukanya Travelling, Sukanya menyendiri sometimes suka jadi Introvert, sometimes bisa jadi melankolis, sukanya renang-renang kayak kecebong, lebih suka Nature daripada Molleh.. Absurd, Freak, Tapi gw asyik orangnya.