Sekotak Rindu dari Gadis Kecilmu; Izinkan Aku Menjadi Gadis Kecilmu Lagi, Ayah untuk Kali Ini Saja

Terima kasih yang mendalam dariku, gadis kecil ayah yang akan selalu mencintaimu

Dalam pandangku yang mulai buram karena sebongkah resah yang menindih kepalaku, aku merindukanmu, Ayah. Seringkali dalam mimpiku yang kelabu, aku melihat kita. Iya kita berdua. Berjalan bergandengan tangan, menyusuri sebuah jalan panjang yang entah akan kemana ujungnya jalan itu. Di tengah jalan ayah terjatuh dan memintaku tetap meneruskan perjalanan. Lalu seseorang berbaju putih datang menggendongmu entah kemana perginya kau dibawa. Entah mengapa aku tak kuasa menahan orang itu membawamu, aku hanya bisa menangis meraung-raung melihatmu lenyap dalam bayang kelabu.

Advertisement

Ingin sekali kuulang mimpi itu agar bisa menahanmu pergi. Tak mudah bagiku meneruskan hidup tanpamu. Aku yang terbiasa bersamamu, seketika harus membangun hidupku sendiri. Rasanya seperti  kehilangan setitik terang untuk jalanku. Separuh dari jiwaku lenyap. Aku kehilangan arah. Semua warna dalam hidupku seketika lenyap, hanya kelabu yang tersisa.

Mendadak aku yang periang lebih suka bersembunyi dan menjauhkan diri dari dunia luar. Bantal jadi sandaranku. Diary-ku adalah rumah bagiku. Dalam benakku aku berkata pada diri sendiri; untuk apa keluar, semuanya telah berubah tak ada alasan bagiku untuk ke sana, tak ada ayah di luar sana, apapun yang kukerjakan tak akan ada lagi yang akan berkata ‘kerja bagus ade’.

Lalu perlahan tapi pasti aku mulai bangkit melawan semuanya. Suatu hari dalam lamunku yang hening di antara riuhnya suara hujan di atap rumah, tiba-tiba kuingat satu per-satu petuahmu. Ayah berkata, "Simpanlah semua nasihat ayah, jangan jemu jemu dengan nasihat ayah. Karena suatu hari nanti, mungkin kalau ayah sudah tidak ada, nasihat itu yang akan menjadi terang bagi jalanmu dan ayah akan selalu hidup dihatimu." Semenjak itu aku mulai beranjak meninggalkan sakit itu, walau saat ini belum sepenuhnya pulih tapi setidaknya tak separah dahulu.

Advertisement

Satu per-satu warna dalam hidupku mulai kembali. Kini, gadis kecil ayah yang dulu menjadi dalang dari kacaunya tidur siangmu karena hentakan kaki kecil dan teriakan manja telah tumbuh menjadi seorang wanita. Dalam aktingku menjadi wanita dewasa di luar sana, terkadang aku rindu disambutmu dengan segudang pertanyaan dan pelukan hangat darimu ketika pulang ke rumah dengan sejuta risau dihatiku, Ayah. Saat seseorang di luar sana memperlakukanku tak adil, rasanya ingin kuadu padamu. Rasanya ku tak ingin tumbuh dewasa dan merasakan semua sakit ini tanpa hadirmu ayah. Rasanya kuingin tetap menjadi gadis kecil dalam pelukanmu.

Namun, usiaku tak bisa kubendung. Aku harus menjadi dewasa hari demi hari walau ku tak ingin. Tapi dalam perjalananku menjadi semakin dewasa, aku mengumpulkan kepingan nasihat yang lama berhamburan, berceceran, menyebar di  dalam sebuah kotak rahasia yang kusimpan lama di sudut hatiku. Iya kusebut kotak itu, kotak rindu. Di sana ku simpan semuanya tentangmu. Lama tak ingin kusentuh tapi hati ini menangis mencarimu dan hanya itu yang tersisa darimu, hanya sekotak rindu. Maafkan aku, Ayah. Sebab, aku belum sekuat yang kau ingikan. Tapi izinkan aku menjadi gadis kecilmu lagi untuk kali ini saja ayah. Aku sedang risau, aku hanya ingin dipeluk olehmu walau sebentar saja. Aku berjanji setelah ini aku akan lebih berani menghadapi dunia.

Advertisement

Terima kasih yang mendalam dariku, gadis kecil ayah yang akan selalu mengingat dan mencintaimu. Akan ku titipkan sekotak rinduku ini pada malaikat Tuhan malam ini untukmu yang sudah damai di sana. Bahagia di sana, Ayah. Aku mengasihimu.

Salam sayang dari gadis kecilmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saat ini bekerja di sebuah BUMN. Manusia Introvert. Aku suka tidur, juga suka berkhayal. Aku percaya kalo semua yang dari hati akan sampai juga ke sebuah hati