Tidak ada manusia yang sempurna tanpa pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Meskipun kita sudah berhati-hati dalam berkata dan bertindak, tetap saja ada kesalahan yang kita lakukan kepada orang lain. Dan kita harus meminta maaf atas kesalahan yang kita lakukan kepada orang lain. Dulu sebelum munculnya kata baperan, rasanya mudah sekali untuk meminta maaf atas kesalahan kita kepada orang lain.
“Maaf ya aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu!”
“Maaf ya aku tidak tahu kalau kamu tidak ingin mengingat kejadian itu!”
“Maaf ya jika tadi aku salah ngomong ke kamu!”
Sungguh terasa indah saat itu ketika kata maaf terucap dengan tulus dan mudah. Namun, sejak munculnya kata baperan rasanya meminta maaf itu menjadi sesuatu yang sulit untuk terucap seolah-olah sangat mahal harga sebuah ucapan permintaan maaf.
Kita selalu berusaha mengelak dengan seribu alasan ketika ada orang yang merasa tersinggung oleh perkataan maupun perbuatan kita. Sehingga orang yang menjadi korban dari sikap atau perkataan kita malah kita tuduh sebagai orang yang bersalah karena terlalu baperan.
A : “Tulisanmu jelek banget sih sampai nggak bisa di baca!”
B : (Murung)
C : “Jangan bilang gitu dong. Kan si B jadi murung tuh”
A : “Ah,dianya aja yang baperan. Padahal kan aku Cuma bercanda!”
Atau percakapan seperti ini :
A : “Kamu kok kurus banget, tubuhmu tulang semua tanpa daging. Tidak pernah makan ya?”.
B : “Ya jelas makan lah. Kalau tidak makan tidak mungkin aku bisa hidup”.
A : “Biasa aja kali tidak perlu ngegas”.
B :”Kamu sih tanya gitu”.
A :”Kamu aja yang baperan. Kita kan sahabat harusnya kamu santai dong saat aku bilang gitu!”.
Bahkan dengan alasan “kita kan sahabat” kita menjadikannya alasan seolah-olah hal yang kita lakukan itu tidak salah. Padahal bukan berarti saat kita menjadi seorang sahabat lalu secara otomatis bebas membully sahabat kita dengan perkataan yang tidak enak untuk di dengarkan.
“Setiap orang memiliki perasaan yang harus di jaga dengan sebaik-baiknya”.
Coba bayangkan seandainya kita berada di posisi sahabat kita tentu saja kita juga tidak suka jika di bully dengan perkataan yang tidak menyenangkan. Ditambah lagi orang yang membully kita tidak mau mengakui kesalahannya tapi malah menuduh kita sebagai orang yang baperan.
Nah, setelah kita tahu betapa tidak menyenangkannya di perlakukan dengan tidak baik dan di tuduh sebagai orang yang baperan. Maka selayaknya kita belajar untuk intropeksi diri jangan-jangan selama ini kita sering melakukan kesalahan kepada orang lain dan tidak mau meminta maaf tapi malah menuduhnya baperan.
Setelah intropeksi diri maka hal yang harus kita lakukan adalah berhenti menuduh orang lain baperan saat orang lain tersinggung dengan ucapan atau perbuatan kita. Alangkah lebih baiknya jika kita meminta maaf setiap kali kita melakukan kesalahan sehingga hubungan kita kepada orang lain bisa kembali membaik seperti semula.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”