Sekarang Kita Bersahabat. Tapi di Masa Depan, Siapa yang Tahu?

Kita bertemu bukan karena keinginan kita sendiri, tapi karena memang takdirnya seperti ini. Tubuh kita yang dulu begitu kecil dan mungil, bahkan menatapmu itu seperti tak ada yang akan mengubah hidupku. Seiring berjalannya waktu, kita semakin tumbuh besar. Pernah sesekali dulu kita bermain bersama sesaat. Dan tetap, aku merasa itu semua tidak akan merubah jalan hidupku.

Advertisement

Hingga akhirnya kutemukan apa itu arti rasa suka terhadap seseorang. Ya, seseorang yang baru ku kenal dan yang merubah suasana hatiku saat itu juga. Tapi, kudengar kau tak menyukaiku dengan perasaan baruku itu. Aku tak peduli, karena ini adalah jalan hidupku. Aku yang mengaturnya. Bukan dirimu. Ketika remaja, kita bertemu kembali. Di sebuah sekolah menengah pertama.

Tatapanku bukan lagi tatapan yang riang dan bahagia ketika berhadapan denganmu. Entah, bahkan diri ini pun bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya merasa seperti hambar ketika melihatmu. Tapi raut wajah ku menunjukan seakan membencimu. Sungguh, itu sangat tidak sejalan dengan apa yang kurasakan.

Tiga tahun di sekolah yang sama, bahkan saling tegur sapa pun tidak. Ketika beranjak menuju dewasa, aku di pertemukan lagi olehmu. Dengan sebuah kejadian ketidaksengajaan lagi. Aku mendapatkan kontakmu yang bisa aku hubungi dari salah seorang temanku. Awalnya aku ragu untuk memulai, mulai berpikir bahwa aku telah membuat sebuah kesalahan kepadamu di masa lalu. Tapi kucoba tekadkan untuk menghubungimu lagi.

Advertisement

Berpura-pura sebagai orang yg misterius, mencoba memberikan tujuanku sebenarnya. Dan akhirnya aku berani ungkapkan jati diriku yang sebenarnya. Dan itulah awal dimana aku bisa dekat denganmu, sedekat dekatnya. Cerita masa lalu kita ku curahkan kepadamu, dan akhirnya aku mengerti, bahwa kau sudah pernah mencintaiku. Tetapi aku tidak pernah sadar.

Waktu yg kita habiskan selama masa ini cenderung lebih lama dan sering kita lakukan, berbanding terbalik ketika kita kecil dulu. Kau selalu mengajakku ke sebuah tempat, mentraktirku makan atau minum, mencurahkan isi hatimu terhadap mereka yang kau cinta dan kau sayang. Aku disini menerima mu apa adanya. Sebagai seorang teman. Setiap waktu yg kita habiskan selalu berujung tawa, hal yang kita ributkan selalu berujung amarah.

Advertisement

Tapi mengapa? Ratusan kali kejadian yang seperti itu, mengapa kita masih saling komunikasi? Masih mau saling memaafkan walau tahu ada yang pernah saling tersakiti? Aku mulai bingung dengan perasaan ini. Dan tibalah saat dimana kita, di umur yang sudah hampir benar-benar dewasa. Kembali mencoba, mengulang kegiatan kita yang dulu pernah kita rasakan bersama. Dan kini aku mengerti, kau sangat pandai memahamiku, baik itu dari luar maupun dari dalam.

Sepenuhnya kau sudah mahir akan hal itu. Begitu pula dengan diriku, yang katamu aku pun sama seperti apa yang aku ucapkan kepadamu. Pernah suatu kali, aku mencoba membuka hati untukmu, tapi rasanya sulit karena aku berada di posisi dalam keadaan move on. Ku tak jadikan mu sebuah pelarian, aku mencoba membuka hati agar aku tak terus terusan sakit hati akan masa lalu.

Dan memang bukan takdirnya, aku tak mendapatkan apa yg kuinginkan. Dan aku mencoba mengikhlaskan itu semua secara lapang. Beberapa tahun berlalu, kita masih sama seperti dulu, sering bermain bersama. Dan sempat ku utarakan kepadamu, "kita ini saling mengerti satu sama lain, mengapa kita tidak berjodoh?." Dengan tersenyum kau menjawab "entahlah, tidak tahu juga". Selama ini kita sudah berubah menjadi seorang sahabat, ya sahabat. Pengalaman yang membuat kita seperti ini.

Kebersamaan yang mengikat kita selama ini. Dan sampai saat ini pun aku tak tahu bagaimana perasaanku kepadamu. Sesekali aku ingin memilikimu, begitu pula juga dengan engkau. Tapi, bersatunya kita seakan suatu hal yang tak pasti. Ada beberapa konflik intern yang kita miliki. Yang membuat kita semakin mengubur mimpi bersama itu dalam dalam. Bukan untuk dilupakan, hanya untuk di jaga, karena kita tahu kondisi masin-masing kita saat ini. Ini bukan sebuah pengharapan, tapi masa depan siapa yang tahu? Semoga kita diberikan yang terbaik untuk diri kita dan hidup kita kelak. Aamiin.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

A weird boy, with blood type A

12 Comments

  1. Leh uga Lah Yg Ini 😀

  2. Waduh… Kok mirip ya hahahah….

    Kerennn..

  3. Aditya Sahputra berkata:

    Kebetulan saja mas, makasih