Sejak Dulu Debarku Masih Sama, Mendambamu

Hujan tak pernah bisa memulangkan kenangan. Hujan selalu membuatnya tersesat.Seperti hujan yang tak pernah mengizinkan bintang bersinar, seperti itulah kamu.

Advertisement

Terlalu lama aku menunggumu datang. Menunggumu sadar, menunggumu kembali, karna pulangmu adalah aku.
Ayolah. Ajari aku hidup tanpa menantimu, ajari aku hidup tanpa mengharapmu. Aku terlalu lelah memahami itu.

Datanglah, bawalah kabar gembira bahwa dirimu juga mendambaku. Jangan baru datang ketika nanti aku telah pergi.

Sejak dulu debarku masih sama, mendambamu.

Advertisement

Siapa kamu ? apa aku terlalu mengenalmu hingga aku takut berbuat kesalahan.

Aku seperti bukan aku ketika waktu berbicara tentangmu. Aku seperti bukan aku ketika hujan turun tanpa alasan. Aku lupa siapa diriku saat aku terus mengingat – ingat senja dan segala kenangan didalamnya.

Advertisement

Seperti berbicara pada angin atau berteriak pada ombak yang enggan menepi. Aku terlalu sibuk berkutat pada hal yang membuat aku kembali jatuh padamu. Mantra apa ? sihir seperti apa yang sudah kau layangkan padaku. Sehingga aku begitu tergila – gila padamu.

Kamu adalah apa yang tak bisa aku sentuh. Kamu adalah angin yang selalu berhembus. Adalah ombak yang menari ditengah samudera. Kamu tak bisa kuartikan secara lisan. Tapi kamu adalah alasan untukku berlari.

Aku masih menunggumu datang mematahkan kalimat ketidakbisaanmu dulu. Aku masih menantimu kembali pulang. Aku masih berlari menujumu.

Aku mohon jangan pergi terlalu jauh, jangan lari terlalu kencang. Karna aku takut jatuh lagi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mengenal seseorang tidak bisa dengan sekali dua kali pandang atau sekali dua kali bertemu. Jika sejauh itu, kau hanya akan sampai pada permukaan atasnya saja. Sedangkan intinya ? Kau harus lebih banyak berbagi cerita dengannya. Gali ke dalam kedua matanya, buatlah palung - palung yang bisa menampung segala kisah kehidupannya. Kau bisa menerimanya ? Maka kau mengenalnya. -Semesta