Sekelumit Memori Tentang Ibuku! Terima Kasih Bu.

Dear : malaikat kesayanganku “Ibu”

Advertisement

Salam cinta dari anakmu yang sering membuat kau menangis kecewa, kusadari kedekatan kita sudah semakin berkurang seiring dengan bertumbuhnya aku menjadi anak dewasa. Namun aku tau aku masih selalu jadi putri kecilmu yang dulu, aku tak pernah merasakan cinta yang begitu besar selain dari cinta yang selalu kau beri, aku tak pernah mendapatkan kasih yang tulus selain dari tumpahan kasih yang kau beri.

Maafkan aku yang tak mampu mencintaimu dengan sempurna, maafkan aku yang tak mampu memberi kasih yang tulus seperti yang selalu kau lakukan kepadaku. Kusekah air mataku ketika ku buka memori lamaku, tentang perjalanan waktu yang kian bergulir cepat mendewasakanku. aku yang saat ini berusia 22 tahun, itu tandanya aku sudah bukan anak kecil lagi. Aku dapat melakukan apapun sendiri, mendapatkan apapun sendiri dengan tanganku, aku mensyukuri itu! Aku buka memori lamaku dan aku ingat betapa tangguhnya kau menjadi wanita, kau tak pernah henti berjuang untuk anak-anakmu, meski kadang lelah dengan apa yang sudah kau lakukan, namun kau tetap pada pendirianmu untuk membahagiakan anak-anakmu. Hanya demi anakmu.

Aku bangga jadi anakmu meski kau tak pernah menawarkan sebuah fasilitas kemewahan untuk hidupku, kau mendidikku dengan cara yang tak biasa dilakukan oleh orang tua lain, kau selalu mengajariku bagaimana kita harus berusaha keras untuk mendapatkan suatu hal yang ingin dimiliki, kau selalu menyadarkanku bahwa sebuah hidup tak semudah membalikkan telapak tangan, aku bersyukur sudah belajar itu semua dari dirimu.

Advertisement

Dan semua telah menjadi pelajaran berharga bagi perjalanan hidupku saat ini, aku tau apa yang pernah kau lakukan untuk aku, kau tak akan mengingat dan mengungkit untuk meminta balasan. Aku ingin membuka memory tentang sebuah cerita yang pernah kita alami bersama, memori yang membuat aku tertampar dan menyadari betapa cinta yang aku cari selama ini ada pada dalam dirimu.

Ibu mungkin sudah lupa tentang hari itu, tapi tak akan mungkin itu, ibu ingat waktu ibu mengantarkan uang pembayaran sekolahku dengan ontel ibu? Padahal jarak sekolah dan rumah cukup jauh. Karena mungkin hari itu hari terakhir pembayaran uang semester, sebelum berangkat aku memberanikan diri untuk menyampaikan itu, saat itu keadaan ekonomi keluarga kita benar-benar terpuruk. aku tau itu makanya aku baru memberitahu bahwa hari itu hari pembayaran terkakhir. Kau hanya mengiyahkan tanpa ingin melihatku kecewa selang beberapa jam kau menyusulku ke sekolah untuk memberikan uang pembayaran itu, aku tau keadaan kita bagaimana pada saat itu, makanya aku bingung kau usahakan ada uang secepat itu demi aku.

Advertisement

Kebetulan juga di sekolah bersamaan kegiatan yang mengharukan, dan teman-teman pun menangis haru karena hal itu. Namun buatku bukan itu yang membuat aku menangis bu, aku menangis karena aku ingat dirimu, aku menangis penuh salah selalu membuat kau susah. Aku menangis karena perjuanganmu mengantarkan uang itu ke sekolah dengan Sepeda ontel yang biasa kau pakai (memang karena ibu tak bisa naik motor) dan jarak antara rumah ke sekolah sekitar 5 km. Entah apa yang saat itu ada dipikiranmu sehingga kau rela melakukan itu untuk aku. Sejak saat itulah aku benar-benar merasa jadi anak yang paling beruntung lahir dari rahimmu,

4 tahun hal itu berlalu namun masih teringat jelas akan hal itu bu, aku hanya mampu ungkapin itu lewat tulisan ini! Karena setiap aku harus memulai cerita dengan menatap wajahmu aku tak mampu menahan air mataku. Aku merasa jadi putri kecilmu yang tak mampu melakukan apa-apa untuk bahagiakanmu. Aku masih sangat sering merepotkanmu dengan kemalasan-kemalasan yang selalu aku lakukan di rumah. Aku harus merepotkanmu setiap pagi untuk membuatkanku sarapan dan membuatkanku bekal untuk makan siang di kantor.

Aku sangat bersyukur semua yang telah aku alami mampu membuatku semakin kuat dalam menjalani setiap hidup dan cobaan yang ada di depan mata. Bersyukur kini aku sudah lepas dari bangku menengah atas setidaknya sudah tak terlalu menjadi beban hidupmu.

saat ini aku sudah mampu mencari nafkah sendiri berkat do'a yang tak pernah lelah kau ucapkan untukku, dan berkat dukungan serta do'a yang tak pernah henti mengalir dalam hidupku aku sudah mampu membiayai kuliahku sendiri, meski terkadang lelah karena seharian bekerja dan pulangnya harus lanjut untuk mencari ilmu. Itu yang kau ingin pula kan bu? Menyekolahkan anak-anakmu sampai ke perguruan tinggi , namun apa daya kemampuanmu hanya mampu menyekolahkan aku sampai bangku menengah atas.

Terbesit bangga dalam diri ini manakalah ingat tiap-tiap susah paya yang telah terukir waktu dulu, bangga karena mungkin aku sedikit meringankan bebanmu, bangga karena aku mampu masuk di perguruan tinggi seperti inginmu dengan hasilku sendiri, karena do'amu aku mampu membuktikan itu semua ke mereka yang meremehkanku, karena kamu masih bisa berdiri diatas kakiku sendiri. Sering rasa lelah itu menyapa menghampiriku seakan ingin mematahkan kakiku yang sedang aku bangun agar kokoh.

Namun aku hanya ingat dirimu, aku hanya ingat wajahmu di depan mataku yang wajib aku bahagiakan, aku hanya ingin mengukir senyum abadi dalam hidupmu bu, aku ingin jadi penghapus air mata sedihmu, aku ingin selalu berbakti di kakimu sampai Tuhan memanggilmu dengan keadaan bahagia. Aku tak pernah lupa tentang semua pengorbanan yang telah kau beri untukku, tiada cinta sebesar cintamu, tiada sayang tulus selain sayang yang kau beri untukku. Bu jangan lelah untuk support aku dalam panjatan-panjatan do’amu kepada-Nya.

Aku ingin melihat senyum ibu tetap menghiasi hariku, sehat terus ya bu sampai aku berhasil mendapatkan impian-impianku kelak. Dampingi aku terus ya bu sampai aku menemukan seseorang pengganti ayah untuk menuntunku.

Terima kasih dan terima kasih, hanya itu yang mampu aku ucap! Aku tak mampu membalas semua jasa ibu meski dengan milyaran Rupiah yang aku beri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat Rindu